OSPEK MEMATIKAN



Kasus kematian Fikri, salah seorang mahasiswa baru ITN Malang semakin hari terus bergulir menjadi bola panas yang membuat gerah pada civitas akademika Institut Teknologi Malang. Mereka seolah-olah ditelanjangi bulat-bulat dan dicap sebagai perguruan tinggi yang biadab dan tidak bertanggungjawab. Wajar, karena kemarahan beberapa orang yang mempertanyaakan ketian Fikri dan kasusnya berjalan begitu saja tanpa ada penanganan dan bahkan pihak kampus dianggap “meremehkan”, dan seolah-olah menyembunyikannya dari khalayak ramai. Padahal menurut mereka yang mengetahui kematian Fikri, sudah melaporkannya kepada kepolisian, tapi tidak ditanggapi dengan baik. Walhasil kasusnya molor sampai 2 bulan dan  baru-baru ini muncul kembali ke permukaan.

Kematian Fikri diketahui saat melakukan kegiatan ospek jurusan di Gua Cina Kecamatan Sumbermacing Kabupaten Malang. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan rutin setiap penerimaan mahasiswa baru. Sebenarnya kegiatannya hanya kegiatan bakti sosial dan keakraban antara dosen, mahasiswa senior dan mahasiswa yunior. Tapi kenyataannnya, terjadi perpeloncoan oleh senior kepada yunior. Mereka harus melakukan kegiatan-kegiatan seperti militer dengan merangkak, push up jika mereka salah, scot jump, dan meminum air satu liter untuk seratus lebih mahasiswa baru, dan bahkan ada yang disuruh untuk meminum air laut sampai kembung. Seharusnya, kalau kemah bakti dan ajang pengenalan antara mahasiswa baru dengan dosen dan mahasiswa lama, maka kegiataan seharusnya bersifat senang-senang dan membantu orang lain. Kemah bakti harus dikemas dengan melakukan bersih desa, membantu membuatkan sarana dan prasarana di desa, dan kegiatan-kegiatan yang positif untuk menumbuhkan semangat usaha masyarakat dengan teknologi yang dikembangkan oleh ITN. Begitu juga dengan ajang pengenalan, seharusnya akan lebih bayak senang-senang dengan membuat permainan game. Sebagai contoh game untuk mengenalkan satu orang dengan yang lainnya dengan membuat kelompok-kelompok. Setiap orang dari kelompok diharuskan mampu menyebut nama dan alamat anggota kelompoknya. Atau kemudian setiap anggota kelompok masuk ke kelompok lainnya dan mereka harus mampu menyebut nama-nama anggota kelompok yang dimasuki, begitu seterusnya.

Masalah sudah terlanjur terjadi dan masuk dalam penyelidikan polisi, semuanya harus dapat diungkap dengan terang benderang. ITN, meneurut saya sudah salah langkah. Mereka tetap mengaku tidak terjadi kekerasan dalam pelaksanaan ospek di Goa Cina. Tapi pihak ITN juga meminta maaf kepada keluarga Fikri atas kematiannya. Salah langkah yang saya maksud adalah keputusan ITN sejak kematian Fikri untuk menghukum  beberapa mahasiswa lama yang menjadi panitia ospek berupa sanksi akademik dan menarik semua mahasiswa dari tempat ospek sejak kematian Fikri. Langkah ini sudah ada indikasi bahwa ITN sendiri menemukan sebuah kesalahan dalam proses pelaksanaan ospek, yaitu kekerasan. Kalau kematian Fikri hanya faktor dari Fikri-nya sendiri, maka pihak ITN tidak akan memberikan sanksi pada mahasiswa lama yang menjadi panitia dan menghentikan kegiatan sebelum selesai. Tapi apa yang dilakukan menimbulkan pertanyaan dan perlu dipertanyakkan.

Hilangnya nyawa seseorang dengan tidak wajar harus diusut tuntas, siapa yang salah dan siapa yang bertanggungjawab. Dalam SOP kegiatan sudah jelas orang-orang yang bertaggungjawab, tapi dengan beberapa pertimbangan tertentu. Seperti , tentu tidak semua mahasiswa senior yang menjadi panitia bersalah semua, pasti ada oknum yang melakukan kekerasan. Rektor sudah mendelegasikan kekuasannya pada ketua jurusan untuk mengawasi dan betanggungjawab dalam kegiatan yang bertemakan bakti sosial setiap jurusan. Dan setiap harinya ada dosen yang ditugaskan untuk mendampingi kegiatan bakti sosial, mereka juga harus bertanggungjawab.

Setiap orang juga harus melihat lebih luas lagi bahwa kasus ini terjadi pada jurusan planologi saja. Kalau akan mengeneralisir, maka yang sama pada jurusan lain juga harus dikomprontir, sepeti apa kegiatan bakti sosial dan pengenalan dilakukan. Kalau kegiatan kekerasan dilakukan sama dengan yang terjadi pada jurusan planologi, maka tidak salah untuk menyalahkan ITN secara kelembagaan. Maka berarti kegiatan tersebut sudah dirancang oleh ITN sendiri, bukan hanya sekedar inisiatif mahasiswa lama/senior saja. Maka yang bertanggungjawab adalah orang-orang rektorat, khususnya pembantu rektor bidang kegiatan kemahasiswaan.

Kalau akan mencari pelaku asli dan oknum yang melakukan kekerasan pada kegiatan berlangsung, mudah saja bagi kepolisian yaitu menangkap orang-orang yang sudah diberikan sanksi oleh akademik, karena secara tidak sadar mereka menganggap orang-orang yang diberi sanksi tersebut sudah salah dan melakukan kegiatan di luar kewajaran yang membuat Fikri meninggal dunia.

Semua permasalahan kita inginkan clear dan cepat selesai, agar tidak menjadi bola panas yang terus bergulir dan membuat masalah semakin panas di dunia nyata dan dunia maya. Apalagi masalah ini bergulir begitu jauh sampai membawa suku satu dengan suku lainnya.

Kita apresiasi apa yang dilakukan kepolisian, dan mudah-mudahan masalah ini tidak menjadi masalah baru setelah penetapannya, agar tidak terjadi musibah yang lebih besar dari sebelumnya. Semua harus cooling dawn, tidak emosial dalam melihat masalah dan mengeluarkan pernyataan. Biarkan hukum berjalan sesuai dengan fakta di lapangan, sehingga dapat menjadi pelajaran dan maslahat bagi yang lainnya. Wallahu A’lam bi al shawab.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama