MAKALAH GURU PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP

BAB 1
PENDAHULUAN

    A.    Latar belakang
Setiap warga negara berhak untuk memperoleh pendidikan yang layak, demikian dalam undang-undang yang kita miliki dikatakan. Pendidikan yang layak terjadi sampai pada tingkatan yang paling kecil yaitu pembelajaran di dalam kelas, artinya bagi semua warga Indonesia yang belum masuk ataupun sudah berada dalam sistem pembelajaran di kelas memiliki hak yang sama untuk memperoleh pembelajaran yang layak.
Pembelajaran yang layak adalah pembelajaran yang dilakukan dengan memenuhi standar minimal pembelajaran yang harus terjadi di dalam kelas, ada kelas, ada guru, ada bahan ajar, Pembelajaran dapat berjalan dengan baik ketika memiliki kelengkapan komponen pembelajaran, bagaimana pembelajaran bisa berjalan baik dan efektif, jika gurunya saja tidak lengkap, apalagi para murid tidak mempunyai buku-buku yang diperlukan.
Jika murid-murid pada setiap kelas hanya sedikit, bagaimana guru dapat mengoptimalkan pembelajaran, tanpa mengurangi nilai keberadaan tenaga guru. Salah satu pendekatan/model yang dapat di kembangkan untuk menanggulangi permasalahan tersebut adalah melalui Pembelajaran Kelas Rangkap. Permasalahan lainnya dalam pola pembelajaran dengan tingkatan kelas sekarang terutama untuk sekolah-sekolah yang terbatas dari komponen guru, siswa, pembiayaan, sarana dan prasarana adalah terpasilitasinya setiap kemampuan dan minat anak untuk mata pelajaran tertentu.
Tidak jarang seorang anak yang karena minat dan penguasaan atas satu mata pelajaran sudah jauh dari teman seangkatannya, mereka tidak terfasilitasi sehingga memungkinkan memunculkan kebosanan dan kurang bergairahnya dalam belajar karena merasa sudah memiliki apa yang diajarkan oleh gurunya di kelas.
Masa menunggu ketika teman-temannya memperoleh apa yang sudah diperoleh inilah yang sebetulnya dapat dikelola ke dalam satu model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak untuk masuk dan mempelajari mata pelajaran tersebut pada tingkatan yang lebih tinggi seperti pada kelas selanjutnya. Kelas dengan berbagai tingkatan umur tidaklah mudah dilakukan, hal ini memerlukan perencanaan yang matang dan penelitian yang terus menerus.
Banyak guru yang merasa enggan dan putus asa merubah gaya mengajarnya dengan sesuatu yang baru dan berbeda, untuk itu perlu ditetapkan prioritas dalam pengembangan guru dengan sesutau yang baru tentang bagaimana mengajar dengan keragaman dalam tingkatan umur, jenis kelamin, sikap dan kemampuan anak. Seorang guru yang mengajar di kelas rangkat tentunya harus memiliki keterampilan pembelajaran dalam PKR, meliputi keterampilan dalam mengawali dan mengakhiri dalam proses pembelajaran PKR, cara mendorong belajar asik dan membicarakan belajar mandiri, cara mengelolo kelas PKR dengan baik, kemitraan antar guru dan antara guru dan masyarakat serta pembinaan professional guru PKR oleh kepala sekolah. Hal itu tentu harus dimiliki oleh guru yang mengajar di kelas PKR, maka dari itu, sebagai calon seorang guru dituntut untuk memiliki kemampuan tersebut. Pada makalah ini akan dibahas lebih mendalam lagi.
   B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Membuka dan Menutup Pelajaran 
2.      Bagaimana Mendorong Belajar Aktif dan Membiasakan Belajar Mandiri.
3.      Bagaimana Mengelola Kelas PKR dengan Baik 

    C.     Tujuan
1.      Mengetahui cara membuka dan menutup pelajaran 
2.      Mengetahui cara mendorong belajar aktif dan membiasakan belajar mandiri.
3.      Mengetahui cara mengelola kelas PKR dengan baik 


BAB II
PEMBAHASAN

    A.    Membuka dan Menutup Pelajaran 
Membuka dan mengakhiri pelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan setiap kali mengajar. Setiap guru mempunyai kebiasaan atau cara yang berbeda dengan guru lainnya. Dan yang membedakan perilaku mengajar guru adalah dalam hal seni atau kiatnya. Seni atau kiat mengajar itu berkenaan dengan bagaimana guru menciptakan interaksi belajar-mengajar yang berhasi, menarik dan menyenangkan. Sedangkan dari sisi keilmuan berkenaan dengan penalaran guru mengenai apa, mengapa, dan bagaimana membelajarkan murid. Dimana hal ini mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan, serta intelektual guru yang memadai. 
Membuka dan mengakhiri pelajaran dalam situasi pembelajaran kelas rangkap (PKR).
a.      Membuka Pelajaran 
Perhatikan contoh berikut ini. Seorang guru yang mengajar di tiga kelas dalam mata pelajaran dan dalam satu ruangan (PKR 321):
Guru          : Selamat pagi anak-anak!
Murid        : Secara serempak, selamat pagi bu guru!
Guru          :           - coba perhatikan, kelas III, kelas IV, dan juga kelasV.
- Hari ini kelas III dan kelas IV belajar IPS dan kelas V Bhs Indonesia.
- Kelas V membuat karangan bebas, kelas IV menggambar peta
kabupaten, dan kelas III mencari nama-nama kota kecamatan di kabupaten.
Contoh tersebut adalah bagaimana seorang guru SD membuka pelajaran dalam PKR 321. Dalam membuka pelajaran ada empat hal pokok yang harus dilakukan oleh guru yaitu:
1)      Menarik perhatian murid
Mengajar murid dalam PKR memerlukan perhatian khusus. Pada awal pelajaran sebaiknya semua kelas menjadi satu. Gunakan ruangan yang cukup atau di luar kelas. Bila PPKR dilaksanakan dalam satu ruangan, setelah pembukaan Anda tinggal meneruskan mengatur penempatan murid tiap kelas dalam ruangan itu. Tetapi bila PKR dilaksanakan lebih dari satu ruangan, maka setelah pembukaan murid dapat menuju ruangan kelasnya masing-masing untuk meneruskan pelajaran. Hindari melakukan pembukaan pelajaran secara bergilir, sebab hal ini dapat mengakibatkan lamanya waktu tunggu di kelas-kelas berikutnya.
Ada berbagai cara untuk membuka pelajaran dapat Anda lakukan antara lain dengan:
·         Memperlihatkan benda, alat, gambar yang berhubungan dengan materi pelajaran.
·         Memberikan salam dan aba-aba perhatian.
·         Membunyikan sesuatu, misalnya peluit.
Semua itu dilakukan untuk menarik perhatian murid agar memperhatikan guru.. 
2)      Menimbulkan motivasi belajar
Motivasi belajar sangat penting dimiliki oleh setiap murid dalam belajar. Motivasi belajar adalah dorongan yang berasal dari dalam diri murid dan dari luar diri murid untuk mengalami perubahan perilaku dalam bentuk pengetahuan, sikap, nilai, dan keterampilan. Motivasi yang berasal dari diri murid disebut motivasi instrinsik, misalnya kemauan, kebutuhan, semangat, rasa senang dan sebagainya. Motivasi yang berasal dari luar diri murid disebut motivasi ekstrinsik, misalnya guru dan apa saja yang dilakukan guru untuk membuat murid mau, mampu dan biasa belajar, bahkan lingkungan belajar, kelas, bahan, sumber belajar dan sebagainya. Motivasi belajar instrinsik dan ekstrinsik harus ditimbulkan secara terpadu.  Dengan demikian kedua motivasi tersebut menjadikan energi atau daya yang dapat menggerakkan murid untuk belajar, yaitu mengalami perubahan perilaku.
Empat cara yang dapat dilakukan guru PKR dalam menimbulkan motivasi yaitu:
a)      Menunjukkan kehangatan dan semangat
Kehangatan seorang guru terhadap muridnya nampak pada penampilannya yang ceria dan bersahabat, tidak angker dan tidak menakutkan.
b)      Menimbulkan rasa ingin tahu
Rasa ingin tahu murid tampak dari adanya perhatian murid pada saat  guru berbicara atau bertanya terhadap materi dan kaitan materi yang sedang dipelajari. Untuk dapat menimbulkan rasa ingin tahu guru harus berefikir dan berbicara secara logis dan sistimatis.
c)      Mengemukakan ide yang bertentangan
Ide atau pendapat yang bertentangan dapat menimbulkan disonansi kognitif, yaitu: situasi dalam pikiran seseorang yang penuh pertanyaan. Dan pada gilirannya dapat menimbulkan dorongan belajar bagi murid. Untuk dapat menimbulkan ide yang bertentangan guru dapat menyajikan suatu kasus atau cerita bermasalah.
d)     Memperhatikan minat murid
Minat dapat diartikan sebagai rasa tertarik pada sesuatu. Minat seseorang biasanya nampak dari perhatian dan kebiasaan. Minat seseorang dapat terpusat pada sesuatu hal yang dirasakan memberi kepuasan batin atau bermula dari tuntutan. Setiap orang memiliki minat yang berbeda dari orang lain, baik dalam jenis maupun kadarnya. Minat juga berkaitan dengan kebutuhan. Misalnya seseorang yang memiliki kebutuhan rasa aman, biasanya ia punya minat pada olah raga bela diri. Oleh karena itu hendaknya guru memperhatikan minat murid, motivasi harus dikaitkan pada variasi minat murid. 
3)      Memberi acuan belajar
Proses belajar pada pendidikan formal antara lain ditandai oleh keterarahan. Keterarahan adalah wujud dari proses belajar yang terpadu dan terkait pada tujuan belajar. Dan keterpaduan harus dimulai pada saat pembukaan pelajaran. Acuan atau rambu-rambu yang diberikan pada awal pelajaran dapat memberi jalan bagi terjadinya proses belajar yang berorientasi pada tujuan.
Agar dapat menjamin keterarahan belajar, maka pada awal pembelajaran guru perlu memberi acuan. Ada beberapa cara dalam memberikan acuan yaitu:
a)      Mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas
Tujuan merupakan gambaran perilaku yang diharapkan terbentuk setelah proses pembelajaran. Pada awal pembelajaran guru harus mengemukakan tujuan pembelajaran, hal ini penting agar dapat memberi arah pada proses belajar. Dalam PKR, tujuan pasti bersifat multi level dan multi dimensional. Batas tugas merupakan garis batas yang dapat dipakai pedoman oleh murid seberapa jauh mereka harus melakukan suatu tugas atau pengalaman belajar. Batas tugas secara konseptual tampak dalam tujuan dan prosedur kegiatan belajar yang akan dilalui. 
b)      Menyarankan langkah-langkah yang akan ditempuh
Langkah-langkah yang akan ditempuh sering disebut strategi instruksional. Langkah-langkah tersebut berisi urutan kegiatan yang dirancang oleh guru dalam mencapai tujuan belajar. Dalam PKR 321, harus dikemukakan dengan jelas. Dengan demikian pada masing-masing kelas akan dapat memperoleh pengalaman belajar yang sistematis dan terancang untuk mencapai tujuan dengan baik.
c)      Mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas
Pada setiap tahap kegiatan pembelajaran harus ditemukan apa yang menjadi masalah pokok sebagai pusat perhatian proses belajar. Masalah pokok biasanya berupa konsep yang akan dibahas. Dan masalah pokok perlu dikemukakan pada awal pelajaran.
d)     Mengajukan pertanyaan
Pada awal pelajaran guru dapat mengajukan pertanyaan pemicu. Maksudnya sebagai pemandu awal yang berfungsi memberi acuan bagi murid dalam belajar.
4)      Membuat kaitan materi
Membuat kaitan materi pada awal pelajaran sangat penting, karena akan menghubungkan pengalaman lama dengan pengalaman baru. Bila pengalaman lama dengan pengalaman baru dapat dihubungkan dengan baik, maka proses belajar akan berlangsung lebih bermakna. Membangun kaitan materi dengan melalui :
a)      Pertanyaan appersepsi, yaitu pertanyaan mengenai bahan lama yang telah dipelajari sebelumnya.
b)      Merangkum materi yang lalu dengan maksud untuk memtakan apa saja yang telah dipelajari murid.
b.      Menutup Pelajaran 
Menutup pelajaran sama pentingnya dengan membuka pelajaran, walaupun berbeda tujuan dan fungsinya. Untuk menutup pelajaran sebaiknya dilakukan secara bersama-sama dimana semua murid dari kelas yang dirangkap hadir dalam satu ruangan atau satu tempat.  Ada tiga kegiatan pokok yang harus dilakukan guru dalam menutup pelajaran yaitu:
1)      Meninjau kembali
Untuk mengecek apakah pengalaman belajar murid sudah memenuhi tuntutan pedagogis sebagaimana diisyaratkan dalam tujuan perlu ditinjau kembali. Kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan cara merangkum atau membuat ringkasan yang dibuat guru dengan melibatkan murid. Dengan demikian murid dapat memahami apa saja yang telah dipelajari dalam pembelajaran.
2)      Mengadakan evaluasi penguasaan murid
Salah satu indikator keberhasilan pembelajaran adalah tercapai tidaknya penguasaan murid mengenai materi pelajaran sesuai dengan tujuan yang digariskan. Untuk maksud tersebut guru perlu mengadakan evaluasi formatif pada akhir pelajaran. Evaluasi tersebut dapat dilakukan dengan cara: a) Mendemonstrasikan keterampilan. b) Menerapkan ide baru pada situasi lain c) Mengemukakan pendapat sendiri d) Memberikan soal-soal secara tertulis
3)      Memberikan tindak lanjut
Tindak lanjut berfungsi untuk menghubungkan materi dan pengalaman belajar baru dengan pengalaman yang akan datang. Tindak lanjut dapat dilakukan dengan cara memberi pekerjaan rumah, merancang sesuatu, mengkomunikasikan sesuatu. 
    B.     Mendorong Belajar Aktif dan Membiasakan Belajar Mandiri. 
Pada hakekatnya belajar itu adalah adanya perubahan. Perubahan berkenaan dengan pengetahuan, nilai dan sikap, keterampilan, dan kebiasaan belajar. Perubahan pengetahuan melalui proses pemahaman, sedang nilai dan sikap melalui proses penghayatan. Keterampilan berubah melalui proses latihan, sedang kebiasaan belajar berubah melalui pembiasaan atau habituasi. Semua proses perubahan itu terjadi dalam diri individu.  Dengan demikian dalam proses belajar individulah yang aktif, oleh karena itu proses pembelajaran yang baik adalah proses yang memungkinkan murid belajar secara mandiri. Belajar mandiri adalah proses memperoleh pengetahuan, nilai dan sikap, keterampilan, dan kebiasaan belajar melalui pemanfaatan rangsangan dari luar diri murid untuk membangkitkan kemampuan belajar secara optimal. Untuk dapat menumbuhkan proses belajar mandiri perlu diciptakan iklim belajar yang baik, yang ditandai oleh adanya suasana hangat, menarik dan menyenangkan.  Ada beberapa alasan yang dapat kita simak, mengapa belajar mandiri perlu digalakkan. 
a.       Ada bukti yang kuat bahwa individu yang berinisiatif dalam belajar dapat belajar lebih banyak, dan lebih baik dari pada individu yang tergantung pada guru.
b.      Belajar mandiri lebih sesuai denga prose salami perkembangan mental individu.
c.       Perkembangan baru dalam berbagai aspek pendidikan menempatkan murid sebagai pebelajar yang aktif(Knowles,1975). 
Untuk dapat mengembangkan murid sebagai pembelajar yang aktif, guru PKR perlu menguasai beberapa keterampilan seperti berikut:
a.      Membimbing diskusi kelompok kecil
Metode pembelajaran yang paling potensial dalam PKR adalah metode diskusi atau metode kerja kelompok, terutama kelompok kecil. Apalagi karena kelas PKR di SD  kecil jumlah muridnya sedikit. Kelompok kecil dalam kelas PKR bisa dibentuk untuk masing-masing kelas atau lintas kelas. Besar kelompok tergantung pada jumlah murid, kelompok terkecil berjumlah dua orang dan paling besar lima orang.  Keterampilan yang perlu dikuasai guru PKR dalam menata diskusi atau kerja kelompok kecil adalah:
1) Memusatkan perhatian murid
2) Memperjelas masalah yang menjadi pusat perhatian
3) Menganalisis pendapat murid
4) Memberi kesempatan kepada murid untuk mengeluarkan pendapat
5) Memeratakan kesempatan untuk berbicara
6) Memacu proses berfikir murid
7) Menutup diskusi dengan laporan 
b.      Mengajar kelompok kecil dan perorangan
Di SD kecil, ada kalanya murid yang dihadapi hanya 1-2 orang dalam satu kelas, sehingga dapat dirangkap dengan kelas lain yang jumlahnya lebih banyak meskipun tak sebanyak kelas normal. Bahkan ada SD yang jumlah murid seluruhnya hanya 15-20 orang. Ruang belajar yang digunakan hanya satu ruang dengan atau tanpa sekat. Untuk menghadapi situasi semacam ini, guru PKR dituntut untuk menguasai keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan.  Dalam pengajaran kelompok kecil dan perorangan ada sejumlah peran guru yang perlu dihayati yaitu guru sebagai:
1)      Penata kegiatan belajar-mengajar
2)      Sumber informasi bagi murid
3)      Pendorong belajar siswa
4)      Penyedia materi dan pembuka kesempatan belajar murid
5)      Pendiagnosis kebutuhan belajar murid
6)      Pemberi kemudahan belajar sesuai kebutuhan murid
7)      Mitra kerja dalam kegiatan belajar
Agar dapat memainkan peran-peran tersebut di atas guru PKR perlu menguasai sejumlah keterampilan sebagai berikut.
1)      Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi.
ü  Tunjukkan perhatian yang hangat
ü  Dengarkan pendapat murid
ü  Berikan respon yang positif
ü  Ciptakan hubungan saling percaya
ü  Tunjukkan kesediaan membantu murid
ü  Bersikaplah  terbuka terhadap perasaan murid
ü  Kendalikan situasi agar murid merasa aman
2)      Keterampilan menata kegiatan belajar-mengajar
ü  Adakan pengenalan umum mengenai isi dan latar kegiatan belajar
ü  Gunakan variasi kegiatan sesuai kebutuhan
ü  Adakan pengelompokan murid sesuai dengan tujuan
ü  Jangan lupa mengkoordinasikan aneka kegiatan yang berlangsung
ü  Berikan perhatian pada berbagai tugas yang diberikan
ü  Usahakan agar pada akhir kegiatan selalu ada penyimpulan
3)      Keterampilan mengarahkan dan memberi kemudahan belajar
ü  Berikan penguatan terhadap perilaku murid yang baik
ü  Bersikap tanggap terhadap keadaan murid
ü  Berikan bantuan belajar sesuai kebutuhan untuk belajar lebih lanjut
ü  Adakan pemantapan terhadap kegiatan kelompok dan perorangan 
c.       Mengadakan variasi
Variasi dalam kegiatan belajar mengajar adalah perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi murid, serta mengurangi kejenuhan dan kebosanan. Variasi juga disebut keanekaragaman. Dalam pembelajaran, keanekaragaman menyangkut gaya mengajar, media, sumber, dan pola interaksi serta kegiatan belajar- mengajar. Jenis variasi:
1)      Variasi gaya mengajar 
Gaya mengajar adalah pola penampilan guru dalam mengolah dan mengelola rangsangan belajar dan lingkungan belajar yang memungkinkan tumbuhnya dinamika proses belajar murid. Penampilan mengajar guru diwarnai oeh keterampilan guru dalam:
a.       Bicara: kecepatan, kejernihan, tekanan, volume, dan kepasihan.
b.      Perhatian: pemusatan perhatian murid, persebaran perhatian pada kegiatan murid secara bersamaan.
c.       Kesenyapan: berhenti bicara sebentar untuk mengendapkan ide
d.      Kontak pandang: semua murid mendapat tatapan hangat dari guru
e.       Olah gerak dan mimik : gerak fisik dan tampilan wajah
f.       Alih posisi: berdiri yang memungkinkan murid merasakan perhatian sama
2)      Variasi media dan sumber 
Media adalah alat dan bahan yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan pesan yang dapat berupa ide, informasi, pendapat kepada murid. Media dapat berbentuk visual(terlihat), audio(terdengar) dan teraba.
Sumber adalah benda, manusia, situasi yang berisikan/menghasilkan informasi, data, fakta, ide, rangsangan yang dapat digunakan oleh guru dan murid dalam berkomunikasi. Sumber dapat berupa barang cetak(buku,modul), bahan terekam(kaset audio), bahan tersiar(radio,TV), manusia sumber, dan pengaruh yang ditimbulkan oleh masing-masing jenis sumber tersebut.
Keterampilan guru memanfaatkan aneka ragam media dan sumber secara tepat guna dan layak dapat membangun suasana belajar –mengajar yang menarik,  menantang, menyenangkan, dan mengasyikkan. Untuk itu guru sebaiknya terampil dalam memilih, menyelesaikan, menggunakan dan bila mungkin mengolah kembali media dan sumber sesuai kebutuhan.
3)      Variasi pola interaksi dan kegiatan 
Pola interaksi guru dengan murid dalam kegiatan belajar-mengajar sangat beraneka ragam, mulai dari yang didominasi guru sampai kegiatan yang dilakukan sendiri oleh murid. Proses belajar murid harus diartikan sebagai aktivitas individu dalam membangun pengetahuan melalui pengalaman. Pengalaman belajar yang baik dan bermakna adalah pengalaman belajar yang dibangun melalui aneka ragam pola interaksi dan kegiatan yang sengaja dikembangkan oleh guru. Oleh karena itu guru harus menguasai pola interaksi dan kegiatan.  Pola interaksi yang bisa terjadi pada setiap jenis kegiatan tidak selalu sama. Jenis pola interaksi tersebut adalah:
a)      Pola interaksi perseorangan(pola INPERS) 
b)      Pola interaksi pasangan(pola INPAS)
c)      Pola interaksi kelompok kecil(pola INKK)
d)     Pola interaksi kelompok besar(pola INKB)
e)      Pola interaksi klasikal(pola INKLAS)
Bila dilihat dari kegiatannya terdapat beberapa jenis yang dapat digunakan di kelas antara lain:
a)      Membaca
b)      Menggunakan lembar kerja
c)      Bercerita
d)     Berdialog/berdiskusi
e)      Mengadakan percobaan
f)       Mendengarkan kaset/
g)      Bernyanyi
h)      Mengamati lingkungan
    C.    Bagaimana Mengelola Kelas PKR dengan Baik 
Untuk dapat menciptakan dan memelihara suasana kelas yang memungkinkan optimal kualitas pembelajarannya dan keterlibatan murid, perlu pengelolaan kelas yang baik. Keterampilan mengelola kelas mencakup kemampuan guru untuk:
a.       Menciptakan dan memelihara situasi kelas yang optimal
Situasi kelas yang optimal ditandai oleh tingginya waktu yang digunakan untuk mendorong murid melakukan tugas-tugas, dan  waktu yang digunakan oleh murid untuk melibatkan diri dalam interaksi kelas. Untuk dapat menciptakan  situasi tersebut guru sebaiknya terampil dalam:
1)      Menanggapi dengan penuh perhatian hal-hal yang mengganggu jalannya interaksi belajar mengajar. Misalnya, bila ada murid yang bercerita sendiri.
2)      Memeratakan perhatian terhadap semua kelompok secara visual maupun verbal. Bicara dengan jelas sehingga semua murid bias mendengar, arahkan pandangan ke semua murid.
3)      Memberikan penugasan kepada kelompok dengan jelas sehingga murid-murid memahami tugas dan peranan serta tanggung jawabnya dalam kegiatan belajar- mengajar.
4)      Memberi teguran dengan arif dan bijaksana bila melihat terjadinya perilaku menyimpang dari murid. Teguran yang kasar bukan saja tak efektif, tetapi dapat melukai perasaan murid.
5)      Memberikan penguatan verbal, gestural, kegiatan, kedekatan dan token sesuai dengan keperluan dan situasi secara wajar. Berikan pujian terhadap perilaku yang baik untuk mendorong munculnya perilaku baik lebih sering muncul. 
b.      Mengendalikan kondisi belajar yang optimal dan mengatasi perilaku murid yang menyimpang.
Hakekat belajar adalah perubahan, maka bila Anda melihat adanya perilaku menyimpang harus segera Anda ubah menjadi perilaku yang baik. Mengubah perilaku menyimpang dapat dilakukan dengan cara:
1)      Mengajarkan dan memberi contoh perilaku yang diinginkan.
2)      Menguatkan perilaku yang baik dengan pujian yang wajar.
3)      Memberi hukuman dengan cara yang benar dan wajar terhadap perilaku menyimpang.
Dalam upaya mengatasi perilaku yang menyimpang ada sejumlah teknik yang dapat digunakan yaitu:
1)      Mengabaikan sementara yang direncanakan
2)      Melakukan campur tangan dengan isyarat
3)      Mengawasi dari dekat
4)      Menerima perasaan negatif murid
5)      Mendorong murid mengungkapkan perasaannya
6)      Menjauhkan benda-benda yang dapat mengganggu
7)      Menghilangkan ketegangan dengan humor.
8)      Mengatasi penyebab gangguan.
9)      Membatasi secara fisik
10)  Menjauhkan penggannggu

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama