Tema khutbah kali ini tentang kunci kebahagiaan. Semua makhluk di dunia ini, tidak ada yang tidak ingin hidup bahagia. Artinya semua ingin hidup dengan tenang, tanpa ada rintangan dan cobaan atau gangguan dari dalam diri mereka sendiri atau dari luar. Tidak hanya sekedar manusia saja, tapi semua mahluk, baik hidup dan mati, ingin merasakan kebahagiaan. Binatang-binatang yang menjadi peliharaan atau liar ingin hidup bahagia dengan bisa berkeliaran ke sana dan kemari, tanpa ada gangguan dari makhluk lainnya. Pepohonan ingin hidup bahagia dengan tumbuh subur dan mendapatkan asupan air setiap hari untuk kelangsungan hidupnya, dan lain sebagainya. Paling penting dalam kehidupan ini adalah kebahagiaan manusia dalam menjalani kehidupannya.
Indikator kebahagian manusia dalam menjalani hidup memang berbeda-beda, sesuai dengan posisi dan kebutuhannya akan dunia. Seorang suami istri mungkin bentuk kebahagiaan mereka adalah mendapatkan anak dari pernikahan mereka. Seorang pegawai akan merasa bahagia jika pangkat dan jabatannya dapat naik secara berkala, atau mendapatkan gaji yang lebih baik. Seorang mahasiswa merasa bahagia saat tugas-tugas perkulihaan dapat diselesaikan. Orang kaya akan merasakan kebahagiaan saat ia sudah mempunyai rumah besar dan mobil mewah. Dan mungkin seorang yang miskin dengan hanya cukup makan nasi sekali dalam sehari adalah kebahagiaan terbesar baginya dalam hidup.
Kebahagiaan jika diukur dengan sesuatu yang bersifat materi, maka kebahagian setiap orang akan berbeda-beda. tapi jika kebahagiaan tersebut diukur dengan sesuatu yang bukan materi, maka kebahagiaan pada hakikatnya sama pada diri seseorang. Kebahagian itu adalah ketenangan hati dalam menikmati apa yang telah dkaruniakan kepada dirinya. Bisa saja, seseorang yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, tapi ia tidak bahagia. sebaliknya seorang yang miskin dengan ekonomi serba terbatas dapat merasakan kebahagiaan.
Tidak ada tujuan yang ingin dicapai oleh seseorang dalam kehidupan ini kecuali kebahagiaan. tidak ada artinya harta, jabatan, kehormatan dan lain sebagainya, jika kebahagian tidak didapatkan dalam hidup. Ia adalah esensi kehidupan, baik di dunia maupun di akhirat.
Oleh karena itu kebahagian harus bisa diraih dan dicapai dengan usaha yang maksimal. Tidak bisa hanya menunggu hidayah dari Allah untuk mendapatkan kebahagian, tapi ia harus dicari dengan usaha maksimal, kemudian selanjutnya diserahkan kepada Allah. Ada beberapa cara untuk dapat mencapai kebahagian, baik di dunia maupun diakhirat antara lain;
Beriman Kepada Allah
Iman adalah dasar dari semua gerak dan pergerakan seluruh anggota badan, di dalam maupun di luar. Iman menjadi bahan peledak dan pendorong untuk bisa mendapatkan kebahagiaan. Dengan kekuatan iman, maka segala sesuatu yang mengarah kepada kebahagiaan dapat dicapai dengan mudah. Kita tahu bahwa perkara iman adalah perkara hati, di mana logika seseorang berada di bawah. Saat seseorang sudah dapat mempercayai sesuatu yang di luar logikanya, maka ia sudah dapat dikatakan beriman.
Iman di sini tentunya adalah mempercayai Allah sebagai satu-satunya tuhan yang menciptkan segala apa yang ada di muka bumi ini dan hanya kepadanya menyembah. Lihatlah bagaimana seorang Bilal ibn Rabah mempertahankan keimanannya, walapun harus mendapatkan siksaan berat dari majikannya, tapi siksaan itu tidak berarti apa-apa baginya karena kebahagian dan kenikmatan iman telah ia rasakan. rasa sakit, pedih dan siksaan badan, tidak membuat luntur keimanannya. badan boleh saja terliaht tidak bahagia dengan siksaan di sekujur tubuh, tapi hati dan keimanannya tidak dapat dirobohkan oleh apapun.
Keimanan menjadi sumber kekuatan seseorang untuk mendapatkan kebahagian. Sering kali dengan keimanan yang rendah dan lemah, membuat seseorang gelap mata dan buta hati untuk menyakini segala ketentuan Allah dan berpaling darinya.
Amal Shaleh
Setelah keimanan yang kuat dapat ditumbuhkan dalam jiwa, selanjutnya adalah melakukan amal sholeh. yaitu melakukan segala macam kebaikan, baik sholeh dalam prasangka manusia sendiri atau sesuatu yang telah digariskan oleh Allah dalam ajaran-ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallalhu ‘alihiw asallam. Amal sholeh tidak mempunyai batasan, ia sangat universal, kecuali amal ibadah dalam kategori ibadah mahdah yang telah ditetapkan.
Amal sholeh tidak dilakukan hanya sekali atau dua kali saja, tapi amal sholeh adalah perbuatan dengan rutinitas tinggi dan kontiu. Taruh saja seperti shalat, sepanjang hanyat manusia harus melaksanakannya dalam keadaan apapun, kecuali manusia sudah berubah menjadi mayat. Dalam keadaan sakit parah pun, kewajiban shalat itu melekat pada dirinya, dengan tata cara yang paling mampu ia lakukan. Atau perbutan amal sholeh lainnya seperti infaq, shadaqa, zakat dan lain sebagainya. Karena Allah telah menjanjikan dalam surah al-Nahl ayat 97 bagi mereka yang berasamal sholeh akan diberikan penghiudpan yang baik (hayatan tayyibah), hidup bahagia di dunia dan di akhirat.
Urusan Dunia Ke Bawah Dan Urusan Akhirat Ke Atas
Untuk mencapai kebahagian hidup di dunia selanjutnya adalah dengan memantapkan dalam diri dalam masalah-masalah yang berkaitan dengan dunia melihat ke bawah, artinya melihat mereka yang berada di bawah kita. Terutama dalam urusan harta dan perut. Saat kita masih bisa makan tiga kali sehari, maka lihatlah orang yang hanya bisa makan sekali sehari saja, atau mereka yang tidak dapat makan setiap harinya. Dengan itu, maka akan tumbuh rasa syukur dan bahagia dengan keadaannya, karena ada orang yang lebih parah penghidupannya dari kita.
Sedangkan dalam masalah akhirat, maka seseorang harus melihat ke atas. semakin kita banyak beramal sholeh, maka jangan itu menjadi patokan pas untuk menilai diri kita. Tapi lihatlah orang yang melakukan amal sholeh lebih banyak lagi. Jika kita mencukupkan diri dengan shalat lima waktu, maka lihatlah mereka yang tidak hanya sekedar shalat lima waktu, tapi dengan rawatibnya juga. Kalau kita hanya mencukupkan diri dengan puasa ramadhan, maka lihatlah orang yang tidak hanya puasa setiap tahunnya dalam bulan ramadhan, tapi puasa Senin Kamis juga setiap minggunya. begitulah seterusnya, dengan itu maka nilai ibadah dan keimanan kita pun akan terus bertambah dari hari ke hari dan kebahgiaan pun akan diberikan olehh Allah subhanahu wata’ala.
Tidak Hasad, Dengki, dan Kikir
Yang tidak kalah penting untuk dapat mencapai kebahagian yang hakiki adalah, menjauhkan diri dari sifat-sifat tidak terpuji seperti hasad, dengki, dan kikir. Dengan mencukupkan diri pada apa yang kita punya, maka itulah kebahagian sejati. Tidak hasad dan dengki dengan apa yang dimiliki oleh orang lain. Karena sifat-sifat itu akan mengaburkan semua kebahagian yang sudah kita bangun dalam diri.
Sifat-sifat itu akan memakan sedikit demi sedikit amal sholeh yang kita lakukan, karena sifat-sifat itu menandakan kelemahan dan ketidakberdayaan kita untuk mencapai kebahagiaan. Dan yang terpenting dalam urusan dunia, selalu melihat ke orang lain yang berada di bawah kita, dan bukan orang yang berada di atas kita.
Itulah beberapa hal menjadi kunci kebahagian di dunia maupun di akhirat. terutama kebagaian di dunia untuk menata kebahagian di akhirat. Jangan sampai tidak bahagia di dunia dan tidak bahagian juga di akhirat. Lagi sekali kebahagian itu ada dalam hati dan tidak bersifat materi, maka menata hati terlebih dahulu menjadi bagian penting yang pertama dilakukan.
Masjid Insan Karim, Merjosari. jum’at 28 September 2012
Posting Komentar