KITAB HUKUM-HUKUM ZAKAT

Zakat secara bahasa adalah berkembang. Dan secara syara’ adalah nama harta tertentu yang diambil dari harta tertentu dengan cara tertentu dan diberikan pada golongan tertentu.

وَهِيَ لُغَةً النَّمَاءُ وَشَرْعًا اسْمٌ لِمَالٍ مَخْصُوْصٍ يُؤْخَذُ مِنْ مَالٍ مَخْصُوْصٍ عَلَى وَجْهٍ مَخْصُوْصٍ يُصْرَفُ لِطَائِفَةٍ مَخْصُوْصَة ٍ
Zakat wajib dilakukan di dalam lima perkara.

(تَجِبُ الزَّكَاةُ فِيْ خَمْسَةِ أَشْيَاءَ
Lima perkara tersebut adalah hewan ternak. Seandainya mushannif mengungkapkan dengan bahasa “an na’am”, maka hal itu lebih baik karena bahasa “an na’am” itu lebih khusus cakupannya daripada bahasa “al mawasyi”, dan pembahasan di sini adalah di dalam binatang ternak yang lebih khusus.

وَهِيَ الْمَوَاشِيْ) وَلَوْ عَبَّرَ بِالنَّعَمِ لَكَانَ أَوْلَى لِأَنَّهَا أَخَصُّ مِنَ الْمَوَاشِيْ وَالْكَلَامُ هُنَّا فِي الْأَخَصِّ
Dan -yang kedua- al atsman (mata uang). Yang dikehendaki dengan atsman adalah emas dan perak.

(وَالْأَثْمَانُ) وَأُرِيْدَ بِهَا الذَّهَبُ وَالْفِضَّةُ
Dan -yang ke tiga- az zuru’ (hasil pertanian). Yang dikehendaki dengan az zuru’ adalah bahan makanan penguat badan.

(وَالزُّرُوْعُ) وَأُرِيْدَ بِهَا الْأَقْوَاتُ
Dan -yang ke empat dan ke lima- buah-buahan dan barang dagangan. Masing-masing dari kelimanya akan dijelaskan secara terperinci.
(وَالثِّمَارُ وَعُرُوْضُ التِّجَارَةِ) وَسَيَأْتِيْ كُلٌّ مِنَ الْخَمْسَةِ مُفَصَّلًا.

Zakat Binatang Ternak

Adapun binatang ternak, maka wajib mengeluarkan zakat di dalam tiga jenis darinya, yaitu onta, sapi dan kambing.

(فَأَمَّا الْمَوَاشِي فَتَجِبُ الزَّكَاةُ فِيْ ثَلَاثَةِ أَجْنَاسٍ مِنْهَا وَهِيَ الْإِبِلُ وَالْبَقَرُ وَالْغَنَمُ)
Maka tidak wajib mengeluarkan zakat di dalam kuda, budak dan binatang yang lahir semisal dari hasil perkawinan kambing dan kijang.

فَلَا تَجِبُ فِيْ الْخَيْلِ وَالرَّقِيْقِ وَالْمُتَوَلِّدِ مَثَلًا بَيْنَ غَنَمٍ وَظِبَاءٍ
Syarat wajib zakat ternak ada enam perkara. Dalam sebagian redaksi matan diungkapkan dengan bahasa “ enam khishal”.

(وَشَرَائِطُ وُجُوْبِهَا سِتَّةُ أَشْيَاءَ) وَفِيْ بَعْضِ نُسَخِ الْمَتْنِ سِتُّ خِصَالٍ
Yaitu Islam. Maka zakat tidak wajib bagi orang kafir asli.

(الإِسْلَامُ) فَلَا تَجِبُ عَلَى كَافِرٍ أَصْلِيٍّ
Adapun orang murtad, maka menurut pendapat yang shahih sesungguhnya hartanya dipending dulu. Jika kembali masuk Islam, maka baginya wajib mengeluarkan zakat. Dan jika tidak, maka tidak wajib.

وَأَمَّا الْمُرْتَدُ فَالصَّحِيْحُ أَنَّ مَالَهُ مَوْقُوْفٌ فَإِنْ عَادَ إِلَى الْإِسْلَامِ وَجَبَتْ عَلَيْهِ وَ إِلاَّ فَلاَ
Dan -syarat kedua- merdeka, maka zakat tidak wajib bagi seorang budak.

(وَالْحُرِّيَّةُ) فَلَا زَكَاةَ عَلَى رَقِيْقٍ
Adapun budak muba’ad[1], maka baginya wajib mengeluarkan zakat dari harta yang ia miliki dengan sebagian dirinya yang merdeka.

وَأَمَّا الْمُبَعَّضُ فَتَجِبُ عَلَيْهِ الزَّكَاةُ فِيْمَا مَلَكَهُ بِبَعْضِهِ الْحُرِّ
Dan milik sempurna. Maksudnya, milik yang lemah tidak wajib untuk dizakati seperti barang yang di beli namun belum diterima, maka tidak wajib dikeluarkan zakatnya sebagaimana indikasi dari ungkapan mushannif yang mengikut pada Qaul Qadim, namun menurut Qaul Jadid wajib mengeluarkan zakat.

(وَالْمِلْكُ التَّامُ) أَيْ فَالْمِلْكُ الضَّعِيْفُ لَا زَكَاةَ فِيْهِ كَالْمُشْتَرَى قَبْلَ قَبْضِهِ لَا تَجِبُ فِيْهِ الزَّكَاةُ كَمَا يَقْتَضِيْهُ كَلَامُ الْمُصَنِّفِ تَبْعًا لِلْقَوْلِ الْقَدِيْمِ لَكِنِ الْجَدِيْدُ الْوُجُوْبُ
Sudah mencapai satu nishab dan setahun. Sehingga, kalau masing-masing kurang dari batas tersebut, maka tidak wajib zakat.

(وَالنِّصَابُ وَالْحَوْلُ) فَلَوْ نَقَصَ كُلٌّ مِنْهُمَا فَلَا زَكَاةَ
Saum, yaitu dikembalakan di rumput yang mubah.

(وَالسَّوْمُ) وَهُوَ الرَّعْيُ فِيْ كَلَاءٍ مُبَاحٍ
Seandainya binatang ternak tersebut diberi makan dalam jangka waktu lebih lama dalam setahun, maka tidak wajib dikeluarkan zakatnya.

فَلَوْ عُلِفَتِ الْمَاشِيَةُ مُعْظَمَ الْحَوْلِ فَلَا زَكَاةَ فِيْهَا
Jika binatang ternak tersebut diberi makan selama setengah tahun atau kurang dengan kadar makanan yang mana ternak tersebut bisa hidup tanpa makanan tersebut tanpa mengalami dampak negatif yang nampak jelas, maka wajib dikeluarkan zakatnya. Jika tidak, maka tidak wajib dikeluarkan zakatnya.
وَإِنْ عُلِفَتْ نَصْفَهُ فَأَقَلَّ قَدْرًا تَعِيْشُ بِدُوْنِهِ بِلَاضَرَرٍ بِيِّنٍ وَجَبَتْ زَكَاتُهَا وَإلَّا فَلاَ

Zakat Emas Dan Perak

Adapun atsman (mata uang), maka wajib pada dua barang yaitu emas dan perak, baik yang sudah dicetak atau tidak. Dan nishabnya akan dijelaskan di belakang.

(وَأَمَّا الْأَثْمَانُ فَشَيْآنِ:الذَّهَبُ وَالْفِضَّةُ) مَضْرُوْبَيْنِ كَانَا أَوْ لاَ وَسَيَأْتِ نِصَابُهُمَا
Syarat-syarat wajib zakat di dalam atsman adalah lima perkara, yaitu Islam, merdeka, milik sempurna, nishab dan mencapai satu tahun. Dan semuanya akan dijelaskan di belakang.
(وَشَرَائِطُ وُجُوْبِ الزَّكَاةِ فِيْهَا) أَيِ الْأَثْمَانِ (خَمْسَةُ أَشْيَاءَ الإِسْلَامُ وَالْحُرِّيَّةُ وَالْمِلْكُ التَّامُ وَالنِّصَابُ وَالْحَوْلُ) وَسَيَأْتِيْ بَيَانُ ذَلِكَ.
Zakat Hasil Pertanian

Adapun az zuru’, maka wajib mengeluarkan zakatnya dengan tiga syarat. Yang dikehendaki oleh mushannif dengan az zuru’ adalah bahan makanan penguat badan, yaitu berupa gandum putih, gandum merah, kedelai, dan beras, begitu juga bahan makanan penguat badan yang dikonsumsi dalam keadaan normal seperti jagung dan kacang.

(وَأَمَّا الزُّرُوْعُ) وَأَرَادَ الْمُصَنِّفُ بِهَا الْمُقْتَاتَ مِنْ حِنْطَةٍ وَشَعِيْرٍ وَعَدَسٍ وَأَرُزٍّ وَكَذَا مَا يُقْتَاتُ اخِتِيَارًا كَذُرَّةٍ وَحِمْصٍ (فَتَجِبُ الزَّكَاةُ فِيْهَا بِثَلَاثَةِ شَرَائِطَ
Syarat tersebut yaitu hasil pertanian tersebut termasuk tanaman yang ditanam oleh anak Adam.

أَنْ يَكُوْنَ مِمَّا يَزْرَعُهُ) أَيْ يَسْتَنْبِتُهُ (الآدَمِيُّوْنَ)
Jika tumbuh dengan sendirinya sebab terbawa air atau angin, maka tidak wajib dikeluarkan zakatnya.

فَإِنْ نَبَتَ بِنَفْسِهِ بِحَمْلِ مَاءٍ أَوْ هَوَاءٍ فَلَا زَكَاةَ فِيْهِ
-yang kedua- hasil tersebut termasuk bahan makanan yang kuat disimpan.

(وَأَنْ يَكُوْنَ قُوْتًا مُدَخَّرًا)
Baru saja telah dijelaskan pengertian “bahan makananan penguat badan”. Dengan bahasa “bahan makanan penguat badan”, mengecuali hasil pertanian yang tidak dibuat bahan makanan penguat badan, yaitu berupa tanaman bumbu seperti tanaman al kammun (bumbu-bumbuan).

وَسَبَقَ قَرِيْبًا بَيَانُ الْمُقْتَاتِ وَخَرَجَ بِالْقُوْتِ مَا لَا يُقْتَاتُ مِنَ الْأَبْزَارِ نَحْوُ الْكَمُّوْنِ
-syarat ke tiga- harus mencapai satu nishab, yaitu lima wasaq tanpa kulit.

(وَأَنْ يَكُوْنَ نِصَابًا وَهُوَ خَمْسَةُ أَوْسُقٍ لَاقِشْرَ عَلَيْهَا)
Di dalam sebagian redaksi menggunakan bahasa ”harus mencapai lima wasaq” dengan tidak menyertakan lafadz “nishab”.
وَفِيْ بَعْضِ النُّسَخِ وَأَنْ يَكُوْنَ خَمْسَةَ أَوْسُقٍ بِإِسْقَاِط نِصَابٍ.

Zakat Buah-Buahan

Adapun buah-buahan, maka yang wajib dizakati adalah dua buah-buahan.

وَأَمَّا الثِّمَارُ فَتَجِبُ الزَّكَاةُ فِيْ شَيْئَيْنِ مِنْهَا
Yaitu buah kurma dan buah anggur. Yang dikehendaki dengan kedua buah ini adalah kurma kering dan anggur kering.

(ثَمْرَةِ النَّحْلِ وَثَمْرَةِ الْكَرَمِ) وَالْمُرَادُ بِهَاتَيْنِ الثَّمْرَتَيْنِ التَّمْرُ وَالْزَبِيْبُ
Syarat-syarat wajib zakat di dalam buah-buahan ada empat perkara : yaitu Islam, merdeka, milik sempurna dan nishab.

(وَشَرَائِطُ وُجُوْبِ الزَّكَاةِ فِيْهَا) أَيِ الثِّمَارِ (أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ: الْإِسْلَامُ وَالْحُرِّيِّةُ وَالْمِلْكُ التَّامُ وَالنِّصَابُ)
Ketika salah satu dari syarat-syarat tersebut tidak ada, maka tidak ada kewajiban untuk mengeluarkan zakat.
فَمَتَى انْتَفَى شَرْطٌ مِنْ ذَلِكَ فَلَا وُجُوْبَ



Zakat Dagangan

Adapun barang dagangan, maka wajib dizakati dengan syarat-syarat yang telah disebutkan di dalam zakat mata uang.

(وَأَمَّا عُرُوْضُ التِّجَارَةِ فَتَجِبُ الزَّكَاةُ فِيْهَا بِالشُّرُوْطِ الْمَذْكُوْرَةِ) سَابِقًا (فِيْ الْأَثْمَانِ)
Tijarah (dagang) adalah memutar balik harta karena tujuan mencari laba.

وَالتِّجَارَةُ هِيَ التَّقْلِيْبُ فِيْ الْمَالِ لِغَرَضِ الرِّبْحِ.


[1] Muba’adadalah seorang yang berstatus budak dan merdeka.

(Sumber : Kitab Fathul Qorib)

Baca juga artikel kami lainnya :  Dunia Jin



Post a Comment

Lebih baru Lebih lama