I. PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk Allah SWT yang paling sempurna di antara makhluk-makhluk lainnya. Mereka diberi akal untuk berpikir, memilih mana yang hak dan yang batil, tapi sering kali manusia tidak menggunakan akalnya untuk berpikir apakah tindakan yang diambil itu perbuatan yang dilarang agama atau tidak. Oleh karena itu, Allah berjanji akan melaknat orang-orang yang berbuat kemungkaran. Allah juga akan memasukkannya ke dalam api neraka yang sangat panas di akhirat nantinya. Pada pertemuan kali ini kami akan membahas tentang dosa-dosa besar serta taubat, yang mana di antara lain, tentang menyekutukan Allah, durhaka kepada orang tua, membunuh tanpa alasan yang dibenarkan, saksi palsu, tujuh macam dosa besar, istighfar 100 kali, Allah gembira terhadap hamba-Nya yang bertaubat, dan taubat yang terlambat.
II. HADIST
1. Hadist Anas tentang menyekutukan Allah, durhaka kepada orang tua, membunuh tanpa alasan yang dibenarkan, dan saksi palsu.
عَنْ أَ نَس رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُ قاَ لَ سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ عَنِ الْكَباَ ئِرِ قاَ لَ الاشْرَا كُ بِا للَّهِ وَ عُقُوْ قُ الْوَا لِدَ يْنِ وَ قَتْلُ انَّفْسِ وَ شَهاَ دَ ةُ الزُّوْرِ( أخرجه مسلم في كتاب الشهادات)
“Dari Anas bin Malik r.a. berkata, ketika Nabi ditanya tentang dosa-dosa besar lalu beliau menjawab: Syirik (mempersekutukan Allah), durhaka terhadap kedua ayah-bunda, membunuh jiwa manusia dan saksi palsu ”(HR.Muslim).[1]
2. Hadist Abu Hurairah tentang tujuh macam dosa besar.
عَنْ أَ بِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ قاَلَ اجْتَنِبُوْ السَّبْعَ الْمُوْبِقاَتِ قاَلُوْاياَرَسُوْلَ اللَّهِ وَماَهُنَّ قاَلَ الشِّرْ كُ باِللَّهِ وَالسِّحْرُوَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِيْ حَرَّمَ اللَّهُ إِلاَّباِلْحَق وَأَكْلُ الرِّباَوَاَكْلُ ماَلِ الْيَتِيمِ وَالتَّوَلِّيْ يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصَناَتِ الْمُؤْمِناَتِ الْغاَفِلاَتِ (أخرجه البخاري في كتاب الوصايا)
“Dari Abu Hurairah r.a. Nabi SAW bersabda: “ jauhilah oleh kalian tujuh hal yang membinasakan!” Para sahabat bertanya: “ Wahai Rasulullah, apakah tujuh hal yang membinasakan itu?” Beliau bersabda: “ Menyekutukan Allah, sihir, membunh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali karena hak, makan riba, makan harta anak yatim, melarikan diri sewaktu jihad dan menuduh zina wanita-wanita mukmin yang senantiasa memelihara dirinya.”(HR.Bukhari) [2]
3. Hadist Abu Burdah tentang beristighfar 100 kali sehari.
عَنْ أَبِيْ بُرْدَة عَنْ رَجُلٍ مِنَ الْمُهَاجِرِيْنَ يَقُوْلُ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ يَاأَيُّهَا النَّاسُ تُوْبُوْا إِلَىَ اللهِ وَاسْتَغْفِرُوْهُ فَإِنَّي أَتُوْبُ إِلَى اللهِ وَ أَسْتَغْفِرُوْهُ فِيْ كُلِّ يَوْمِ مِائَةَ مَرَّةِ أَوْ أَكْثَرَ مِنْ مِائَةِ مَرَّةِ.(رواه أحمد في مسند الكوفيين)
“Dari Abi Burdah dari seorang laki-laki dari sebagian sahabat Muhajirin beliau mengatakan kami telah mendengar Nabi Muhammad bersabda: “ Wahai ingatlah manusia, bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah dan mohonlah pengampunan kami sekalian kepada-Nya, maka sesungguhnya kami bertaubat kepada Allah dan kami mohon pengampunan kepada-Nya pada tiap hari 100 kali atau lebih.”(HR.Ahmad)[3]
4. Hadist Abu Hurairah tentang Allah gembira terhadap hamba-Nya yang bertaubat.
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَعَنْ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ “قاَلَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ أَنَا عِنْدَ ظَنَّ عَبْدِيْ بِيْ وَأَنَا مَعَهُ حَيْثُ يَذْكُرُنِيْ وَاللهِ لَلهُ اَفْرَحُ بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ مِنْ أَحَدِكُمْ يَجِدُ ضَاّلَّتَهُ بِا لْفَلاَةِ. وَمَنْ تَقَرِّبَ إِلَيَّ شِبْرًا، تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعاً وَمَنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ باَعاً وَإِذَا أَقْبَلَ إِلَيَّ يَمْشِيْ أَقْبَلْتُ إِلَيْهِ أُهَرْوِلُ (أخرجه مسلم في كتاب التوبة)
“Dari Abu Hurairah r.a. dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “ Allah Yang Maha Mulia dan Maha Besar berfirman: “ Aku menurut dugaan hambaKu kepadaKu, dan Aku bersamanya ketika ia ingat kepadaKu. Demi Allah, sungguh Allah lebih suka kepada taubat hamba-Nya dari pada salah seorang di antaramu yang menemukan barangnya yang hilang di padang. Barang siapa yang mendekatkan diri kepadaku sejengkal maka Aku mendekatkan diri kepadanya sehasta. Dan barang siapa yang mendekatkan diri kepadaKu sehasta, maka Aku mendekatkan diri kepadanya satu depa. Apabila ia datang kepadaKu berjalan maka Aku datang kepadanya dengan berlari kecil”.(HR.Muslim)[4]
5. Hadist Abdullah Ibnu Umar tentang taubat yang terlambat.
عَنْ عَبْدِ الله بْنِ عُمَرَ عَنِ النَّبِيِّ صَلّىَ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ اللهَ عَزَّ وَ جَلَّ لَيَقْبَلُ تَوْبَةَ اْلعَبْدِ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ (أخرجه إبن ماجه في كتاب الزهد)
“Dari Abdullah bin Umar dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:“Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba selama (ruh) belum sampai di tenggorokan.”(HR.Ibnu Majah)[5]
III. PEMBAHASAN
1. Menyekutukan Allah, durhaka terhadap kedua orang tua, membunuh tanpa alasan yang dibenarkan, dan saksi palsu.
- Adapun dosa yang paling besar adalah menyekutukan Allah dengan sesuatu. Dosa tersebut yaitu menyamakan sesuatu dengan Allah. Misalnya menyembah kepada batu-batu pohon-pohon, matahari, bulan atau yang lainnya.[6]
- Durhaka terhadap kedua orang tua adalah dosa besar yang sangat dibenci oleh Allah SWT, sehingga adzabnya disegerakan Allah di dunia ini. Hal itu mengingat betapa istimewanya kedudukan orang tua dalam ajaran islam.[7]
- Membunuh tanpa alasan yang dibenarkan oleh syariat maka Allah tidak mau menerima taubatnya. Oleh sebab itu, apabila berkelahi dua orang mukmin, yang membunuh dan yang terbunuh keduanya di neraka sebab orang-orang mukmin itu bersaudara seharusnya membina cinta kasih dan persaudaraan.[8]
- Kesaksian palsu dalam hadist ini adalah dosa yang besar. Allah akan menempatkannya di neraka, namun demikian hal ini berlaku jika dia tidak bertobat, jika dia bertobat dan dia menyesali dirinya, Allah menerima taubatnya. [9]
2. Tujuh macam dosa besar.
a. Menyekutukan Allah, merupakan perbuatan yang paling dibenci dan dimurkai oleh Allah S.W.T.
Macam- macam syirik yaitu:
1) Ramal , meramal bertentangan dengan tauhid, karena dalam meramal ada perbuatan menisbatkan Allah S.W.T. kepada makhlukNya, yang menyebabkan kepada keyakinan bahwa makhluk yang lemah itu mempunyai pengaruh dalam takdir dan nasib.
2) Bersumpah kepada selain Allah S.W.T., berarti mengagungkan dan berpaling dari Allah. Itu berarti memusuhi Allah dan mengurangi kesempurnaan dan keagungan Allah.
3) Ruqyah adalah jampi-jampi yang denganya digunakan oleh orang sakit, seperti sakit panas, ayan dan penyakit lainnya. Tetapi menurut Syeikh Abdul Qadir Al-Jaelani dalam buku putih Syeikh Abdul Qadir Jaelani, boleh melakukan jampi-jampi, jika yang digunakan untuk menjampi itu adalah ayat al-Qur’an.
4) Jimat [10]
b. Sihir : menciptakan suatu ilusi yang seolah-olah nyata, tapi sebenarnya tidak nyata.[11]
c. Membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali karena hak.
d. Makan riba: Riba menurut bahasa adalah tambahan, secara umum diartikan sebagai utang-piutang atau pinjam meminjam atau barang yang disertai dengan tambahan bunga.
e. Makan harta anak yatim: orang yang makan harta anak yatim dengan cara kejam maka sebenarnya ia memasukkan api ke dalam perutnya dan api keluar dari mulutnya.
f. Melarikan diri sewaktu jihad: orang yang melarikan diri pada waktu perang akan mendapat kemurkaan dari Allah dan tempatnya adalah neraka jahanam.
g. Menuduh zina wanita-wanita mukmin yang senantiasa memelihara dirinya: orang yang menuduh zina terhadap wanita baik-baik, yang wanita itu tidak melakukan perzinaan, maka orang yang menuduh itu akan mendapat kutukan, baik di dunia maupun di akhirat. [12]
3. Beristighfar 100 kali sehari.
Kita sebagai manusia tidak luput dari kesalahan ataupun kekhilafan dari itu hendaklah kita berinstropeksi diri setiap hari dan meminta ampun kepada Allah atas segala kesalahan kita. Dengan beristighfar dan memohon ampun kepada Allah atas dosa kita minimal 100 kali dalm sehari. [13]
4. Allah gembira terhadap hamba-Nya yang bertaubat.
Taubat berakar dari akar taba yang berarti kembali. Orang yang bertaubat kepada Allah adalah orang yang kembali dari sesuatu menuju sesuatu, , kembali dari larangan Allah menuju perintah-Nya , kembali dari segala yang dibenci Allah menuju yang di ridhoi-Nya, kembali kepada Allah setelah meninggalkan-Nya, dan kembali taat setelah menentang-Nya dan bertekat untuk tidak mengulanginya lagi.[14]
Syarat taubat agar diterima disisi Allah, adalah :
a) Menyesali atas pelanggaran yang dilakukan
b) Melepas dan meninggalkan semua kesalahan dalam segala hal dan kesempatan.
c) Bertekad untuk tidak mengulangi lagi kemaksiatan dan kesalahan yang telah dilakukan.[15]
5. Taubat yang terlambat.
Tidak ada istilah terlambat untuk kembali kepada jalan kebenaran, kecuali kalau nyawa sudah berada ditenggorokkan atau matahari sudah terbit dari barat, pintu taubat memang sudah tertutup. Maksudnya Allah tetap menerima taubat seorang hamba-Nya selama nyawanya belum sampai di tenggorokkan. Oleh sebab itu, bersegeralah bertaubat sebelum maut datang menjemput yang entah kapan.[16]
[1]Imam Hafidz Ahmad bin ‘Ali bin Hajar, Fathul Bari juz 5 Syarah Shahih Al- Bukhari, (ttp: Darul Fikri, tth), hlm. 261.
[2]Imam Nawawi, Terjemah Riyadhus Shalihin 2, ( Jakarta: Pustaka Amani, 1999), hlm. 592.
[3]Imam Abu Zakaria, Terjemahan Riyadhus Shalihin, ( Jakarta: Pustaka Amani, 1999), hlm. 15.
[4]Imam Muslim bin Al-Hajjaj, Shahih Muslim juz II, ( Lebanon: Darul Kutub Al-Ilmiyah, 2008), hlm. 517.
[5]Imam Abu Zakaria, Terjemahan Riyadhus Shalihin, (Jakarta: Pustaka Amani, 1999), hlm. 19.
[6]Imam Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Usman Az-Dzahabi, Dosa-dosa Besar, ( Surabaya: PT Bina Ilmu, 1990), hlm. 5.
[7]Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, ( Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam, 2007), hlm. 157.
[8]Ibnu Hamzah Al-Husaini Al-Hanafi Ad-Damsyiqi, Asbabul Wurud, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), hlm. 12.
[9]Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Koleksi Hadist-hadist Hukum, ( Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2011), hlm. 626.
[10] Said bin musfir Al-Qahtani, Buku Putih Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani, (Jakarta: Darul Falah, 2003), hlm.110-117
[11]Fatihudin Abdul Yasid, Golongan Dosa-dosa Besar, ( Surabaya: Terbit Terang, 2002), hlm. 20.
[12]Imam Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Usman Az-Dzahabi, Dosa-dosa Besar, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1990), hlm. 155.
[13]Musthofa Syaikh Ibrahim Haqiqi, Tak Ada Kata Terlambat untuk Bertobat, ( Solo: Abyan, 2007), hlm. 39.
[14]Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, ( Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam, 2007), hlm. 60
[15]Said bin musfir Al-Qahtani, Buku Putih Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani, (Jakarta: Darul Falah, 2003), hlm.486-487
[16]Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, ( Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam, 2007), hlm. 59-61.
Posting Komentar