KHUTBAH JUM'AT:BERSIH HATI LEBIH BAIK DARI BERISH JASMANI


Jum’at kali ini tidak seperti jum’at-jum’at sebelumnya, di mana cuaca sangat panas sekali tapi hari ini suasananya mu’tadil, tidak terlalu panas dan juga tidak terlalu dingin atau diguyur hujan. Seperti biasa juma’at kali ini di Masjid Jabal Rahmah perumahan Dinoyo Lokokwaru Malang Jawa Timur. Tema khutbah Jum’at  19 Oktober 2012 mengangkat tema tentang membersihkan hati lebih utama dibandingkan dengan membersihkan anggota badan.

Khatib memulai khutbah dengan memberikan wasiat bertakwa kepada Allah, untuk dirinya dan kepada kaum muslimin yang hadir di masjid. Pesan takwa dengan menjunjung tinggi segala perintah-perintah Allah dan rasulnya dan menjauhi segala larangannya.
Menurut khatib membersihkan hati lebih utama daripada membersihkan badan, karena membersihkan hati sangat sulit ketimbang memberishkan anggota badan. Kalau anggota badan dapat dibersihkan dengan pembersih seperti sabun atau dengan air, maka kotoran-kotoran yang menempel bisa hilang. Namun lain halnya dengan hati, ia tidak bisa dibersihkan dengan air atau deterjen, karena letaknya di dalam anggota badan, maka tidak akan mungkin membrsihkannya sama seperti anggota badan. Atau anggota badan akan terus dapat hidup dengan memberikannya suplai makanan, sedangkan hati tidak bisa dengan makanan atau minuman. Makanan dari hati adalah ilmu dan membersihkannya dengan amal perbuatan baik dan mendekatkan diri kepada Allah.
Pada dasarnya dengan memelihara dan membersihkan hati berarti akan membentuk perbuatan badan. Hampir semua pergerakan anggota badan di yang diluar digerakkan atas dasar keinginan hati, walaupun sering apa yang dilakukan bertentangan dengan logikanya. Sedangkan anggota badan yang berada di dalam sudah menjadi fitrah dan berjalan atas takdir Allah subahnahu wata’ala. Dalam masalah ini ada takdir mukhayyardan musayyar. Pada takdir mukhayyar orang bebas dapat melakukan keinginannya atas dasar akal dan hatinya. Sedangkan takdir musayyar, orang tidak bisa menentukan pergerakannya dengan akal atau hatinya, tapi semuanya berjalan atas takdir Allah, seperti deyutan jantung dalam proses pemompaan darah, `tau pekerjaan lambung besar untuk memproses makanan yang telah dimakan seseorang.
Membersihkan hati berarti memperbaiki amalan anggota badan, karena semua perbuatan berasal dari hati seseorang. Karena tidak ada perbuatan yang dilakukan oleh seseorang karena takdir yang berjalan, ia pasti sudah meniatkannya. Amalan niat ini akan memunculkan gerakan anggota badan untuk melakukan sesuatu, baik perbuatan baik maupun buruk. Seperti itulah yang digambarkan oleh Rasulullah, amalan seseorang tergantung niatnya, kalau niatnya jelek maka amalannya menjadi jelek, jika niatnya baik maka amalannya menjadi baik. Dengan membersihkan hati secara kontiyu, maka hati pun akan mengarahkan anggota badan seseorang untuk melakukan perbuatan baik. Hati yang tidak pernah dibersihkan, maka semua gerakan anggota badannnya pun akan kemungkinan besar mengarah pada perbuatan buruk.
Segumpal daging yang bernama hati di dalam tubuh seseorang menjadi penentu dalam perbuatan yang ia lakukan. Jika segumpal daging tersebut baik, maka akan baik segala perbuatannya dan jika tidak baik maka tidak baik pula perbuatannya. Dalam sebuah hadis Rasulullah disebutkan:
أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ

Artinya: “…Ketahuilah dan bahwasanya di dalam jasad ada sgumpal daging, apabila ia baik maka akan baik jasad semuanya, dan apabila rusak maka rusaklah seluruh jasad. ketahuilah dia adalah hati”.
Begitu sangat penting membersihkan hati dan menjadikannya terus baik, karena ia akan menjadi penentu dalam amal perbuatannya. Dari hati menjadi sebuah perbuatan akan diberikan sebuah penialian oleh Allah melalui para malaikat, apakah ia layak untuk masuk syurga atau tidak?. Dalam sebuah kisah disebutkan bahwasanya Rasulullah pernah dalam sebuah majlis menyebut salah seorang sahabat, ia akan masuk syurga. Para sahabat penasaran dengan nama yang Rasulullah sebut, karena dalam pandangan mereka, sahabat tersebut tidak mempunyai kelebihan apapun dibandingkan dengan sahabat lainnya. Kemudian salah seorang sahabat meminta izin kepada Rasulullah untuk melihat amal perbuatan yang ia lakukan di rumahnya, dan menyebabkannya dijanjikan masuk syurga oleh Rasulullah. Sahabat tersebut pun meminta izin juga kepada sahabat yang ia mau teliti dan meminta izin untuk tidur di rumahnya selama tiga hari. Kemudian sahabat tersebut, agar tidak melewatkan amalan-amalan yang dilakukan oleh sahabat tersebut, ia pun hampir tidak tidur untuk memperhatikan gerak geriknya. Sampai tiga hari tiga malam, ia tidak menemukan amalan yang lebih dilakukan oleh sahabat tersebut. Ia melakukan dan mengerjalakan amalan yang tidak jauh berbeda dengan amalan sahabat-sahabat lainnya. Ia pun memutuskan untuk kembali pulang dan memberikan laporan kepada Rasulullah bahwasanya ia tidak menemukan tertentu yang menjadikannya melebihi sahabat lainnya. Rasulullah memintanya untuk bertanya langsung kepada sahabat tersebut. Ia pun memberanikan diri untuk bertanya, amalan apa yang membuat dirinya Rasulullah menjanjikan syurga. Ia mengatakan, “tidak ada amalan-amalan tertentu”. “terus apa yang membuat engkau dijandikan oleh Rasulullah masuk syurga” tanya sahabat tersebut. “ saya tidak tahu”, jawabnya. Sahabat tersebut bertanya lagi, “ amalan apa yang kamu lakukan sebelum tidur”. “saya hanya melepaskan semua kebencian, hasad, iri hati dan lain sebagainya sebelum tidur”, jawabnya. Dan ternyata dengan hanya amalan itu saja telah membuatnya dijanjikan syurga, yaitu tidak membawa penyakit hatinya kepada siapa pun sebelum tidur.
Memang perbuatan badan sebenarnya hanya sebuah kamuflase saja, walaupun juga sering menjadi bentuk penilaian dari hati seseorang. Jika hatinya baik, maka pasti amalan-amalan jasadiahnya pun akan sangat banyak, dan bahkan melewati batas logika manusia. Taruh saja seperti apa yangg dilakukan oleh Rasulullah dalam melakukan qiyam al-lailsepanjang malam dan mengkhatamkan al-Qur’an. Atau seperti yang dilakukan oleh para sahabat dan tabi’in yang mengkhatamkan al-Qur’an dalam setiap malam kala qiyam al-lail. Bagi mereka yang tidak bersih hatinya, maka sangat tidak mungkin untuk dilakukan, berdiri 10 menit saja dalam satu raka’at terasa seperti berjam-jam, apalagi akan mengkhatamkan al-Qur’an setiap malamnya. Amalan anggota badan yang tidak diikuti degan hati yang bersih bisa saja melakukan amal perbuatan sebanyak-banyaknya, tapi lebih sering menjurus kepada perbuatan riya’atau karena ingin dilihat oleh orang lain.
Oleh karena itu, semestinya seseorang harus membersihkan hati. Karena Allah sendiri akan melihat hati seseorang dan bukan jasad atau pakaian yang melekat di badan. Dalam sebuah hadis dijelaskan.
إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى أَجْسَادِكُمْ وَلَا إِلَى صُوَرِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَشَارَ بِأَصَابِعِهِ إِلَى صَدْرِهِ
Artinya:”…sesungguhnya Allah tidak melihat ke jasad kaliah, dan tidak juga ke bentuk kalian, akan tetapi Allah melihat ke hati kalian. Dan nabi menunjuk dadanya dengan jari-jarinya”.
Hal-hal tersebut sebagai sebuah prioritas dalam sebuah amalan, bukan berarti anggota badan tidak baik. Akan sangat bagus apabila kedua-duanya dapat dilakukan, tidak hanya bagus anggota badan tapi juga hati bersih. Wa’llahu a’lam bi al-shawab

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama