PENILAIAN BERBASIS KELAS DAN PORTOFOLIO

I.  PENDAHULUAN

Dalam dunia pendidikan tidak lepas dengan yang namanya penilaian. Penilaian dilakukan sebagai tolok ukur untuk mengetahui berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar. Namun seringkali seorang pendidik hanya menekankan penilaian hasil belajar yang bersifat praktis dan ekonomis saja. Sedangkan penilaian dalam hal proses tidak dilakukan, padahal ini sangatlah penting.

Keberhasilan belajar seorang peserta didik dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor internal misalnya motivasi belajar dari peserta didik itu sendiri. Sedangkan factor eksternal misalnya lingkungan dan juga kemampuan professional guru.

Sejak perubahan kurikulum dari 1994 menjadi kurikulum 2004, model penilaian yang digunakan adalah Penilaian Berbasis Kelas (classroom-based assessment). Dalam penilaian berbasis kelas, salah satu model atau pendekatan yang digunakan adalah penilaian berbasis portofolio (portofolio-based assessment). Pembahasan lebih lanjut akan dipaparkan dalam makalah berikut.

II. RUMUSAN MASALAH

A.    Apa pengertian penilaian berbasis kelas dan  portofolio?
B.    Apa tujuan dan fungsi penilaian berbasis kelas dan portofolio?
C.    Apa prinsip penilaian berbasis kelas dan portofolio?
D.    Apa saja jenis-jenis penilaian berbasis kelas dan portofolio?

III. PEMBAHASAN

A.    Pengertian Penilaian Berbasis Kelas dan Portofolio

Penilaian berbasis kelas adalah penilaian dalam arti “assessment”. Maksudnya, data dan informasi penilaian berbasis kelas merupakan salah satu bukti yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu pembelajaran. Secara spesifik, penilaian berbasis kelas dapat diartikan sebagai suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan data dan informasi tentang hasil belajar peserta didik untuk menetapkan tingkat pencapaian dan pemasakan peserta didik terhadap tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Penilaian yang baik ialah bahwa data yang telah kita kumpulkan tadi kita olah, kita godog lebih dahulu secara seksama, sebelum kita memberikan tafsiran terhadap data yang telah kita kumpuljkan tadi.[1] Tujuan pendidikan yang dimaksud adalah standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian hasil belajar yang terdapat dalam kurikulum.[2]

Sedangkan   penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukan perkembangan kemampuan  murid dalam satu periode tertentu. Informasi perkembangan murid tersebut dapat berupa karya murid (hasil pekerjaan, dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh muridnya), hasil tes (bukan nilai), piagam penghargaan atau bentuk informasi lain yang terkait dengan kompetensi tertentu dalam satu mata pelajaran.[3] 

Dari uraian tentang portofolio diatas dapat disimpulkan bahwa portofolio memiliki karakteristik sebagai berikut:

1.      Merupakan hasil karya siswa yang berisi kemajuan dan penyelesaian tugas-tugas secara terus menerus dalam usaha pencapaian kompetensi pembelajaran.
2.      Mengukur prestasi siswa secara individual dan menyadari perbedaan diantara siswa.
3.      Merupakan suatu pendekatan kerjasama.
4.      Mempunyai tujuan untuk menilai diri sendiri.
5.      Memperbaiki dan mengupayakan prestasi.
6.      Adanya keterkaitan antara penilaian dan pembelajaran.[4]

B.     Tujuan dan Fungsi Penilaian Berbasis Kelas dan Portofolio

Secara umum semua jenis penilaian berbasis kelas bertujuan untuk menilai hasil belajar peserta didik di sekolah, mempertanggung jawabkan penyelenggaraan pendidikan pada masyarakat, dan untuk mengetahui ketercapaian mutu pendidikan secara umum. Penilaian berbasis kelas bertujuan untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosis kesulitan belajar, memberikan umpan balik/perbaikan proses pembelajaran penentuan kenaikan kelas; dan memotivasi belajar peserta didik dengan cara mengenal dan memahami diri dan merangsang untuk melakukan usaha pendidikan.

Penilaian berbasis kelas berfungsi sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kenaikan kelas, umpan balik dalam perbaikan program pengajaran, alat pendorong dalam meningkatkan kemampuan peserta didik, dan sebagai alat untuk peserta didik melakukan evaluasi terhadap kinerjanya peserta bercermin diri (instropeksi diri) misalnya melalui portofolio.[5] Penilaian juga berfungsi sebagai sarana untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan pesrta didik secara maksimal. Dengan kata lain penilaian tidak hanya merupakan suatu proses untuk mengklasifikasi kan  keberhasilan dan kegagalan dalam belajar.[6]

Pada hakikatnya tujuan penilaian portofolio adalah untuk memberikan informasi kepada orang tua tentang perkembangan peserta didik secara lengkap dengan dukungan data dan dokumen yang akurat. Rapor merupakan bentuk laporan prestasi peserta didik dalam belajar dalam kurun waktu tertentu. Portofolio merupakan lampiran dari rapor, dengan demikian rapor tetap harus dibuat. Tujuan  portofolio ditentukan oleh apa yang harus dikerjakan dan siapa yang akan menggunakan penilaian tersebut. Dalam portofolio banyak digunakan tes tertulis (paper and pencil test), project, product, dan catatan kemampuan (records of performance). S. Suropranata dan M. Hatta (2004) mengemukakan penilaian portofolio dapat digunakan untuk mencapai beberapa tujuan, yaitu “menghargai perkembangan yang dialami peserta didik, mendokumentasikan proser pembelajaran yang berlangsung, memberi perhatian kepada prestasi kerja peserta didik yang terbaik, merefleksikan kesanggupan mengambil resiko dan melakukan experimentasi, meningkatkan efektivitas proses pengajaran, bertukar informasi dengan orang tua/wali peserta didik dan guru lain, membina dan mempercepat pertumbuhan konsep diri positif pada peserta didik, meningkatkan kemampuan melakukan kemampuan refleksi diri, membantu peserta didik dalam merumuskan  tujuan. Selain itu portofolio jugabertujuan untuk meningkatkan krtjasama dan pemahaman antara orang tua dan guru, meningkatkan keterlibatan keluarga, menyesuaikan pengalaman keluarga untuk membantu setiap anak tumbuh dengan kecepatannya sendiri, mendorong pengembangan profesi guru dan memungkinkan guru menetapkan kecepatannya sendiri serta memudahkan guru melacak hasil kerya anak pada semua bidang pelajaran[7]

Fungsi penilaian portofolio dibagi dalam berbagai segi:

1. Portofolio sebagai sumber informasi bagi guru dan orangtua untuk mengetahui perkembangan dan  kemampuan peserta didik, tanggung jawab dalam belajar, perluasan dimensi belajar, dan inovasi pembelajaran.
2. Portofolio sebagai alat pembelajaran merupakan komponen kurikulum, karena portofolio mengharuskan peserta didik untuk mengoleksi dan menunjukan hasil kerja mereka.
3. Portofolio sebagai alat penilaian autentik (authentic assessment).
4. Portofolio sebagai sumber informasi bagi peserta didik untuk melakukan  self-assessment. Maksudnya peserta didik memiliki waktu yang banyak untuk menilai diri sendiri dari waktu ke waktu.[8]

C.    Prinsip Penilaian Berbasis Kelas dan Portofolio

Pusat kurikulum Balitbang Depdiknas (2002) menjelaskan bahwa secara umum, penilaian berbasis kelas harus memenuhi prinsip-prinsip: valid, mendidik, berorientasi pada kompetensi, adil dan objektif, terbuka, berkesinambungan, menyeluruh dan bermakna.

1.      Valid (tepat). Dalam prinsip ini, alat ukur yang digunakan harus betul-betul mengukur apa yang hendak diukur, dengan kata lain agar prinsip ini dapat dijadikan acuan , maka proses dan hasil penilaian berbasis kelas harus betul-betul relevan dan berorientasi pada upaya pencapaian kompetensi dan hasil belajar peserta didik.
2.      Mendidik. Di sini guru harus dapat memberikan penghargaan , motivasi dan upaya-upaya mendidik lainnya kepada peserta didik yang  berhasil serta membangkitkan semangat peserta didik yang kurang berhasil.
3.      Berorientasi pada kompetensi. Penilaian berbasis kelas dilakukan dalam rangka membantu peserta didik untuk mencapai standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian hasil belajar telah ditentukan dalam kurikulum berbasis kompetensi. Untuk itu semua pendekatan, teknik, model, bentuk dan format penilaian harus berorientasi pada kompetensi.
4.      Adil dan objektif. Guru tidak boleh membeda-bedakan peserta didik atau terpengaruh oleh latar belakang sosial ekonomi, jenis kelamin, budaya, status marital dan etnis peserta didik. Oleh sebab itu, guru harus membuat perencanaan penilaian yang jelas, komprehensif dan operasional, serta menetapkan kriteria dalam membuat keputusan.
5.      Terbuka. Sistem dan hasil penilaian berbasis kelas tidak boleh disembunyikan atau dirahasiakan oleh guru. Apapun format dan model penilaiannya, harus diketahui oleh semua pihak termasuk kriteria dalam menentukan keputusan.
6.      Berkesinambungan. Penilaian berbasis kelas tidak hanya dilakukan pada akhir kegiatan pembelajaran saja, tetapi harus dimulai dari awal sampai akhir pembelajaran, terencana, bertahap, dan berkesinambungan. Hasil penilaian tersebut kemudian dianalisis dan ditindaklanjuti sebagai bagian integral dari prosespembelajaran.
7.      Menyeluruh. Penilaian terhadap proses dan hasil belajar harus dilakukan secara menyeluruh, utuh, dan tuntas, baik yang berkenaan dengan domain kognitif, afektif maupun psikomotor. Guru harus menggunakan berbagai jenis penilaian berbasis kelas sesuai dengan kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik seperti penilaian tertulis, penilaian proyek, penilaian penampilan, penilaian portofolio, dsb.
8.   Bermakna. Penilaian harus memberikan makna kepada berbagai pihak untuk melihat tingkat perkembangan penguasaan kompetensi peserta didik sehingga hasil penilaian dapat ditindaklanjuti, terutama bagi guru, orang tua, dan peserta didik.[9]

Sedangkan menurut Direktorat PLP Ditjen Dikdasmen Depdiknas (2003), pelaksanaan penilaian portofolio hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip “mutual trust, confidentiality, joint ownership, satisfaction, and relevance”.

1.  Mutual trust (saling mempercayai), artinya jangan ada saling mencurigai antara guru dengan peserta didik maupun antarpeserta didik.
2. Confidentiality (kerahasiaan bersama), artinya guru harus menjaga kerahasiaan semua hasil pekerjaan peserta didik dan dokumen yang ada, baik perseorangan maupun kelompok, tidak boleh diberikan atau diperlihatkan kepada siapapun sebelum diadakan pameran.
3. Joint ownership (milik bersama), artinya semua hasil pekerjaan peserta didik dan dokumen yang ada harus menjadi milik bersama antara guru dan peserta didik karena itu harus dijaga bersama, baik penyimpanannya maupun penempatannya.
4. Satisfaction (kepuasan), artinya semua dokumen dalam rangka pencapaian standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indicator harus memuaskan semua pihak, baik guru, orang tua, maupun peserta didik.
5. Relevance (kesesuaian), artinya dokumen yang ada harus sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, indicator yang diharapkan.[10]

D.    Jenis-jenis Penilaian Berbasis Kelas dan Portofolio

Sumarna Supranata dan Muhammad Hatta (2004) mengemukakan jenis-jenis penilaian berbasis kelas yaitu:

1.    Tes Tertulis, merupakan alat penilaian berbasis kelas yang penyajian maupun penggunaannya dalam bentuk tertulis.
2.     Tes Perbuatan, dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung yang memungkinkan terjadinya praktik.
3.     Pemberian Tugas, dilakukan untuk semua mata pelajaran mulai dari awal kelas sampai dengan akhir kelas sesuai dengan materi pelajaran dan perkembangan peserta didik.
4.      Penilaian Proyek, adalah penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu.
5.    Penilaian Produk, adalah penilaian terhadap penguasaan keterampilan peserta didik dalam membuat suatu produk dan penilaian kualitas hasil kerja tertentu.
6.   Penilaian Sikap, dilakukan berkaitan dengan berbagai objek sikap, seperti sikap terhadap mata pelajaran, sikap terhadap guru, sikap terhadap proses pembelajaran,dll.
7.     Penilaian Portofolio, merupakan penilaian berbasis kelas terhadap sekumpulan karya peserta didik yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi yang diambil selama proses pembelajaran dalam kurun waktu tertentu.[11]

Dilihat dari segi jumlah peserta didik, maka penilaian portofolio dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu portofolio perseorangan dan portofolio kelompok. Jika dilihat dari system, portofolio dapat dibagi dua jenis, yaitu portofolio proses dan portofolio produk.

Portofolio perseorangan merupakan kumpulan hasil kerja peserta didik secara perseorangan, dan portofolio kelompok merupakan kumpulan hasil karya sekelompok peserta didik atau kelas tertentu.

1.     Portofolio Proses, menunjukkan tahapan belajar dan menyajikan catatan perkembangan peserta didik dari waktu ke waktu.
2.     Portofolio Produk, hanya menekankan pada penguasaan (materi) dari tugas yang dituntut dalam standar kompetensi, kompetensi dasr, dan sekumpulan indicator pencapaian hasil belajar, serta hanya menunjukkan evidence yang paling baik, tanpa memperhatikan bagaimana dan kapan evidence tersebut diperoleh.[12]

                           
[1]Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:Adi Mahastya, 2010). Hlm. 26. 
[2]Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rusda Karya, 2010) .hlm.180 .
[3] Mulyadi, Evaluasi Pendidikan, (Malang: UIN Maliki Press, 2010). hlm. 101.
[4]Iim wasliman,noman somantri, Portofolio Dalam Pembelajaran IPS, (bandung: remaja rosdakarya, 2009). Hlm. 91-92
[5] Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta, Penilaian Portofolio, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2007) hlm.5-6.
[6]Ngalim Purwanto, Evaluasi Pengajaran, (Bandung; Remaja Rosdakarya,2002). Hlm.60.
[7]Elizabeth, cathy grace,Pintar Membuat Portofolio ,(Jakarta: Erlangga group, 2006), hlm. 46.
[8]Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran..., hlm. 199-201.
[9] Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran..., hlm. 187-188.
[10] Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran..., hlm. 202-203.
[11] Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran..., hlm. 190-191.
[12] Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran..., hlm. 206-209.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama