A. PENDAHULUAN
Dewasa ini sering kita temui tingkah laku atau akhlak manusia yang telah berbelok dari ajaran – ajaran keagamaan baik dari Al-qur’an ataupun Al-Hadits, dikarenakan seseorang kurang memahami atau bahkan tidak mengetahui tentang pendidikan akhlak yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadits dan mungkin saja malah belum pernah mengenal tentang apa itu akhlak atau pendidikan akhlak sejak masa kecilnya. Sehingga mereka tidak mengetahui betapa pentingnya pendidikan akhlak bagi kehidupan sehari-hari, karena aklak digunakan dalam hubungan antar individu dengan individu lain atau antar masyarakat satu dengan masyarakat lainnya. Berkenaan dengan masalah ini, maka dalam kesempatan kali ini penulis bermaksud untuk sedikit membahas tentang perbuatan yang banyak memasukkan manusia ke surga, larangan meremehkan perbuatan-perbuatan baik, penundaan hak itu dzhalim, imbalan shodaqah, sifat pemaaf dan tawadlu’, sifat-sifat terlarang dan suruhan agar hidup bersaudara dan pendidikan-pendidikan akhlak lainya yang bersumber dari beberapa hadits yang shahih, yang bertujuan dalam pembuatan makalah ini adalah tidak lain untuk membantu memahami makna dari pendidikan akhlak terutama pada materi Al-Hadits. Dan tujuan yang lain adalah agar dapat memahami bentuk-bentuk pendidikan akhlak dan juga mampu mengembangkan pendidikan akhlak baik pada diri sendiri ataupun dikembangkan pada golongan awam.
Dewasa ini sering kita temui tingkah laku atau akhlak manusia yang telah berbelok dari ajaran – ajaran keagamaan baik dari Al-qur’an ataupun Al-Hadits, dikarenakan seseorang kurang memahami atau bahkan tidak mengetahui tentang pendidikan akhlak yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadits dan mungkin saja malah belum pernah mengenal tentang apa itu akhlak atau pendidikan akhlak sejak masa kecilnya. Sehingga mereka tidak mengetahui betapa pentingnya pendidikan akhlak bagi kehidupan sehari-hari, karena aklak digunakan dalam hubungan antar individu dengan individu lain atau antar masyarakat satu dengan masyarakat lainnya. Berkenaan dengan masalah ini, maka dalam kesempatan kali ini penulis bermaksud untuk sedikit membahas tentang perbuatan yang banyak memasukkan manusia ke surga, larangan meremehkan perbuatan-perbuatan baik, penundaan hak itu dzhalim, imbalan shodaqah, sifat pemaaf dan tawadlu’, sifat-sifat terlarang dan suruhan agar hidup bersaudara dan pendidikan-pendidikan akhlak lainya yang bersumber dari beberapa hadits yang shahih, yang bertujuan dalam pembuatan makalah ini adalah tidak lain untuk membantu memahami makna dari pendidikan akhlak terutama pada materi Al-Hadits. Dan tujuan yang lain adalah agar dapat memahami bentuk-bentuk pendidikan akhlak dan juga mampu mengembangkan pendidikan akhlak baik pada diri sendiri ataupun dikembangkan pada golongan awam.
B. HADITS DAN TERJEMAH
1. Perbuatan yang banyak memasukkan manusia ke surga
1. Perbuatan yang banyak memasukkan manusia ke surga
عَنِ النَّوَّاسِ بْنِ سِمْعَانِ اْلاَنْصَرِيِّ قَالَ سَأَلْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيِهِ وَسَلَّمَ عَنِ الْبِرِّ وَالاْثْمِ فَقَالَ الْبِرُّحُسْنُ الْخُلُقِ وَالاْثْمُ مَاحَاكَ فِي صَدْرِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ (اخرجه مسلم في كتاب البروالصلاح)[1] 1
Artinya: Dari Nawwas ibnu Sim’an ra. telah menceritakan, “aku pernah bertanya kepada Rasulullah saw. mengenai kebajikan dan dosa maka beliau menjawab, “Kebajikan ialah akhlak yang baik, dan dosa ialah sesuatu yang bergejolak didadamu, sedangkan kamu tidak suka bila ada orang lain yang mengetahuinya.”(HR. Muslim dalam kitab Birri was Sulhu).
2. Larangan meremehkan perbuatan-perbuatan baik
عَنْ أَبِيْ ذَرٍّ. قَالَ: قًالَ لِيَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ "لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوْفِ شَيْئَا، وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ" (اخرجه مسلم في كتاب البروالصلاح)[2] 2
Artinya: Dari Abu Dzar ra. Berkata, bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda, “Jangan sekali-kali kamu meremehkan kebajikan sekecil apapun, meskipun menuntutmu berwajah manis bila berjumpa dengan saudaramu.” (HR. Bukhari dalam kitab Birri was Sulhu).
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كُلُّ مَعْرُوْفٍ صَدَقَةٌ وَإِنَّ مِنَ الْمَعْرُوْفِ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ وَأَنْ تُفْرِغَ مِنْ دَلْوِكَ فِي إِنَاءِ أَخِيْكَ وَفِي الْباَبِ (اخرجه الترمذي في كتاب البروالصلاح)[3] 3
Artinya: Dari Jabir Ibn abdillah berkata Rasullullah Saw bersabda: setiap kebajikan adalah sedekah, dan diantara kebaikan tersebut adalah menemui saudaramu tersebut dengan wajah berseri-seri, dan mengosongkan wadahmu untuk saudaramu.(HR.Turmudzi dalam kitab Birri was suluh)
3. Penundaan hak itu dzhalim
3. Penundaan hak itu dzhalim
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: أَنَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:مَطْلُ الْغَنِيِّ ظُلْمٌ، فَإِذَا أُتْبِعَ أَحَدُكُمْ عَلَى مَلِيٍّ فَلْيَتْبَعْ (اخرجه البخاري في كتاب الحوالة)[4] 4
Artinya: Dari Abu Huroiroh r.a bahwa Rasulullah SAW Bersabda:“penundaan (pembayaran hutang) oleh orang kaya (mampu) merupakan penganiayaan, dan apabila salah seorang diantara kamu (hutangnya) dialihkan kepada orang yang kaya (mampu), maka hendaklah ia menerimanya.”(HR. Bukhori dalam kitab Hiwalah)
4. Imbalan shodaqah, sifat pemaaf dan tawadlu’
4. Imbalan shodaqah, sifat pemaaf dan tawadlu’
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ، عَنَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قاَلَ "مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللهُ عَبْدًا بِعَفْوٍإِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ ِللهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللهُ" (اخرجه مسلم في كتاب البروالصلاح)[5] 5
Artinya: Dari Abu Hurairah r.a berkata, bahwa Rasulullah saw bersabda, ‘Tidaklah sedekah itu mengurangi harta, dan tidaklah Allah menambah bagi seorang hamba dengan pemberian maafnya (kepada saudaranya,) kecuali kemuliaan (di dunia dan akhirat), serta tidaklah seseorang merendahkan diri karena Allah kecuali Dia akan meninggikan (derajat)nya (di dunia dan akhirat).”(HR. Muslim dalam kitab Birri wa Sulhu)
5. Sifat-sifat terlarang dan suruhan agar hidup bersaudara
5. Sifat-sifat terlarang dan suruhan agar hidup bersaudara
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَة قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيِهِ وَسَلَّمَ "لاَ تَحَاسَدُوْا. وَلاَ تَنَاجَشُوْا، وَلاَ تَبَاغَضُوْا، وَلاَ تَدَابَرُوْا، وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلىَ بَيْعِ بَعْضٍ .وَكُونُوْا، عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا. اَلْمُسْلِمُ أَخُو اْلمُسْلِمِ. لاَ يَظْلِمُهُ، وَلاَ يَخْذُلُهُ، وَلاَ يَحْقِرُهُ. اَلتَّقْوَى هَاهُنَا" وَيُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ "بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمُ. كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلىَ الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ" (اخرجه مسلم في كتاب البروالصلاح)[6] 6
Artinya: Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Janganlah kamu saling mendengki, saling melakukan najasy, saling membenci, dan jangan pula sebagian dari kamu melakukan penjualan diatas penjualan sebagian yang lain, akan tetapi jadilah kalian hamba-hamba Allah yang saudara. Orang muslim adalah saudara muslim lainnya, tidak menzalimi, mengecewakan dan menghinakannya. Takwa itu disini letaknya (sebanyak tiga kali seraya menunjukkan kea rah dadanya). Cukup besar keburukan yang dilakukan seseorang bila menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim bagi muslim yang lain haram darah, harta, dan kehormatannya.”(HR. Muslim dalam kitab Birri wa Sulhu).
عَنْ أَبِيْ بُرْدَةَ بْنِ أَبِيْ مُوسَى الأَشْعَرِيِّ، عَنْ أَبِيْهِ، عَنْ جَدِّهِ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:عَلَى كُلِّ مُسْلِمِ صَدَقَةٌ قَالُوْا: فَإِنْ لَمْ يَجِدْ؟ قَالَ:فَيَعْمَلُ بِيَدَيْهِ فَيَنْفَعُ نَفْسَهُ وَيَتَصَدَّقُ قَالُوا: فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ أَوْ لَمْ يَفْعَلْ؟ قَالَ:فَيُعِيْنُ ذَا اْلحَاجَةِ الْمَلْهُوْفَ قَالُوْا: فَإِنْ لَمْ يَفْعَلْ؟ قَالَ: فَيَأْمُرُ بِالْخَيْرِ، أَوْ قَالَ: بِالْمَعْرُوْفِ قَالَ: فَإِنْ لَمْ يَفْعَلْ؟ قَالَ: فَيُمْسِكُ عَنِ الشَّرِّ فَإِنَّهُ لَهُ صَدَقَةٌ (اخرجه البخاري في كتاب الادب)[7] 7
Artinya: Dari Abi Burdah Bin Abi Musa Asy’ary, dari kakeknya berkata”Rasulullah SAW bersabda “wajib bagi setiap muslim itu bersedekah, para sahabat bertanya “apabila tidak ada (untuk disedekahkan)?”.Nabi Menjawab “maka beramallah dengan kedua tanganmu, maka itu akan bermanfaat bagi dirinya dan dia bisa bersedekah” para sahabat bertanya “apabila dia tidak mampu mengerjakanya?” Nabi menjawab “maka dengan memberikan jalan keluar kepada orang yang sedang dilanda kesusahan” para sahabat bertanya “apabila tidak dapat mengerjakanya?” nabi menjawab “maka perintahlah kepada kebaikan (kebajikan)” sahabat bertanya “apabila tidak bisa mengerjakanya?” Nabi menjawab “maka cegahlah dari kejahatan”. Sesungguhnya mencegah (dari kejahatan) merupakan sedekah.
C. PEMBAHASAN
C. PEMBAHASAN
1. Perbuatan yang banyak memasukkan manusia ke surga
Selama ini kita beramal sholih pasti punya tujuan. Begitu juga kita menjauhi larangan Allah pasti juga punya tujuan. Tujuan mukmin melakukan ibadah dan menjauhi larangan Allah adalah supaya bahagia hidup didunia terlebih lagi diakhirat. Supaya kita terhindar dari siksa api neraka dan dimasukan kedalam surga yang sangat indah itu. Berikut ini beberapa amalan-amalan yang dapat memasukkan kita kedalam surga :
1. Pertama, Ikhlas beramal hanya untuk mendapatkan Ridho Allah dan mengharapkan balasan hanya darinya saja. Sesungguhnya hidup kita, mati kita, ibadah-ibadah kita hanyalah untuk Allah Semata. Dan sesungguhnya amalan-amalan kita tak dapat menolong kita sama sekali untuk menjauhkan dari azab-Nya. Akan tetapi karena Ridho dan Rahmat-Nya lah yang dapat memasukkan kita kedalam surga dan dijauhkan dari siksanya. Oleh karena itu ikhlas merupakan kunci utama mendapatkan ridha dari Allah SWT
2. Kedua, Seseorang bisa masuk surga karena berbakti kepada kedua orang tua begitu juga bisa masuk neraka karena durhaka kepada kedua orang tuanya. Walaupun sebesar apapun amalnya itu tidak akan menolongnya. Karena murka Allah tergantung juga murka orang tuanya?. Oleh karena itu Allah mewajibkan manusia supaya berbakti kepada kedua orang tuanya dan jangan sampai menyakiti hati mereka sedikitpun bahkan bilang “ah” untuk menyanggah atau menolak perkataan mereka saja tidak boleh apalagi sampai menyakiti secara fisik bahkan jangan sampai menyiksa perasaan atau batin mereka.
3. Ketiga, Sabar dalam segala ujian dan menjauhi sifat takabur. Seorang miskin hidup didunia ini harus punya prinsip “dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir dan akhirat surga bagi orang mukmin dan neraka kekal bagi orang kafir”. Sehingga jika prinsip yang diajarkan Rasululullah ini kita tanamkan dalam jiwa dan pikiran kita maka keadaan sesulit apapun kita akan bersabar karena mengharapkan balasan yang sangat lebih utama diakhirat berupa surga-Nya. Sedangkan bila kita dikaruniai banyak kelebihan harta maka kita tidak akan berlebihan / boros dalam menggunakannya apalagi untuk dibelanjakan untuk hal yang sia-sia. Seorang mukmin yang banyak harta akan membelanjakan hartanya dijalan Allah. Dan walaupun dipandang sebagai orang terpandang karena kelebihan hartanya maka akan tetap bersikap tawadhu atau rendah hati kepada yang lain karena Allah sangat benci kepada kesombongan.[8]
2. Larangan meremehkan perbuatan-perbuatan baik
Islam menganjurkan perbuatan baik dan begitu banyak jenis kebaikan yang diajarkan Islam, dari yang ringan sampai yang berat rasanya untuk kita lakukan. Islam memang mengenal prioritas amal, tapi bukan berarti kemudian kita mengabaikan amalan baik yang kelihatannya kecil dan ringan. Sebab, bagaimana pun juga kebaikan yang kita lakukan, berat atau ringan insya Allah akan tetap dinilai sebagai pahala di sisi Allah Swt.
Prioritas amal sebaiknya juga tidak menjadikan amal yang bukan prioritas seolah-olah dianggap untuk diabaikan dan tak perlu dilakukan. Logika seperti ini tentunya kurang memahami persoalan. Itu sebabnya, jika kita memberikan motivasi kesabaran kepada orang lain yang tengah dilanda putus asa adalah kebaikan. Berjihad pun adalah kebaikan karena melakukan bukti riil pembelaan kita terhadap Islam. Dua kebaikan ini tetap bernilai dan berpahala jika kita laksanakan dengan ikhlas. Tapi bukan berarti kemudian kita meremehkan amal baik seseorang yang memberikan motivasi kesabaran dan menganggap hal itu tak perlu dilakukan karena lebih wajib melaksanakan jihad di medan perang karena dianggap bobot kebaikannya berbeda.
Memang berbeda bobotnya, tetapi bukan berarti kemudian kita harus meremehkan perbuatan baik. Itu sebabnya, yang perlu dipahami adalah skala priotas amalnya. Bukan menilai jenis kebaikannya untuk kemudian menganggap suatu kebaikan ringan dan kebaikan lainnya berat. Maka sebenarnya senyum saja sudah cukup bagi kita untuk menyenangkan orang lain. Bahkan Rasulullah saw. menilai bahwa bemanis muka (termasuk senyum di antaranya) itu sebagai kebaikan, dan insya Allah bagian dari ibadah.[9]
3. Penundaan hak itu dzhalim
Dari Hadits ini menjelaskan bahwa hutang itu sebaiknya segera dilunasi agar tidak menjadi beban saat orang yang berhutang meninggal dunia. Rasulullah SAW bahkan tidak mau menyalatkan jenazah orang yang mem iliki hutang, kecuali ada yang menanggungnya. Dengan demikian, apabila seseorang mempunya hutang dan ia sudah mampu untuk membayarnya, maka hendaknya hutang tersebut segera dilunasi, dan jangan ditunda-tunda. Apabila ia sudah mampu tetapi ia menunda-nunda pembayaran hutangnya, maka ia termasuk orang yang dzalim.
Apabila kondisi orang yang berhutang sedang berada dalam kesulitan dan ketidakmampuan, maka kepada orang yang memberikan hutang dianjurkan untuk memberikan kelonggaran dengan menunggu sampai orang tersebut mampu untuk membayar hutangnya.[10]
4. Imbalan shodaqah, sifat pemaaf dan tawadlu’
Shodaqah adalah suatu pemberian yang dimaksudkan untuk mendapatkan pahala bukan untuk suatu kehormatan atau kemulyaan. Shodaqah merupakan bentuk kepedulian seseorang terhadap orang lain untuk turut meringankan beban yang sedang dideritanya. Salah satu imbalan dari shodaqah antara lain dapat menghapus dosa dan kesalahan. Islam mengajarkan manusia untuk memiliki kepedulian terhadap sesama, karena pada hakikatnya semua anugrah yang dimiliki seseorang itu adalah amanah dari Allah untuk hambanya, dimana didalam harta orang kaya terletak hak orang miskin yang harus diberikan kepada mereka.[11]
Al-’Afwu (memaafkan) artinya memaafkan perbuatan salah dan tidak menghukumnya, secara bahasa menghapus dan menghilangkan. Bertambahnya kemuliaan orang yang pemaaf di dunia adalah dengan dia dimuliakan dan diagungkan di hati manusia, karena sifatnya yang mudah memaafkan orang lain, sedangkan di akhirat dengan besarnya ganjaran pahala dan keutamaan di sisi Allah SWT.[12]
Maaf juga merupakan akhlak terpuji yang dianjurkan oleh islam dan Allah SWT. Memaafkan itu berkaitan dengan menahan marah dan berbuat kebajikan. Tak ada yang lebih menentramkan diri dan menenangkan pandangan dari pada hati yang damai serta jauh dari dengki. Berkenaan dengan hal ini seseorang akan hidup sebagai orang yang tulus memaafkan, rela, tidak benci dan jauh dari penyakit dengki.[13]
Sifat tawadlu’ ini termasuk di antara kesempurnaan sifat yang paling menunjukkan kepada akhlak yang baik. Sikap tawadlu’ akan membuat derajat kita menjadi terangkat. Orang-orang yang memiliki sifat tawadlu’ adalah orang-orang yang tidak merasa sombong dari beribadah kepada Allah. [14]
Jika kamu merasa bersikap sombong terhadap sesama makhluk Allah serta berlaku dzalim terhadap mereka, sementara kamu sendiri tidak rela dengan sikap itu dan ingin memperbaiki diri maka hendaklah kamu bertawadlu’. Tidaklah hal tersebut cukup bagi kamu jika kamu telah mengetahui semuanya maka konsistenlah dalam menjalankannya.[15]
5. Sifat-sifat terlarang dan suruhan agar hidup bersaudara
Sifat terlarang yaitu suatu perbuatan yang dapat merugikan orang lain dalam kehidupan sehari-hari. Dalam ajaran islam sifat ini sangat dibenci oleh Allah, karena sifat ini sangat hina. Sifat ini biasanya dilandaskan pada nafsu yang tidak baik. Sifat terlarang ini antara lain: dengki, iri hati, sombong, riya’, ghadab dan lain-lain.
Siapa yang mepunyai sifat-sifat ini, niscaya orang itu dapat siksaan di dunia dan mendekam dalam neraka di akhirat. Oleh karena itu sifat ini harus di jauhi, agar tidak menjadi sahabat karib iblis di neraka. Cara menghindari sifat ini, harus memperbanyak ilmu keagamaan, mengamalkannya, dan berserah diri pada Allah. Harus diyakini bahwa hidup di dunia ini tidak kekal dan berakhir dengan kematian yaitu akhir yang kekal tempat menerima balasan baik dan balasan buruk yang di lakukan manusia di dunia.[16]
Menumbuhkan kesadaran untuk memelihara persaudaraan serta menjauhkan diri dari perpecahan, merupakan realisasi pengakuan bahwa hakikatnya kedudukan manusia adalah sama di hadapan Allah. Saling kenal mengenal satu sama lain adalah dasar hubungan antara manusia sesama manusia. Tiap-tiap hubungan yang diperkokoh perkenalan ini dengan menghilangkan rintangannya, adalah hubungan yang wajib didukung dan dimanfaatkan. Karena islam bukanlah merupakan ikat yang hanya menghimpun jumlah manusia saja, tetapi juga menghimpun kebenaran-kebenaran yang menetapkan berbagai hubungan yang baik antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Penciptaanya, dan antara manusia dengan sesamanya.[17]
[1] Imam Yahya Bin Syaraf An-Nawawi , Sahih Muslim Juz 15, (Bairut: Darul Qutub Al-Ilmiyah, 1995), hlm. 90.
[2] Imam Yahya Bin Syaraf An-Nawawi , Sahih Muslim Juz 15, (Bairut: Darul Qutub Al-Ilmiyah, 1995), hlm. 146.
[3]Abi Isa Muhammad Bin Isa Bin Saurah, Jami’us Shalih Juz 4, (Beirut: Darul Qutub Al-Ilmiyah, 1983), hlm. 306.
[4]Syihabuddin Abi Abbas Al-Qastalani, Irsyadus Syari’ Juz 5, (Bairut: Darul Qutub Al-Ilmiyah, 1983), hlm. 251.
[5]Imam Yahya Bin Syaraf An-Nawawi , Sahih Muslim Juz 15, (Bairut: Darul Qutub Al-Ilmiyah, 1995), hlm. 116.
[6] Imam Yahya Bin Syaraf An-Nawawi, Sahih Muslim Juz 15, (Bairut: Darul Qutub Al-Ilmiyah, 1995), hlm. 98.
[7] Syihabuddin Abi Abbas Al-Qastalani, Irsyadus Syari’ Juz 30, (Bairut: Darul Qutub Al-Ilmiyah, 1983), hlm. 47.
[8] http://dulrohman.blogspot.com/2012/07/amalan-yang-dapat-memasukkan-kedalam.htm Jumat, 24 mei 2013 pukul 14:22 WIB
[9] http://citizenimages.kompas.com/blog/view/133054-Jangan-Remehkan-Kebaikan jum’at, 24 mei 2013 pukul 14:50 WIB
[10] Ahmad Wardi Muslich, Fiqih Mu’amalat, Jakarta: AMZAH, 2010), hlm. 284-285.
[11] Juwariyah, Hadis Tarbawi, (Yogyakarta: PT.Teras, 2010), hlm. 77.
[12]http://1000000inspirasi.wordpress.com/2012/02/07/keutamaan-bersedeqah-sifat-pemaaf-dan-merendahkan-diri/ jum’at, 24 mei 2013 pukul 14:30
[13]Iman Abdul Mukmin Sa’dudin, Meneladanni Akhlak Nabi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 224.
[14]Ahmad Abduh ‘Iwadh, Mutiara Hadis Qutsi, (Jakarta: PT.Mizani,2008), hlm. 288.
[15]Amru Kholid, Berakhlak Seindah Rasulullah,(Semarang: Pustaka Nuun, 2007), hlm.69.
[16]Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-qur’an,(Jakarta: AMZAH,2007), hlm.61.
[17] Muhammad Al Ghazali, Akhlaq Seorang Muslim, (Semarang: PT.Wicaksana,1986), hlm. 339.
Selama ini kita beramal sholih pasti punya tujuan. Begitu juga kita menjauhi larangan Allah pasti juga punya tujuan. Tujuan mukmin melakukan ibadah dan menjauhi larangan Allah adalah supaya bahagia hidup didunia terlebih lagi diakhirat. Supaya kita terhindar dari siksa api neraka dan dimasukan kedalam surga yang sangat indah itu. Berikut ini beberapa amalan-amalan yang dapat memasukkan kita kedalam surga :
1. Pertama, Ikhlas beramal hanya untuk mendapatkan Ridho Allah dan mengharapkan balasan hanya darinya saja. Sesungguhnya hidup kita, mati kita, ibadah-ibadah kita hanyalah untuk Allah Semata. Dan sesungguhnya amalan-amalan kita tak dapat menolong kita sama sekali untuk menjauhkan dari azab-Nya. Akan tetapi karena Ridho dan Rahmat-Nya lah yang dapat memasukkan kita kedalam surga dan dijauhkan dari siksanya. Oleh karena itu ikhlas merupakan kunci utama mendapatkan ridha dari Allah SWT
2. Kedua, Seseorang bisa masuk surga karena berbakti kepada kedua orang tua begitu juga bisa masuk neraka karena durhaka kepada kedua orang tuanya. Walaupun sebesar apapun amalnya itu tidak akan menolongnya. Karena murka Allah tergantung juga murka orang tuanya?. Oleh karena itu Allah mewajibkan manusia supaya berbakti kepada kedua orang tuanya dan jangan sampai menyakiti hati mereka sedikitpun bahkan bilang “ah” untuk menyanggah atau menolak perkataan mereka saja tidak boleh apalagi sampai menyakiti secara fisik bahkan jangan sampai menyiksa perasaan atau batin mereka.
3. Ketiga, Sabar dalam segala ujian dan menjauhi sifat takabur. Seorang miskin hidup didunia ini harus punya prinsip “dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir dan akhirat surga bagi orang mukmin dan neraka kekal bagi orang kafir”. Sehingga jika prinsip yang diajarkan Rasululullah ini kita tanamkan dalam jiwa dan pikiran kita maka keadaan sesulit apapun kita akan bersabar karena mengharapkan balasan yang sangat lebih utama diakhirat berupa surga-Nya. Sedangkan bila kita dikaruniai banyak kelebihan harta maka kita tidak akan berlebihan / boros dalam menggunakannya apalagi untuk dibelanjakan untuk hal yang sia-sia. Seorang mukmin yang banyak harta akan membelanjakan hartanya dijalan Allah. Dan walaupun dipandang sebagai orang terpandang karena kelebihan hartanya maka akan tetap bersikap tawadhu atau rendah hati kepada yang lain karena Allah sangat benci kepada kesombongan.[8]
2. Larangan meremehkan perbuatan-perbuatan baik
Islam menganjurkan perbuatan baik dan begitu banyak jenis kebaikan yang diajarkan Islam, dari yang ringan sampai yang berat rasanya untuk kita lakukan. Islam memang mengenal prioritas amal, tapi bukan berarti kemudian kita mengabaikan amalan baik yang kelihatannya kecil dan ringan. Sebab, bagaimana pun juga kebaikan yang kita lakukan, berat atau ringan insya Allah akan tetap dinilai sebagai pahala di sisi Allah Swt.
Prioritas amal sebaiknya juga tidak menjadikan amal yang bukan prioritas seolah-olah dianggap untuk diabaikan dan tak perlu dilakukan. Logika seperti ini tentunya kurang memahami persoalan. Itu sebabnya, jika kita memberikan motivasi kesabaran kepada orang lain yang tengah dilanda putus asa adalah kebaikan. Berjihad pun adalah kebaikan karena melakukan bukti riil pembelaan kita terhadap Islam. Dua kebaikan ini tetap bernilai dan berpahala jika kita laksanakan dengan ikhlas. Tapi bukan berarti kemudian kita meremehkan amal baik seseorang yang memberikan motivasi kesabaran dan menganggap hal itu tak perlu dilakukan karena lebih wajib melaksanakan jihad di medan perang karena dianggap bobot kebaikannya berbeda.
Memang berbeda bobotnya, tetapi bukan berarti kemudian kita harus meremehkan perbuatan baik. Itu sebabnya, yang perlu dipahami adalah skala priotas amalnya. Bukan menilai jenis kebaikannya untuk kemudian menganggap suatu kebaikan ringan dan kebaikan lainnya berat. Maka sebenarnya senyum saja sudah cukup bagi kita untuk menyenangkan orang lain. Bahkan Rasulullah saw. menilai bahwa bemanis muka (termasuk senyum di antaranya) itu sebagai kebaikan, dan insya Allah bagian dari ibadah.[9]
3. Penundaan hak itu dzhalim
Dari Hadits ini menjelaskan bahwa hutang itu sebaiknya segera dilunasi agar tidak menjadi beban saat orang yang berhutang meninggal dunia. Rasulullah SAW bahkan tidak mau menyalatkan jenazah orang yang mem iliki hutang, kecuali ada yang menanggungnya. Dengan demikian, apabila seseorang mempunya hutang dan ia sudah mampu untuk membayarnya, maka hendaknya hutang tersebut segera dilunasi, dan jangan ditunda-tunda. Apabila ia sudah mampu tetapi ia menunda-nunda pembayaran hutangnya, maka ia termasuk orang yang dzalim.
Apabila kondisi orang yang berhutang sedang berada dalam kesulitan dan ketidakmampuan, maka kepada orang yang memberikan hutang dianjurkan untuk memberikan kelonggaran dengan menunggu sampai orang tersebut mampu untuk membayar hutangnya.[10]
4. Imbalan shodaqah, sifat pemaaf dan tawadlu’
Shodaqah adalah suatu pemberian yang dimaksudkan untuk mendapatkan pahala bukan untuk suatu kehormatan atau kemulyaan. Shodaqah merupakan bentuk kepedulian seseorang terhadap orang lain untuk turut meringankan beban yang sedang dideritanya. Salah satu imbalan dari shodaqah antara lain dapat menghapus dosa dan kesalahan. Islam mengajarkan manusia untuk memiliki kepedulian terhadap sesama, karena pada hakikatnya semua anugrah yang dimiliki seseorang itu adalah amanah dari Allah untuk hambanya, dimana didalam harta orang kaya terletak hak orang miskin yang harus diberikan kepada mereka.[11]
Al-’Afwu (memaafkan) artinya memaafkan perbuatan salah dan tidak menghukumnya, secara bahasa menghapus dan menghilangkan. Bertambahnya kemuliaan orang yang pemaaf di dunia adalah dengan dia dimuliakan dan diagungkan di hati manusia, karena sifatnya yang mudah memaafkan orang lain, sedangkan di akhirat dengan besarnya ganjaran pahala dan keutamaan di sisi Allah SWT.[12]
Maaf juga merupakan akhlak terpuji yang dianjurkan oleh islam dan Allah SWT. Memaafkan itu berkaitan dengan menahan marah dan berbuat kebajikan. Tak ada yang lebih menentramkan diri dan menenangkan pandangan dari pada hati yang damai serta jauh dari dengki. Berkenaan dengan hal ini seseorang akan hidup sebagai orang yang tulus memaafkan, rela, tidak benci dan jauh dari penyakit dengki.[13]
Sifat tawadlu’ ini termasuk di antara kesempurnaan sifat yang paling menunjukkan kepada akhlak yang baik. Sikap tawadlu’ akan membuat derajat kita menjadi terangkat. Orang-orang yang memiliki sifat tawadlu’ adalah orang-orang yang tidak merasa sombong dari beribadah kepada Allah. [14]
Jika kamu merasa bersikap sombong terhadap sesama makhluk Allah serta berlaku dzalim terhadap mereka, sementara kamu sendiri tidak rela dengan sikap itu dan ingin memperbaiki diri maka hendaklah kamu bertawadlu’. Tidaklah hal tersebut cukup bagi kamu jika kamu telah mengetahui semuanya maka konsistenlah dalam menjalankannya.[15]
5. Sifat-sifat terlarang dan suruhan agar hidup bersaudara
Sifat terlarang yaitu suatu perbuatan yang dapat merugikan orang lain dalam kehidupan sehari-hari. Dalam ajaran islam sifat ini sangat dibenci oleh Allah, karena sifat ini sangat hina. Sifat ini biasanya dilandaskan pada nafsu yang tidak baik. Sifat terlarang ini antara lain: dengki, iri hati, sombong, riya’, ghadab dan lain-lain.
Siapa yang mepunyai sifat-sifat ini, niscaya orang itu dapat siksaan di dunia dan mendekam dalam neraka di akhirat. Oleh karena itu sifat ini harus di jauhi, agar tidak menjadi sahabat karib iblis di neraka. Cara menghindari sifat ini, harus memperbanyak ilmu keagamaan, mengamalkannya, dan berserah diri pada Allah. Harus diyakini bahwa hidup di dunia ini tidak kekal dan berakhir dengan kematian yaitu akhir yang kekal tempat menerima balasan baik dan balasan buruk yang di lakukan manusia di dunia.[16]
Menumbuhkan kesadaran untuk memelihara persaudaraan serta menjauhkan diri dari perpecahan, merupakan realisasi pengakuan bahwa hakikatnya kedudukan manusia adalah sama di hadapan Allah. Saling kenal mengenal satu sama lain adalah dasar hubungan antara manusia sesama manusia. Tiap-tiap hubungan yang diperkokoh perkenalan ini dengan menghilangkan rintangannya, adalah hubungan yang wajib didukung dan dimanfaatkan. Karena islam bukanlah merupakan ikat yang hanya menghimpun jumlah manusia saja, tetapi juga menghimpun kebenaran-kebenaran yang menetapkan berbagai hubungan yang baik antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Penciptaanya, dan antara manusia dengan sesamanya.[17]
[1] Imam Yahya Bin Syaraf An-Nawawi , Sahih Muslim Juz 15, (Bairut: Darul Qutub Al-Ilmiyah, 1995), hlm. 90.
[2] Imam Yahya Bin Syaraf An-Nawawi , Sahih Muslim Juz 15, (Bairut: Darul Qutub Al-Ilmiyah, 1995), hlm. 146.
[3]Abi Isa Muhammad Bin Isa Bin Saurah, Jami’us Shalih Juz 4, (Beirut: Darul Qutub Al-Ilmiyah, 1983), hlm. 306.
[4]Syihabuddin Abi Abbas Al-Qastalani, Irsyadus Syari’ Juz 5, (Bairut: Darul Qutub Al-Ilmiyah, 1983), hlm. 251.
[5]Imam Yahya Bin Syaraf An-Nawawi , Sahih Muslim Juz 15, (Bairut: Darul Qutub Al-Ilmiyah, 1995), hlm. 116.
[6] Imam Yahya Bin Syaraf An-Nawawi, Sahih Muslim Juz 15, (Bairut: Darul Qutub Al-Ilmiyah, 1995), hlm. 98.
[7] Syihabuddin Abi Abbas Al-Qastalani, Irsyadus Syari’ Juz 30, (Bairut: Darul Qutub Al-Ilmiyah, 1983), hlm. 47.
[8] http://dulrohman.blogspot.com/2012/07/amalan-yang-dapat-memasukkan-kedalam.htm Jumat, 24 mei 2013 pukul 14:22 WIB
[9] http://citizenimages.kompas.com/blog/view/133054-Jangan-Remehkan-Kebaikan jum’at, 24 mei 2013 pukul 14:50 WIB
[10] Ahmad Wardi Muslich, Fiqih Mu’amalat, Jakarta: AMZAH, 2010), hlm. 284-285.
[11] Juwariyah, Hadis Tarbawi, (Yogyakarta: PT.Teras, 2010), hlm. 77.
[12]http://1000000inspirasi.wordpress.com/2012/02/07/keutamaan-bersedeqah-sifat-pemaaf-dan-merendahkan-diri/ jum’at, 24 mei 2013 pukul 14:30
[13]Iman Abdul Mukmin Sa’dudin, Meneladanni Akhlak Nabi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 224.
[14]Ahmad Abduh ‘Iwadh, Mutiara Hadis Qutsi, (Jakarta: PT.Mizani,2008), hlm. 288.
[15]Amru Kholid, Berakhlak Seindah Rasulullah,(Semarang: Pustaka Nuun, 2007), hlm.69.
[16]Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-qur’an,(Jakarta: AMZAH,2007), hlm.61.
[17] Muhammad Al Ghazali, Akhlaq Seorang Muslim, (Semarang: PT.Wicaksana,1986), hlm. 339.
Posting Komentar