ACENG FIKRI, NASIBMU KINI

Kasus pernikahan singkat Bupati Garut Aceng Fikri yang hanya berumur empat hari menjadi topik utama di media cetak dan elektronik. Pasalnya, pernikahan empat hari tersebut, ikrar talak tidak diucapkan secara langsung kepada pihak perempuan, tapi melalui SMS atau pesan singkat. Menurut Aceng, ia takut menyakiti hati si perempuan, jadi talak tidak diucapkan langsung kepada perempuan, tapi melalui sms.

Beberapa hari Aceng Fikri memberikan komentar soal perceraiannya, Beberapa orang pun gerah dengan tingkah laku si bupati. Apalagi dalam beberapa pernytaannya, ia memang mencari istri tapi dengan kreteria tertentu. Karena istri yang dinikahi saat itu tidak sesuai dengan kreterianya, maka ia menceraikannya. Dengan berbagai dalil agama untuk menguatkan pendapatnya, Aceng Fikri berusaha menguatkan dan membenarkan tindakannya. Namun masyarakat menilai berbeda, kalangan terpelajar yang paham agama, menganggap bahwa Aceng Fikri hanya mencoba-coba saja atau disebuat dengan dzawwaqin(hanya coba-coba) padahal perbuatan orang dzawaqin wa al-dzawwaqatadalah perbuatan terlaknat. Di pihak lain memandang, Aceng Fikri telah melakukan pelanggaran hukum, karena menikahi perempuan belum cukup umur sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Jadi, ia harus digeret ke meja hijau karena telah melakukan pelanggaran hukum. Mereka yang menuntut ini adalah dari kalangan aktivis anak dan perempuan.
Memang islah(perdamaian) sudah disepakati antara Bupati Garut Aceng Fikri dan mantan istrinya Fanny. Kedua-duanya juga sepakat untuk tidak membawa perkara tersebut ke meja hijau. Fanny yang sebelumnya melaporkan Aceng Fikri ke kepolisian, mencabut semua perkara yang dilaporkan. Namun islahyang dilakukan kemudian memunculkan spekulasi kalau Fanny dan keluarga diberikan imbalan uang sekitar 3 milyar, sebagai bentuk islahdan tidak memperkarakan masalah. Di pihak Fanny dan keluarga membantah perihal uang imbalan yang diterima. Masyarakat terus bertanya-tanya, apakah perkara sebesar itu selesai dengan islahsaja, atau ada sesuatu di balik islahmereka?.
Masalah ini terus berlanjut dengan berbagai spekulasi dan dugaan-dugaan dari pengamat, pemerhati, aktivis, dan lain sebagainya. Seolah-olah masalah itu menjadi pemicu masalah yang lain, sedikit demi sedikit terkuak berbagai persoalan yang membelit dan melibatkan Aceng Fikri. Menurut beberapa isu, sebelumnya Aceng Fikri juga sudah menikah dengan seorang gadis di bekasi dan itu hanya berlangsung satu bulan saja. Begitu juga dengan indikasi pemerasan yang dilakukan Aceng Fikri dengan menawarkan ke beberapa orang untuk menduduki jabatan wakil bupati yang lowong setelah ditinggalkan Dicki Candra. Aceng Fikri meminta DP (down payment) kepada mereka yang ingin mencalonkan diri sebagai wakil bupati. Salah seorang yang merasa tertipu dengan janji Aceng Fikri, ia telah memberikan uang sebesar 250 juta, dan sampai sekarang uangnya tidak dikembalikan, sedang posisi wakil bupati sudah ditempati oleh orang lain. Dan beberapa kasus yang diidikasikan kepada Aceng Fikri terkait beberapa proyek dan izin usaha, yang hanya mencari keuntungan pribadi dan memperkaya diri sendiri.
Kasus demi kasus mulai bermunculan, masyarakat Garut pun marah dan muak dengan bupati Aceng Fikri. Langkah besar diambil oleh partai golkar, Aceng Fikri sebagai kader partai dianggap telah merusak citra partai, apalagi sebentar lagi pemilihan gubernur jawa barat dan begitu juga bupati Garut. Aceng digadang-gadang akan maju lagi sebagai calon bupati. Tapi sepertinya partai golkar menganggap tidak menguntungkan memelihara Aceng Fikri, Ia pun dipecat dan dikeluarkan dari partai golkar secara tidak terhormat. Baik sebagai pengurus partai dan sebagai anggota partai. Tidak mau kalah dengan keputusan partai golkar, DPRD garut membuat pansus untuk mengusut tuntas kasus Aceng Fikri, walaupun islahsudah dilakukan antara kedua pihak. Tapi pansus melihat tidak hanya pada masalah pernikahan singakt itu saja, masih banyak masalah yang diduga dan diprasangkakan kepada Aceng Fikri. Tidak kalah seru lagi adalah masyarakat yang turun ke jalan, berunjuk rasa dan berorasi meminta Aceng Fikri dituntut secara hukum. Aktivis anak diminata pro aktif untuk memperkarakan masalah Aceng yang menikahi anak di bawah umur. Begitu juga aktivis perempuan dan gender, mereka menuntut dihukum Aceng Fikri, karena telah melakukan pelanggaran hukum dengan menistakan perempuan.
Bola salju terus bergulir, sampai saat ini media-media masih memberitakan perkembangan kasus Aceng Fikri. Tidak ketinggalan juga, media-media asing memuat kasus Aceng Fikri, dan mereka menganggap aceng fikri sudah melakukan perbuatan yang tidak sepantasnya dilakukan oleh pejabat negara/publik.
Aceng Fikri dibuat stress dengan pemberitaan selama ini. Beberapa hari terakhir, Aceng Fikri tidak terlihat masuk kantor dan bahkan sampai hari-hari terakhir ini, wakil bupati juga tidak masuk kantor. hanya kepala Sat Pol PP saja yang terlihat memimpin upacara bendera di pagi hari. Ia pun semakin sulit ditemui untuk dimintai konfirmasi. Tidak seperti sebelumnya, ia selalu dengan percaya diri menjawab semua pertanyaan wartawan terkait dengan perceraiannya dan tidak terlihat kekhawatiran pada raut muka. Ketidakmunculan Aceng Fikri, membaut masyarakat semakin gencar melakukan demosntrasi dan unjuk rasa, baik di jalanan maupun di kantor DPRD. Tidak hanya di Garut saja, di beberapa daerah dan di jakarta melakukan hal yang sama. Anak-anak sekolah pun dikerahkan berdemonstrasi, menuntut Bupati Aceng Fikri mundur dari jabatannya.
Tidak ada yang membela Aceng Fikri, ia semakin tersudutkan. Mungkin selama ini aceng fikri dianggap tidak pernah menguntungkan orang-orang yang disekitarnya. Ia hanya mencari keuntungan sendiri. Kini ia hanya sendiri menghadapi masalahnya sendiri, keluarga Aceng Fikri pun tidak kelihatan batang hidunganya, apalagi istri Aceng Fikri. Di dunia begitu sangat menyakitkan terlantar sendirian, apalagi di akhirat nanti.
Kejadian sudah terlanjur terjadi, tidak bisa dikembalikan ke keadaan semula. Hari terus berlalu, dan tidak pernah sama dengan hari-hari berikutnya. Semuanya harus melihat masalah dengan arif, begitu juga dengan Bupati Aceng Fikri. Bersembunyi dan menjauh dari masyarakat tidak akan menyelesaikan masalah. Itu malah dapat menjadi permasalahan besar dan tidak terkendali nantinya. Menyelesaikan masalah dengan gagah berani, atau mundur dengan terhormat, atau dipaksa turun jabatan dengan tidak terhormat. Tidak ada yang bisa diharapkan lagi oleh Aceng Fikri, di partai ia sudah dikeluarkan, di keluarga tidak ada yang mendukung, teman dan sanak keluarga tidak membela, masyarakat pun menunttt hukum padanya.
Kasus ini menjadi pelajaran berharga buat siapa saja, tidak hanya pejabat negara. sebagai individu juga harus dapat memetik pelajaran dari kasus Aceng fikri. Allah tidak akan menimpakan musibah, masalah, dan fitnah, kecuali dari pekerjaan yang kita tekuni. Segala macam pekerjaan mempunyai resiko dan harus dapat menyelesaikannya dengan besar hati. Tapi perlu diiangat, benar kata pepatah, seseorang pada posisi apa pun, ada tiga hal yang sering menjadikan orang jatuh terpuruk ke dalam jurang kenistaan, yaitu harta, wanita, dan kedudukan. Jika kita tidak diuji dengan harta, maka wanita menjadi ujian, atau begitu juga dengan kedudukan. Jatuh ke tanah dan luka, sangat mudah untuk disembuhkan, tapi jatuh karena kenistaan, sangat susah menyembuhkannya, baik dalam diri maupun masyarakat.
La Tahzan, inna Allah ma’ana, itulah mungkin kata-kata yang bisa menguatkan Aceng Fikri. Bagaimana pun manusia menghina dan marah kepada Aceng Fikri, tapi Allah senantiasa menerima pengaduan hamba. Ud’uni astajib lakum(mintalah kepadaku, niscaya aku akanmengabulkannya). Do’a menjadi harapan satu-satunya untuk mendekatkan diri kepada Allah dan meminta kekuatan untuk menghadapi cobaan yang menimpa. Setelah kesulitan pasti ada kemudahan, segala macam masalah pasti ada hikmah di baliknya. Aceng Fikri, nasib duniamu saat ini berada di tangan masyarakat Garut, tapi akhirat masih panjang, dekatkanlah diri kepada Allah. Wallahu ‘a’lam bi al-Shawab

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama