MARHABAN YA RAMADHAN


A.    Menyambut Ramadhan
Datangnya Ramadhan berarti datang banyak keberkahan bagi semua insan di dunia, tidak hanya bagi mereka yang beriman, tapi juga bagi semua manusia dan makhluk yang ada di muka bumi. Bulan Ramadhan bagi kaum muslimin adalah bulan yang agung karena di dalamnya banyak diberikan keberkahan oleh Allah SWT, terutama dalam ibadah-ibadah mahdhah maupun ghairu mahdah, semuanya dilipatgandakan, bahkan sampai perbuatan tidur sendiri dinilai sebagai sebuah ibadah. Sehingga tidak salah jika orang menganggap sebagai bulan yang agung, penuh berkah, magfirah, dan nilai-nilai kebaikan individu dan sosial.
Dengan sebagai bentuk kebaikan yang terkandug di dalam Bulan Ramadhan, membuat semua orang mengelu-elukan kehadirannya secepat mungkin. Segala bentuk persiapan direncanakan dengan baik, tidak hanya untuk bekal menikmati puasa di Bulan Ramadhan,  bahkan acara-acara dikemas dengan sebaik mungkin untuk mempersiapkan kedatangannya. Sebagian orang mulai bulan-bulan sebelum Ramadhan telah mempersiapkan bekal makanan secukupnya untuk keperluan Ramadhan, sehingga pada saat Ramadhan semua aktivitas mencari rizki dikurangi dan fokus dengan puasa Ramadhan. Dengan harapan semua waktu dan aktivitas yang dilakukan bernialai ibadah dihadapan Allah atau melakukan ibadah-ibadah yang sudah menjadi syar’i dalam syari’at Islam. Ada juga yang mempersiapkan Bulan Ramadhan dengan melakukan latihan ibadah yang sebanyak-banyaknya, mulai dari masuk Bulan Rajab sampai Bulan Sya’ban. sehingga tidak heran jika sebagian kaum muslimin melakukan ibadah shalat, puasa, dan amalan-amalan lain untuk sebuah persiapan menjelang Ramadhan. Secara khusus beberapa di antara mereka telah mengkhususkan diri untuk berpuasa, seperti pada tanggal 1,2, dan 3 Bulan Rajab, di mana nilainya akan menghapus dosa-dosanya yang telah lalu. walapun hadis yang diamalkan adalah hadis dha’if. Tapi ada dalil yang menjadi patokan bagi mereka, bagaimana antusiasme menyambut Ramadhan yaitu haadis:
اللهم بارك لنا في رجب و شعبان و بلغنا رمضان
Artinya:” Ya…Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban dan pertemukan kami dengan Bulan Ramadhan”.
‘Barakna” dalam hadis tersebut memberikan isyarat bahwa Bulan Rajab dan Sya’ban adalah bulan berkah untuk menuju Bulan Ramadhan. Maka untuk bisa mencapai kesempurnaan menyambut Ramadhan, maka aktivitas ibadah-ibadah sudah dilakukan pada Bulan Rajab dan Sya’ban.
Terlepas dari semua itu, sebenarnya kegembiraan dan kesenangan kaum muslimin dalam menyambut bulan suci Ramadhan sangat tinggi. Walapun ada sedikit penyimpangan, tapi masih bisa diperbaiki pada tataran pola pikir akan ibadah itu sendiri. memperbanyak ibadah seperti puasa bukan berarti kemudian membuat puasa sendiri atau berhujjah dengan hadis dha’if. Alangkah baiknya jika ibadah-ibadah itu dilandaskan pada hal-hal yang dianjurkan oleh Nabi seperti puasa senin dan kamis, atau puasa pada ayyam al-biid, yaitu tiga hari pada pertengahan bulan qamariyah atau hijriyah. Atau bisa melakukan Puasa Daud, yaitu sehari puasa dan sehari berbuka. anjuran seperti di atas akan lebih mendekati apa yang dianjurkan oleh Rasulullah.
Kesenangan dan keceriaan ummat Islam dengan Bulan Ramadhan memang begitu sangat tinggi, melebihi bulan-bulan yang lain. Karena memang di dalammnya ada ibadah yang dilakukan dan tidak ada pada bulan yang lainnya. Di mana semua orang bisa melakukannya dan wajib dilakukan bagi mereka yang sudah mencapai taklif syar’i. Berbeda dengan ritual ibadah haji pada Bulan Dzulhijjah, meskipun sebagai ritual besar, tapi hanya bagi mereka yang mampu saja bisa melakukannya dan gaungnya tidak seperti Bulan Ramadhan.
Bulan suci Ramadhan dalam anggapan kaum muslimin sebagai tamu yang agung dan membawa berkah bagi tuannya. Tamu yang akan memberikan kemakmuran pahala bagi tuan yang menyambutnya. Selayaknya ahlul bait harus menyambut tamu dengan baik dan sebaik mungkin mempersiapkan segala sesuatunya untuk menyambut kedatangannya. Kalau pada kehidupan sehari-hari, jika tamu kita orang bisa saja, maka jamuan dan persiapan pun sekedarnya. Tapi jika tamu yang adatang adalah tamu yang spesial, seperti presiden, maka persiapannya pun akan sangat banyak dan ketat, bahkan semua tempat steril dari gangguan apapun, makanan yang akan dihidangkan adalah makanan yang paling spesial, ahlul bait juga akan mengenakan pakaian yang terbaik dan hanya dipakai untuk menyambut tamu spesial tersebut. Jika diibartkan seperti tamu, maka Ramadhan adalah tamu spesial dan istemewa, maka tidak berlebihan jika mempersiapkan kedatangannya dengan segala duka cita.
Bulan Ramadhan juga seperti sebuah tetesan air di sebuah padang pasir yang sangat luas, di mana keberadaannya diharap-harapkan oleh semua orang, tidak hanya manusia tapi semua mahkluk yang ada di muka bumi. orang yang ingin mendapatkan air tersebut harus melewati jalan panjang untuk mencapainya, dalam kehausan yang tidak terkira di tengah perjalanan, ia pun terus berharap untuk cepat sampai pada tetesan air tersebut. Saat ia sudah begitu dekat dengan tetesan air, ia akan bersemangat dan lebih cepat sampai, dan pada saat ia mencicipi air tersebut dalam kehausan yang sangat, maka kelegaan dan kepuasan akan didapatkan. Namun setelah itu ia tidak lagi akan merasakan kehausan diperjalanan, karena dari tetesan air tersebut ia menampung banyak air sebagai bekal. Seperti itulah juga dengan Ramadhan, berbagai macam kenikmatan dan keberkahan yang dijanjikan Allah menjadikan umat manusia tidak sabar untuk mencapai bulan ramahdan. Setelah berada di dalam Bulan Ramadhan ia melakukan banyak ibadah sebagai sebuah bekal di akhir Ramadhan untuk menjadi orang yang bertaqwa. Dalam sebuah hadis disebutkan:
حَدَّثَنَا مُحَمّ؎دُ بْنُ سَلَامٍ قَالَ أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ .قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya: Diceritakan oleh Muhammad ibn Salam, kami diberitahu oleh Muhammad ibn Fudail, diceritakan oleh Yahya ibn Sa’id dari Abi Salamah, dari Abi Hurairah berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “ barangsiapa berpusa pada bulan ramadhan karena iman dan mengahrapkan Allah maka diampuni baginya dosa yang telah lalu”
Hadis ini memberikan sebuah motivasi besar bagi kaum muslimin untuk menyambut bulan suci Ramadhan, di mana Allah akan mengampuni dosa-dosa yang telah lalu bagi mereka yang dapat melakukan puasa pada bulan suci Ramadhan. tentu dengan syarat keimanan atau i’tiqad yang kuat akan puasa dan betul-betul megharapkan keridahan dan pahala dari Allah SWT.
Sungguh sangat beruntung bagi mereka yang dapat menjalankan hari-hari Bulan Ramadhan dengan berpuasa. Tapi bagi mereka yang tidak mendapatkan Ramadhan, maka menyambutnya dengan senang hati adalah sebuah upaya untuk melakukan sebuah kebaikan dihadapan Allah subhanau wata’ala. Sedang niat baik seseorang jika dilakukan maka dia mendapatkan dua ganjaran, tapi jika tidak dapat melakukannya maka ia mendapatkan satu ganjaran. dalam sebuah ayat dijelaskan:
وَمَنيَخْرُجْ مِن بَيْتِهِ مُهَاجِرًا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ يُدْرِكْهُ الْمَوْتُ فَقَدْ وَقَعَ أَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا
Artinya:”….. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), Maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Sehingga semua orang harus bergembira dengan datangnya bulan suci Ramadhan, karena dengan berniat melakukan ibadah puasa saja orang sudah diberikan ganjaran oleh Allah subhanawu wata’ala. Bagi mereka yang mampu untuk melakukannya, maka berbahagialah dan bagi mereka yang tidak mampu melakukannya, baik dengan penuh maupun setengahnya, maka amalan-amalan Ramadhan dapat mengahntarkannya seperti puasa ramadhan itu sendiri, seperti mereka yang sakit, atau kaum perempuan yang pasti tidak terlepas dari masa haid setiap bulannya.

B.     Cara Menyambut Bulan Suci Ramadhan
Bulan suci Ramadhan adalah bulan yang dengan segala keberkahan yang terkandung di dalamnya Allah telah menjadikan bulan suci ramadhan sebagai bulan milik Allah dan Allah sendiri yang akan memberikan ganjaran pahala bagi pelakunya.
Ibarat seorang tamu istimewa, maka seharusnya kaum muslimin dapat menyambut bulan suci Ramadhan dengan se-istimewa mungkin. Ia tidak hanya sekedar tamu yang menghabiskan materi ahlul bait, tapi ia adalah tamu yang membawa banyak keberkahan, baik jasmani maupun ruhani. Tanpa harus membedakan dengan bulan-bulan yang lain, dan terlalu berlebihan dengan bulan ini, maka perlu diketahui bahwa memang tidak ada perbedaan pada bulan, tapi pada amaliyah di dalamnya memberikan perbedaan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Allah sendiri menegaskan bahwa amaliyah puasa pada Bulan Ramadhan adalah untuk Allah dan Allah sendiri yang akan memberikan ganjaran langsung. berbeda dengan amaliyah lain yang melalui berita dan catatan para malikat, baik raqibmaupun atid. Pada bulan Ramadhan ada puasa selama satu bulan, di mana pada bulan yang lain tidak ada dan harus dilakukan oleh semua kaum muslimin yang sudah diberikan taklif syar’i padanya.
Oleh karena itu ada beberapa cara dan hal yang perlu dilakukan dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan, di samping ia menjadi sebuah ritual ibadah yang akan di lakukan, atau hanya sekedar sebuah niat baik untuk melakukan puasa Ramadhan.
Pertama, mensyi’arkan Bulan Ramadhan, yaitu melakukan pengumuman dan menyebarkan akan kemuliaan Bulan Ramadhan kepada semua orang yang ada di sekitar lingkungan kita. Seperti layaknya seperti adzan untuk memberikan ingatan kepada mereka yang lupa atau untuk mengingatkan mereka agar betul-betul memasuki Ramadhan dengan hati yang baik. Syi’ar ini juga memberikan pengetahuan kepada mereka yang belum tahu tentang bulan ramadhan sebagai bulan untuk berpuasa, tidak makan dan minum dari fajar hingga terbenamnya matahari. Dengan itu orang-orang yang ada di sekitar tidak menjual makanan pada siang hari, kecuali makanan yang dapat tahan sampai malam untuk berbuka puasa, karena ini akan mengundang orang lain yang tidak kuat dengan ujian keimanan makan pada siang hari. Atau paling tidak mereka tidak mencari makan yang akan mengganggu orang berpuasa. bagi orang di luar Islam sebagai sebuah ingatan akan toleransi terhadap ibadah yang dilakukan oleh orang Islam.
Syi’ar juga dapat dilakukan dengan berbagai macam media dan cara agar tersebar di seluruh penjuru, tapi tentu dengan tidak berlebih-lebihan dan melakukan syi’ar, seperti mengganggu orang lain, memubazirkan harta, serta perbuatan lain yang akan menghilangkan hakikat dari Bulan Ramadhan sendiri.
Kedua, mempersiapkan mental untuk memasuki Bulan Ramadhan, terutama dengan melakukan amalan-amalan yang akan menjadi kebiasan pada Bulan Ramadhan nantinya. Bagi mereka yang belum terbiasa untuk berpuasa, akan sangat baik dapat melakukan puasa Senin dan Kamis pada bulan-bulan sebelumnya. Ini sebagai sarana latihan untuk mempersiapkan diri agar siap menghadapi Ramadhan. Karena biasanya awal-awal Ramadhan adalah hari yang paling berat untuk dilewati bagi mereka yang tidak terbiasa puasa, sehingga menyebabkan mereka sangat kelaparan dan aktivitas ibadah pun terganggu, hanya tidur seharian menunggu berbuka puasa. Oleh karena itu, latihan pada bulan-bulan sebelumnya untuk berpuasa akan sangat baik, agar pada saat memasuki awal Ramadhan terbiasa dengan keadaan dan tidak diisi dengan tidur sepanjang hari, tapi diisi dengan hal-hal yang bermanfaat seperti ibadah dan tilawatil qur’an.
Ketiga, mempersiapkan bekal untuk persiapan Ramadhan. ini memang tidak mesti dilakukan, tapi dari kebiasaan sering pada Bulan Ramadhan aktivitas mencari rizki seseorang sering berkurang karena alasan lapar atau menyibukkan diri dengan ibadah, sehingga porsi bekerja menjadi berkurang. Seperti mereka yang bekerja mengeluarkan tenaga besar yang mau tidak mau harus minum atau makan, atau pedagang nasi yang hanya dapat berjualan pada petang hari, di mana pengahsilan akan sedikit berkurang dari hari sebelumnya. Mempersiapkan bekal ini paling tidak agar orang tidak terlalu dipusingkan dengan makanan sehingga akan mengganggu aktivitas ibadah terutama membaca al-Qur’an.
Beberapa kegiatan yang berkaitan dengan aktivitas Bulan Ramadhan, sehingga menimbulkan girah yang tinggi dalam umat islam menjalankan ibadah puasa. tentu dalam batasan-batasan syari’at dan tidak berlebihan dalam menyambutnya. terbatas pada bagaimana kegiatan ibadah puasa dijalnkan dengan khusyu’, tidak dengan kegiatan yang tidak berkaitan dengan esensi puasa itu sendiri.





Post a Comment

Lebih baru Lebih lama