SAAT SYAITAN DATANG




Allah subhanahu wata’ala telah menciptakan  dua makhluk yang diberikan beban untuk menyembah kepada Allah yaitu jin dan manusia atau yang disebut dengan  al-Tsaqalain(dua mahluk yang diberikan beban). Seabagimana dalam firmannya dalam surah al-Dzariyat ayat 56 yang artinya “dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah/menyembah”.

Pada hakikatnya dua mahluk ini telah menikmati penciptakaan mereka dengan menempati syurga Allah. Tapi karena keingkaran Nabi adam atas godaan syaitan menjadikan kedua mahkluk ini terusir dari syurga. Nabi adam terusir karena telah melanggar larangan Allah untuk tidak memakan buah khuldi. Syaitan pun terusir karena bujuk rayunya telah menjerumuskan Nabi Adam. Di samping itu juga, syaitan melakukan bujuk rayu kepada Nabi Adam karena iri dengan Nabi Adam. Syaitan dan malaikat diperintah untuk sujud kepada Nabi Adam, tapi syaitan enggan karena menganggap dirinya lebih mulia dari Nabi Adam yang hanya diciptakan dari tanah sedangkan syaitan dari api. Sebagaimana yang tergambar dalam firman Allah dalam surah al-‘Araf ayat 12:


Ù‚َالَ Ù…َا Ù…َÙ†َعَÙƒَ Ø£َÙ„َّا تَسْجُدَ Ø¥ِØ°ْ Ø£َÙ…َرْتُÙƒَ Ù‚َالَ Ø£َÙ†َا Ø®َÙŠْرٌ Ù…ِÙ†ْÙ‡ُ Ø®َÙ„َÙ‚ْتَÙ†ِÙŠ Ù…ِÙ†ْ Ù†َارٍ ÙˆَØ®َÙ„َÙ‚ْتَÙ‡ُ Ù…ِÙ†ْ Ø·ِينٍ 
 .
“...Allah berfirman, “apa yang menghalalimu untuk bersujud (kepada adam) pada saat saya memmerintahkanmu”. (syaitan) berkata, “ saya lebih baik darinya (adam), engkau menciptakanku dari api dan engkau menciptakannya dari tanah”.

Keangkuhan syaitan dengan asal-muasal penciptaannya membuatnya terlaknat dan keluar dari syurga. Syaitan pun menganggap tidak menjadi masalah ia terlaknat dan keluar dari syurga asalkan ia diberikan kuasa untuk menggoda anak cucu adam (manusia). Sebuah transaksi yang diterima oleh Allah sebagai ujian untuk manusia sampai akhir zaman.

Syaitan dan manusia (adam dan hawa) pun menempati bumi dan mereka bersaing untuk menjerumuskan atau menjadikan mansuai baik. Anak cucu adam berkembang sebagai manusia yang mengatur dunia. Karena itu menjadi  tugas pokok manusia setelah keluar dari syurga, menjadi khalifah di muka bumi. Sedangkan syaitan dengan anak keturunannya sampai jin pun berkembang dalam alam ghaib mereka dan berusaha terus untuk menjerumuskan manusia ke jurang kekafiran dan pengingkaran kepada Allah agar dapat menyertai dan menemani mereka menjadi bahan bakar api neraka kelas.

Sebagai manifestasi dari syitan yang terlaknat, jin menjelma sebagai perpanjangantangan dari syaitan untuk menggoda manusia. Walaupun mereka juga mempunyai beban yang sama dengan manusia untuk beribadah kepada Allah, artinya mereka ada yang kafir dan ada yang muslim. Tapi kebanyakan jin mengajak pada kefujuran dan menjauhkan hamba dari Allah subhanahuwata’la. Mereka pun dicap sebagai penggoda dan perusak tatanan kehidupan manusia di dunia, terlepas mereka baik atau buruk. Sebagaimana yang ditunjukkan oleh sebagian manusia yang berwala’ kepada “jin baik” dan “jin buruk”, ilmu putih dan ilmu hitam. Dalam pandangan ulama’ tetap tidak dibenarkan, karena posisi manusia sebagai khalifah, bukan budak dari jin baik atau buruk.

Tapi, sudah menjadi sumpah nenek moyang mereka untuk menggoda manusia. Jin berusaha menjadikan diri mereka dibutuhkan oleh manusia, terutama pada masalah-masalah ghaib dan rahasia Allah subhanahuwata’ala. Dengan berita bohong yang dikarang jin atau berita benar yang mereka curi dari langit.

Alam ghaib yang mereka tempati menjadi ruang hampa yang tidak dapat dijangkau oleh manusia bentuk dan hakikatnya. Bahkan di relung-relung jasad dan aliran darah manusia, jin dapat bertahan hidup beribu-ribu tahun lamanya dan bermasyarakat dalam tubuh manusia yang fujur. Wajar apabila manusia yang bersahabat dengan jin, kemudian tidak rela ditinggalkan oleh sang empu dan menjadikan tubuh kaku manusia sebagai mainan untuk menakut-nakuti manusia.

Karena sumpah yang sudah diucapkan oleh nenek moyang mereka, menjadikan jin tidak terlepas dari manusia dan benda yang ada di sekitar manusia. Dalam diri manusia, hampir tidak seorang pun yang terlepas dari gangguan jin. Karena ia mencari celah-celah kefujuran manusia untuk masuk dan mendiami tubuh manusia, dan hidup dalam aliran darah. Orang dapat merasakan dirinya saat ini melenceng dari agama, maka itu pengaruh kuat dari jin yang ada dalam dirinya. Dan saat ia melakukan kebajikan, maka pengaruh malaikat dan kebaikan dalam dirinya akan terasa juga.

Dalam amal perbuatan sehari-hari, setiap orang dapat merasakan tarik menarik dan tarik ulur kebaikan dan keburukan yang ada dalam dirinya. Jika kebaikannya mampu mengalahkan keburukan yang ada dalam dirinya, maka ia akan selamat. Tapi jika kebaikannya tidak mampu menutupi keburukannya, maka alamat ia akan menjadi orang munafik atau fasiq dan bahkan bisa menjurus kepada kekafiran.

Kadang usaha melakukan kebaikan sering diselimuti gangguan-gangguan syaitan. Seperti waktu shalat tiba, rasa malas, ngantuk, pekerjaan tidak dapat ditinggalkan, urusan penting, buang hajat dan lain sebagainya membuat seseorang lalai dan tidak shalat. Lebih parah lagi ada yang beralasan waktu shalat masih panjang, ia pun dilalaikan oleh syaitan dan shalat pun terlewatkan.

Untuk merubah potensi-potensi kefujuran yang ada dalam diri kita, harus dengan menghilangkan sedikit demi sedikit qarin (teman/jin) yang ada dalam tubuh kita. Cara yang paling sederhana adalah membuatnya tidak betah menempati tubuh dengan berbuat kebaikan dan istiqomah di dalam menjalankannya serta yang paling mudah adalah membaca al-Qur’an sebanyak-banyaknya dalam keadaan suci. Terutama surah al-Baqarah, karena jin ifrit akan lari terbirit-birit saat dibacaan surah al-Baqarah atau ayat-ayat ruqyah lainnya. Tapi tidak hanya sebatas ayat-ayat tertentu, semua isi al-qur’an dibaca menjadi zikir harian. Dengan kebaikan yang dilakukan, sedikit-demi sedikit pengaruh jin dalam diri akan menghilang dengan sendirinya. Dan semuanya dapat kita takar dengan diri kita sendiri, apakah kebaikan kita bertambah atau malah keburukan semakin bertambah.

Potensi-potensi adanya qarin dalam diri manusia jangan sampai diperkuat dengan meletakkan qarin(jin) dengan sengaja dalam dalam, baik dalam bentuk ilmu kebal, sihir, ilmu menghilang, ilmu terbang dan lain sebagainya. Maka kalau itu yang terjadi, akan sangat susah untuk mengeluarkannya, karena darah, daging, dan tulang sudah menjadi satu kesatuan.

Sekarang tergantung manusia sendiri. Ingin menjadi khalifah untuk makhluk lainnya atau menjadi budak dari bawahannya sendiri. Ingin menjadi mulai atau ingin menjadi hina?. Wallahu ‘A’alam bi al-shawab.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama