KEUTAMAAN RAMADHAN (2); BULAN PENGHAPUSAN DOSA


Ramadhan telah memberikan keberkahan berlimpah bagi kaum muslimin yang menjalaninya, di mana segala amal perbuatan baik akan dilipatgandakan oleh Allah, begitu juga dengan sebaliknya. apalagi saat memasuki sepuluh pertengahan Ramadhan, di mana magfirah Allah akan tercurahkan kepada hambanya yang telah lulus pada ujian pertama di sepuluh pertama.
Pada sepuluh pertengahan Ramadhan ini Allah akan mengampuni dosa-dosa hambanya, maka sepatutnya bagi kita sebagai hamba yang mengharapkan syurganya untuk meminta ampun di bulan yang mulia ini. tidak ada dosa sebesar apapun di hadapan oleh kecuali akan dihapus jika seorang hampa mau meminta untuk diampuni dengan berdo’a meminta ampun, paling kurang dengan kalimat Astagfirullah.
Kalau Nabi dalam hari-hari di luar Ramadhan selalu beristigfar kepada Allah tidak kurang dari 100 kali istigfar, maka kita sebagai pengikttnya paling tidak di Bulan Ramadhan ini bisa melakukannya. dalam keadaan apapun, baik berjalan, tidur, bekerja, memasak, bermain, tidak akan menghalangi seseorang untuk hanya mengucapkan istigfar kepada Allah. Tidak mesti harus saat shalat saja, tapi setiap keadaan, sehingga hari-hari kita dapat terjaga dan dalam perlindungan Allah. Kita tahu bahwa dengan banyak berisitigfar dan berzikir akan memberikan ketenangan dalam hati dan jiwa dan selalu membuatnya hidup dalam keadaan apapun. Hari-hari Ramadhan tidak diisi dengan umpatan dan kata-kata kotor, kalaupun seseorang berkelahi atau bersitegang dengan seseorang maka salah satunya harus dapat salaing mengingatkan dengan mengatakan, “inni shoim’ (saya berpuasa).
Ramahdan sebagai bulan penghapusan dosa, Allah telah menutup pintu neraka dan mengekang syaitan untuk mengganggu manusia. Ini berarti ini celah waktu bagi kaum muslimin melakukan ibadah sebanyak-banyaknya dan meminta ampun dihapuskan segala dosa yang telah lalu. Dalam sebuah hadis disebutkan;

عن جابر بن سمرة رضي الله عنه قال، قال رسول الله - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - : "أتاني جبريل، فقال: يا محمد، من أدرك أحد والديه فمات فدخل النار فأبعده الله، قل: آمين، فقلت: آمين، قال: يا محمد، من أدرك شهر رمضان فمات ولم يغفر له فأدخل النار فأبعده الله، قل آمين، فقلت: آمين، قال: ومن ذُكرت عنده فلم يُصل عليك فمات فدخل النار فأبعده
Artinya: Dari Jabir ibn Samurah radiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah Sallalhu ‘Alhi Wasallam bersabda, “ Jibril telah mendatangi saya dan berkata, “wahai Muhammad, barang siapa yang menemukan salah satu kedua orang tuanya kemudian mati, maka dia masuk neraka, maka Allah menjauhkannya”. katakan,”amin”. kemudian saya mengatakan, “amin”. Jibril berkata lagi, “wahai Muhammad, barangsiapa yang mendapati Bulan Ramadhan kemudian mati dan tidak meminta ampun kepada Allah, maka ia akan dimasukkan ke neraka, dan Allah menjauhkannya”. katakan “amin”. maka aku mengatakan, “amin”. Jibril kemudian berkata lagi, “barangsipa yang disebut (namamu) di sisinya kemudia tidak berselawat kepadamu kemudia mati, maka dia masuk neraka, dan Allah menjauhkannya. katakan “amin”, maka aku katakan “amin”.
Ramadhan sebagai bulan penghapusan dosa sebagaimana dalam hadis, akan diampuni dosanya yang telah lalu dan yang akan datang.

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَلَامٍ قَالَ أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya: Diceritakan oleh Muhammad ibn Salam, berkata, Muhammad ibn Fudail memberitakan, diceritakan oleh Yahya ibn Sa’id dari Abi Salamah dari Abi Hurairah berkata, Rasulullah Sallaluhu ‘Alihi Wasallam bersabda, “ barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena keimanan dan megharapkan (keridahaan Allah), diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”.
Begitu spesial Ramadhan diberikan kepada kaum muslimin oleh Allah, di mana mereka cukup dengan betul-betul ingin menjalankan dan mengahrapkan keridahaan Allah dengan menjalankan puasa akan diampuni dosanya yang akan datang. tapi tentu setelah Puasa Ramadhan, orang tidak serta merta bebas melakukan kemaksiatan, karena buah dari Puasa Ramadhan adalah ketakwaan. Sedangkan takwa adalah menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala larangannya. Kalau setelah Ramadhan kembali lagi kepada kemaksiatannyanya maka Ramadhan yang ia jalani tidak memberikan tempaan dan tidak menjalaninya karena semata-mata Allah telah mewajibkannya.
Ada dua syarat bagi seseorang yang mengingnkan pengampunan dengan berpuasa di Bulan Ramadhan ini, yaitu imanan dan ihtisaban. Tanpa keduanya, maka puasa yang dijalankan oleh seseorang hanya ikut-ikutan saja, kalaupun ia berpuasa hanya menahan lapar dan haus saja, pahala tidak ada sama sekali. Karena tidak bisa membuat seorang hamba dapat melakukan amalan-amalan di bulan puasa untuk bertaqarrub kepada Allah subhanahu wata’ala.
Lalu apakah yang dimaksud dengan imanan wa ihtisaban. Beberapa ulama’ memberikan penjelasan seperti al-Khattabi mengatakan bahwa imanan wa ihtisabanadalah niat yang kuat dan meyakini betul apa yang dijalankan dalam puasa, meyakini dengan benar puasa yang dijalankan adalah perintah Allah dan mengharapkan ganjaran dan pahala, tidak merasa terpaksa melakukannya dan memberatkannya, tapi bagaimana ia menghabiskan hari-hari ramadhan dengan mencari pahala di sisi Allah. Imam al-Bagawy mengatakan bahwa ihtisabanadalah mengharapkan semata-mata karena Allah dan ganjaran yang diberikan Allah kepada hamba.
Jadi untuk mendapatkan pengampunan dan pahala dari Allah subahanahu wata’la, maka syarat mutlak bagi seseorang adalah meyakini dengan betul puasa yang ia jalani adalah perintah Allah subhanahu wata’la dan ia berusaha dengan sekuat tenaga menghidupkann hari-hari Ramadhan dengan ibadah dan malam ramadhan dengan qiyam al-lail. Tidak menjadikannya menjadi pemalas dan menjauhkan diri kepada Allah dengan ibadah, baik mahdah maupun gairu mahdah.
Oleh karena itu, sepatutnya kita bisa mengisi Ramadhan ini dengan hal-hal yang terbaik, karena kita tidak tahu apakah Ramadhan yang akan datang dapat bertemu lagi atau tidak?. Sangat merugi bagi kaum muslimin yang tidak dapat memanfaatkan Ramadhan kali ini dengan ibadah, karena para ulama’ menggambarkan Ramadhan sebagai tamu yag lewat begitu saja, tapi membawa keberkahan yang melimpah. Jika tidak dimanfaatkan dengan sebaik mungkin darinya, maka akan banyak pahala-pahala terlewatkan. Wallahu ‘Alam bi al-Shawab.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama