PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KELAS RANGKAP


BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR), merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang perlu dikuasai oleh guru SD. Guru harus selalu berusaha dengan berbagai cara agar semua murid merasa mendapat perhatian dari guru secara terus-menerus. Agar mampumelakukan hal ini, guru harus menguasai berbagai teknik.Menghadapi dua kelasatau lebih pada saat yang bersamaan dan kemudian mampu meyakinkan muridbahwa guru selalu berada bersama mereka, bukan pekerjaan yang mudah. Guru harus mampu melakukan tindakan instruksional dan tindakan pengelolaan yang tepat.Tindakan instruksional adalah tindakan yang langsung berkaitan denganpenyampaian isi kurikulum, seperti menjelaskan, memberi tugas, atau mengajukanpertanyaan.Tindakan pengelolaan adalah tindakan yang berkaitan denganpenciptaan dan pengembalian kondisi kelas yang optimal.Misalnya, menunjukkansikap tanggap dan peka, mengatur tempat duduk, memberi petunjuk yang jelas atau menegur murid. Oleh karena itu dalam pembelajaran PKR telah ada prinsip-prinsip dasar PKR untuk dijadikan patokan sebagai seorang guru dan didukung dengan adanya pola dasar serta aneka model-model pembelajaran dalam PKR yang akan memudahkan pelaksanaan PKR. Sebagai calon guru SD marilah kita memanfaatkan dan mengembangkan kemampuan dalam mendidik agar tercapai tujuan dari pendidikan nasional.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah prinsi-prinsip dasar PKR?
2.      Bagaimanakah pola dasar PKR?
3.      Apa sajakah aneka model pembelajaran PKR?

C.    Tujuan
1.      Mengetahui prisip-prinsip dasar PKR
2.      Mengetahui pola dasar PKR
3.      Mengetahui aneka model pembelajaran PKR

BAB II
PEMBAHASAN

    1.      Prinsip-Prinsip yang Mendasari PKR
Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR), merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang perlu dikuasai oleh guru SD. Sebagai salah satu bentuk pembelajaran, PKR mengikuti prinsip-prinsip pembelajaran secara umum, seperti bentuk-bentuk pembelajaran yang lain. Pembelajaran mengandung makna yang berbeda dari kegiatan belajarmengajar. Pada kegiatan belajar-mengajar, mengandung makna ada guru yang memungkinkan terjadinya belajar.Sedangkan pada pembelajaran, kegiatan belajardapat terjadi dengan atau tanpa guru.Artinya, murid dapat belajar dalam berbagaisituasi tanpa tergantung pada guru.Misalnya, murid dapat belajar dari buku,berdiskusi dengan teman atau mengamati sesuatu.Tetapi perlu diingat bahwa dalampembelajaran peran guru sangat penting, misalnya pada awal, saat kegiatan, atauakhir kegiatan.
Yang dimaksud dengan prinsip dalam PKR adalah ketentuan – ketentuan umum yang khusus memandu dan mengarahkan pikiran dan perilaku guru dalam menyikapi dan mengelola pembelajaran.PKR seperti pembelajaran pada umum memiliki prinsip umum baik yang bersifat psikologis- pedagogis maupun didaktik-metodik.
Yang bersifat psikologis-pedagogis adalah yang berkenaan dengan perubahan perilaku siswa, sedang yang bersifat didaktik-metodik adalah yang berkenaan dengan strategi atau prosedur pembelajaran . beberapa prinsip umum psikologis-pedagogis antara lain ;
a.       Perbedaan individual anak dalam perkembangan kognitif, sikap, dan perilaku menuntut perlakuan pembelajaran yang cocok dengan tingkatannya. Misal, perlakuan terhadap siswa kelas I tentu harus berbeda dengan perlakuan terhadap siswa kelas V. Pada tingkat usia kelas I proses berfikir kongkrit lebih dominan, sedangkan siswa kelas V sudah mulai dapat berfikir abstrak ( Piaget dalam Bell-Gredler : 1986)
b.      Motivasi sangat diperlukan dalam belajar baik yang datang dari diri siswa atau “motivasi instrinsik” maupun yang datang dari luar diri siswa atau motivasi instrumental. Oleh  karena itu pembelajaran harus diawali dengan menumbuhkan motivasi siswa agar erasa butuh dan mau belajar. Bila sudah tumbuh , motivasi tersebut perlu dipelihara dan malah ditingkatkan melalui berbagai bentuk penguatan atau” reinforcement “ ( Skinner dalam Turney : 1977)
c.       Belajar sebagai proses akademis dalam diri individu untuk membangun pengetahuan, sikap dan ketrampilan melalui transformasi pengalaman. Proses tersebut dapat dipandang sebagai suatu siklus proses pengalaman kongkrit ( concrete experience ), pengamatan mendalam ( reflective observation ), pemikiran abstrak ( abstract conceptualization ) dan percobaan atau penerapan secara aktif ( active experimentation ) ( Kolb : 1986 )
d.      Belajar dari teman seusia atau “peer group “ terutama mengenai sikap dan ketrampilan sosial dapat berhasil dengan baik melalui interaksi sosial yang sengaja dirancang.
e.       Pencapaian dampak instructional atau “instructional effects” dan dampak pengiring atau “nurturant effect” menuntut lingkungan dan suasana belajar yang dirancang dengan baik oleh guru dan terciptanya suasana belajar secara kontekstual.
Implementasi dari prinsip umum psikologis-pedagogis terhadap pembelajaran adalah munculnya prinsip didaktik-metodik sebagai berikut :
a.       Penganekaragaman pembelajaran agar dapat melayani perbedaan individual siswa
b.      Pemanfaatan berbagai media dan sumber belajar agar dapat membangkitkan, memelihara, dan meningkatkan motivasi siswa.
c.       Penerapan aneka pendekatan, metode, dan teknik pemeblajaran yang berpotensi mengaktifkan siswa dalam keseluruhan siklus proses belajar.
d.      Penekanan pada pencapaian dampak instruksional dan dampak pengiring.
Di samping memiliki prinsip umum diatas, PKR memiliki prinsip khusus seperti berikut (Djalil dan Wardani :1997, Rake Joni : 1998)
a.       Keserempakan kegiatan belajar-mengajar
b.      Kadar tinggi waktu keaktifan akademik
c.       Kontak psikologis guru-murid yang berkelanjutan
d.      Pemanfaatan sumber belajar yang efisien
e.       Belajar dari teman sebaya
f.       Penekanan pada pencapaian dampak instruksional dan pengiring
Secara singkat keenam prinsip khusus tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Keserempakan Kegiatan Pembelajaran
Dalam PKR guru menghadapi dua kelas atau lebih pada waktu yangbersamaan.Oleh karena itu, prinsip utama PKR adalah kegiatan belajar mengajarterjadi secara bersamaan atau serempak.Kegiatan yang terjadi secara serempak ituharus bermakna, artinya kegiatan tersebut mempunyai tujuan yang sesuai dengantuntutan kurikulum atau kebutuhan murid dan dikelola dengan benar. Dengandemikian, jika ada kegiatan yang dikerjakan murid hanya untuk mengisi kekosongansaja , maka bukan PKR yang diharapkan.
2. Kadar Waktu Keaktifan Akademik (WKA) tinggi.
Selama PKR berlangsung, murid aktif menghayati pengalaman belajar yang bermakna.PKR tidak memberi toleransi pada banyaknya WKA yang hilang karena guru tidak terampil mengelola kelas.Misalnya, waktu tunggu yang lama,pembentukan kelompok yang lamban, atau pindah kelas yang memakan waktu.Makin banyak waktu yang terbuang, maka makin rendah kadar WKA.Namun perlu Anda ingat, bahwa WKA tinggi tidak selalu berkadar tinggi.Kualitaspengalaman belajar yang dihayati murid sangat menentukan WKA. Kualitas danlamanya kegiatan berlangsung menentukan tinggi rendahnya kadar WKA.
3. Kontak Psikologis guru dan murid yang berkelanjutan
Dalam PKR, guru harus selalu berusaha dengan berbagai cara agar semua murid merasa mendapat perhatian dari guru secara terus-menerus. Agar mampumelakukan hal ini, guru harus menguasai berbagai teknik.Menghadapi dua kelasatau lebih pada saat yang bersamaan dan kemudian mampu meyakinkan muridbahwa guru selalu berada bersama mereka, bukan pekerjaan yang mudah. Guru harus mampu melakukan tindakan instruksional dan tindakan pengelolaan yang tepat.Tindakan instruksional adalah tindakan yang langsung berkaitan denganpenyampaian isi kurikulum, seperti menjelaskan, memberi tugas, atau mengajukanpertanyaan.Tindakan pengelolaan adalah tindakan yang berkaitan denganpenciptaan dan pengembalian kondisi kelas yang optimal.Misalnya, menunjukkansikap tanggap dan peka, mengatur tempat duduk, memberi petunjuk yang jelas atau menegur murid.
4. Pemanfaatan Sumber Secara Efisien
Sumber dapat berupa peralatan/sarana, orang dan waktu.Agar terjadiWKA yang tinggi, semua jenis sumber harus dimanfaatkan secara efisien.Lingkungan, barang bekas, dan segala peralatan yang ada di sekolah dapatdimanfaatkan oleh guru PKR.Demikian dengan orang dan waktu.Murid yangpandai dapat dimanfaatkan sebagai tutor. Waktu harus dikelola dengan cermat
sehingga menghasilkan WKA yang berkadar tinggi.Disamping keempat prinsip yang telah disebutkan, masih ada satu prinsiplagi yang perlu dikuasai guru PKR, yaitu membiasakan murid untuk mandiri.Apabila guru mampu menerapkan keempat prinsip di atas, maka murid akan terbiasa
mandiri. Kemampuan murid untuk belajar mandiri akan memungkinkan guru PKRmengelola pembelajaran secara lebih baik sehingga kadar WKA menjadi semakintinggi.

    2.      Pola  Dasar PKR
            Dilihat dari pengorganisasian mata pelajaran, kelas atau rombongan belajar dan ruangan terdapat beberapa pola dasar PPKR sebagai berikut.
Model PKR 211          : dua kelas ,satu mata pelajaran ,satu ruangan
Model PKR 221          : dua kelas ,dua mata pelajaran ,satu ruangan
Model PKR 311          : tiga kelas , satu mata pelajaran ,satu ruangan
Model PKR 321          : tiga kelas , dua mata pelajaran ,satu ruangan
Model PKR 322          : tiga kelas , dua mata pelajaran ,dua ruangan
Model PKR 333          : tiga kelas , tiga mata pelajaran ,tiga ruangan
Model PKR 222          : dua kelas , dua mata pelajaran ,dua ruangan
Model PKR 111          : satu kelas, satu mata pelajaran  dengan dua atau tiga topik berjenjang, satu ruangan
Sebagai contoh singkat dapat dikemukakan sebagai berikut.
Model PKR 211          : kelas I dan II belajar menyanyi dalam satu ruangan
Model PKR 221          : kelas III belajar IPA, dan kelas IV belajar IPS dalam satu ruangan
Model PKR 222          : kelas III belajar IPA di ruangan 1 dan kelas IV belajar IPS di ruangan 2 yang terhubung dengan ruang 1.
Model PKR 311          : kelas IV, V, dan VI belajar menyanyi dalam satu ruangan.
Model PKR 321          : kelas I da II belajar menulis, dan kelas III belajar matematika dalam satu ruangan
Model PKR 322          : kelas III dan IV belajar IPS di ruangan I dan kelas V belajar IPA di ruangan 2 yang terhubung ke ruangan 1
Model PKR 333          : kelas III belajar IPA, kelas IV belajar IPS, dan kelas V belajar matematika di tiga ruangan yang satu sama lain terhubung dengan pintu.
            Dilihat dari sudut pengelolaan kelas khususya dalam penanganan disiplin siswa, model PKR 211, 221, 311, dan 321, jauh lebih terkendali dari pada model PPKR 222, 322, dan 333. Dapat kita pahami bahwa mengelola satu ruangan lebih terkonsentrasi daripada lebih dari satu ruangan. Malah sangat dianjurkan untuk lebih banyak menggunakan model 211, 221, 311, dan 321 bila jumlah gabungan siswa kedua atau ketiga kelas itu paling banyak 30 orang. Bila lebih dari 30 orang dianjurkan menggunakan model PKR 222, 322, ataua 333.
Khusus untuk model PPKR 111 yakni satu kelas belajar satu mata pelajaran dengan beberapa topic yang berbeda dalam satu runagan merupakan model PKR “ neka aras” atau “multi-level teaching”. Model ini memerlukan pengorganisasian siswa dengan menerapkan prinsip perbedaan individual dan “ belajar tuntas”. Model inin akan berjalan dengan baik bila didukung oleh sumber belajar yang diindividualisasikan dan bersifat modular misalnya menggunakan “modul”atau “kit” seperti di SD Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) pada tahun 1980-an dan di SD Kecil di daerah terpencil (Kalimantan).
            Di dalam menerapkan pola dasar PPKR selain model PPKR III, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti berikut.
a.       Kelas yang dapat dirangkap dalam satu ruangan adalah kelas I, II,III atau kelas IV, V , VI atau kelas I, II atau III, IV. Kelas I,II sebaiknya tidak dirangkap dalam satu ruangan dengan kelas IV,V,VI karena alasan perbedaan usia dan perbedaan lama belajar. Satu jam pelajaran kelas I dan II adalah 30’ sedangkan kelas III, IV,V, dan VI 40’. Bila terpaksa misalnya di SD itu hanya ada seorang Guru dan hanya satu ruangan seperti terdapat di daerah terpencil, dalam ruangan itu dibuat dua bagian dengan memkaia partsi/penyekat tidak permanen setinggi bahan guru.
b.      Mata pelajaran yang menekankan pada ketrampilan melafalkan atau bersuara seperti membaca, menyanyi atau bergerak seperti praktek olah raga tidak boleh dirangkap dengan mata pelajaran yang menekankan pada proes kognitif seperti matematika, IPA, IPS, PPKN, bahasa Indonesia. Alasannya adalah dalam pembelajaran aspek kognitif siswa memrlukan konsentrasi dalam berfikir yang apabila dirangkap dengan pembelajran ketrampilan gerak atau verbal satu sama lain akan merasa saling terganggu.
c.       Perangkapan kelas dalam runangan lebih dari tiga tidak dianjurkan karena sukar untuk dikelola antara lain guru akan sangat repot mengesak dari kelas ke kelas. Waktu tunggu setiap kelas akan sangat banyak sehingga waktu keaktifan akademik akan sangat terbatas karena waktu siswa ”off-task” bisa jadi lebih banyak dari pada waktu siswa “on-task”. Karena itu jumlah ruangan yang sebaiknya dipakai dalam suatu perangkapan kelas paling banyak tiga ruangan dan yang paling ideal adalah 1-2 ruangan.
Aneka model pembelajaran
Sesuai dengan prinsip khusus PKR seperti dibahas pada bagian A bab ini, pelaksanaan PKR memerlukan penerapan berbagai model pembelajaran yang berpotensi mengaktifkan siswa. Mengennai model tersebut, winaputra (1997) mengadaptasi beberapa model yang tercakup dalam dua kelompok yakni :
1.      Model proses belajar arahan sendiri
2.      Model proses belajar melalui kerja sama yang meliputi:
a.       Model olah piker sejoli (MOPS)
b.      Model olah piker berebut (MOPB)
c.       Model konsultasi intra kelompok (MKIK)
d.      Model tutorial teman sebaya (MTTS)
e.       Model tutorial lintas kelas (MTLS)
f.       Model diskusi meja bundar (MDMB)
g.      Model tugas, diskusi dan resitasi (MTDR)
h.      Model aktivitas tugas terbuka/tertutup (MATT)
Untuk masing-masing model akan disajikan urutan langkah dan saran penggunanya dalam rangka PKR.
Perlu didingat bahwa selain model-model tersebut masih dapat ditelusuri model-model lainnya dalam berbagai sumber kepustakaan.

    3.      Aneka Model Pembelajaran
1.      Proses belajar arahan sendiri (PBAS)

Deskripsi : model PBAS merupakan suatu kerangka kegiatan belajar atas prakarsa siswa atau secara mandiri dengan mendapat bimbingan seperlunya dari guru. Dalam model ini guru berperan sebagai pemberi kemudahan belajar atau facilitator of learning.Misalnya, menyediakan sumber belajar, memberi petunjuk, memberi dorongan, mengecek kemajuan belajar, memberi balikan dan mengecek hasil belajar siswa.
Langkah-langkah :
Model PBAS memiliki langkah-langkah :
Kegiatan guru
Kegiatan siswa
1.      Menyediakan sumber belajar








2.      Memberikan penugasan belajar (1)




3.      Mengecek kemajuan belajar (2)




4.      Memberikan penugasan belajar lanjut (2)



5.      Mengecek kemajuan belajar









6.      Mengevaluasi hasil belajar siswa
1.      Penyeleksian
-          Menemukan informasikan esensi / inti
-          Membuat catatan tentang butir-butir yang penting
-          Mengeksplorasi ide pokok

2.      Pemahaman :
-          Melihat bahan lebih awal
-          Menggunakan isyarat kontekstual
-          Mencari sumber bahan
3.      Penguatan ingatan
-          Mengkaji ulang bahan
-          Mengingat butir penting
-          Mengetes sendiri
-          Meranacng cara belajar sendiri
4.      Penjabaran lanjutan
-          Bertanya pada diri sendiri
-          Membentuk citra sendiri
-          Menarik analogi dan metapora
5.      Pengintegrasian
-          Mengungkapkan sendiri
-          Membuat ilustrasi atau diagram
-          Menggunakan banyak sumber
-          Mengaitkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki
-          Menjawab permasalahan sendiri
6.      Pengecekan
-          Mengecek apa yang telah dikuasai
-          Menyadari kekuatan dan kelemahan diri sendiri


Proses belajar melalui kerja sama ( PBMKS ) terdiri atas model-model sebagai berikut :
2.      Model olah piker sejoli (MOPS)
Deskripsi
Model olah piker sejoli atau MOPS merupakan kerangka kegiatan belajar secara berpasangan. Setiap pasangan siswa ditugasi untuk melakukan suatu kegiatan secara bersama-sama di bawah control guru.
Langkah-langkah
Tahap 1: siswa menyimak pertanyaan atau tugas yang diajukan guru
Tahap 2 : semua murid diberi kesempatan untuk memikirkan jawaban atau pertanyaan atau tugas tersebut
Tahap 3: guru memberi isyarat agar siswa secara berpasangan dengan siswa lain yang duduk disampingnya untuk mendiskusikan jawaban atau mengerjakan tugas yang telah dipikirkan sendiri. Setiap pasangan diminta untuk merumuskan jawaban yang disepakati berdua.
Tahap 4 : masing-masing pasangan diminta untuk menyampaikan pendapatnya dalam diskusi kelas yang dibimbing guru.
Waktu untuk mengerjakan setiap tahap diatur oleh guru sesuai dengan keadaan.
3.      Model olah piker berebut (MOPB)
Deskripsi
Model olah piker berebut atau MOPB merupakan kerangka kegiatan belajar yang menekankan pada proses berfikir menyebar atau divergent thinking “ secara dialogis.
Langkah-langkah :
Tahap 1 : guru mengajukan pertanyaan yang meminta banyak jawaban
Tahap 2 ; siswa secara perorangan berpikir dan selanjutnya memberi jawaban secara lisan.
3. Model Konsultasi Intra Kelompok (MKIK)
Deskripsi
Model Konsultasi Intra Kelompok atau MKIK merupakan kerangka kegiatan belajar kelompok dalam menekankan masalah dengan menggunakan sumber belajar yang tersedia.
Model KIK memiliki langkah-lngkah sebagai berikut:
Tahap 1 : Siswa diminta  menyiapkan alat tulis. Semua pena di simpan di tengah meja kelompok.
Tahap 2 : Seorang siswa pada setiap kelompok diminta membacakan pertanyaan pertama dari beberapa pertanyaan yang telah disiapkan guru.
Tahap 3 : Semua siswa mencari jawaban dari buku yang tersedia atau dari hasil diskusi kelompok.
Tahap 4 : Siswa yang duduk sebelah kiri pembaca pertanyaan pada setiap kelompok, ditugaskan untuk mengecek apakah setiap murid dalam kelompok mengerti maksud pertanyaan dan menyepakati jawabannya,
Tahap 5 : Bila telah dicapai kesepakatan mengenai jawaban atas pertanyaan itu, semua murid mengambil pena masing-masing dan menuliskan jawaban dengan kata-kata sendiri pada buku catatan masing-masing.
Tahap 6 : Selanjutnya dengan mengikuti urutan langkah 1 sampai 5 meneruskan kegiatan untuk pertanyaan ke-2 dan seterusnya sampai setiap murid dalam kelompok mendapat giliran membacakan pertanyaan dan mengecek jawaban kelompok.
4. Model Turotial Teman Sebaya (MTTS)
Deskripsi
Model Turotial Teman Sebaya ( MTTS) merupakan kerangka kegiatan belajar dengan memanfaatkan teman sekelasnya yang memiliki kemampuan lebih untuk membantu temannya dalam melakukan sesuatu kegiatan atau memahami suatu konsep.
Langkah-langkah:
Model TTS memiliki langkah-langkah sebagai berikut:
Tahap 1 : Pilihlah siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.
Tahap 2 : Berikan tugas khusus untuk membantu temannya dalam bidang tertentu.
Tahap 3 : Guru selalu memantau proses saling membantu tersebut.
Tahap 4 : Berikan penguatan kepada kedua belah pihak agar baik anak yang membantu maupun yang dibantu merasa senang.
Model Tutorial Lintas Kelas (MTLK)
Deskripsi
Model Tutorial lintas Kelas atau MTKL merupakan kerangka kegiatan belajar siswa dengan memanfaatkan siswa lain kelas yang lebih tinggi untuk membantu siswa kelasnya dengan memahami atau mengerjakan sesuatu.
Langkah-langkah
Metode Tutorial Lintas Kelas memiliki langkah-langkah sebagai berikut:
1.      Pilih siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata di kelas di atasnya.
2.      Berikan tugas khusus untuk membantu siswa adik kelasnya.
3.      Guru selalu memantau proses saling membantu tersebut.
4.      Berikan penguatan kepada kedua belah pihak agar baik siswa yang membantu maupun yang di bantu agar mereka merasa senang.
Model Diskusi Meja Bundar (MDMB)
Deskripsi
Model Diskusi Meja Bundar atau MDMB merupakan kerangka kegiatan belajar siswa yang bersifat mengundang pendapat siswa secara tertulis dalam suasana terstruktur.
Langkah-langkah
Model DMB memiliki langkah-langkah sebagai berikut:
Tahap 1 : siswa dibagi dalam kelompok kecil berjumlah 3-4 orang.
Tahap 2 : guru mengajukan pertanyaan secara tertulis atau lisan yang menuntut banyak jawaban.
Tahap 3 : selembar kertas diedarkan dalam setiap kelompok. Secara bergilir setiap murid dalam kelompok itu, menuliskan jawaban terhadap pertanyaan menurut pendapatnya sendiri.
Model Tugas Diskusi-Resitasi (MTDR)
Deskripsi
Model Tugas Belajar dan Resitasi atau MTDR merupakan kerangka kegiatan belajar siswa dalam rangkaian kegiatan melaksanakan tugas, mendiskusikan tugas, dan melaporkan hasil pengerjaan tugas tersebut.
Langkah-langkah
Model TDR memiliki langkah-langkah sebagai berikut:
Tahap 1 : pemberian tugas dari guru
Tahap 2 : pelaksanaan diskusi kelompok siswa
Tahap 3 : pelaporan hasil diskusi siswa
Metode Aktivitas Tugas Tertutup (MATTU) dan Aktivitas Tugas Terbuka (MATTA)
Deskripsi
Kedua model tersebut (MATTU dan MATTA) merupakan kerangka kegiatan belajar melalui pemberian tugas kepada siswa secara terarah pada satu jawaban atau banyak jawaban.
Langkah-langkah
Model ATTU dan ATTA merupakan model pemberian tugas.Tidak memiliki langkah khusus, karena itu berlaku prosedur pemberian tugas biasa.Yang khas dalam kedua model ini ialah dalam sifat isi tugasnya.Tugas tertutup berbentuk tugas yang hanya memerlukan satu jawaban yang benar.Sedangkan tugas terbuka berbentuk tugas yang menuntut hasil yang beraneka ragam misalnya tugas membuat karangan.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama