I. PENDAHULUAN
Secara garis besar penelitian dapat dilakukan dari hal yang sifatnya ‘pasif’ hanya meneliti suatu obyek yang ada di suatu kancah sampai dengan jenis penelitian yang menuntut peneliti untuk melakukan sesuatu. Dalam suatu penelitian, utamanya pada saat memperoleh informan, peneliti harus hati-hati, secara tidak langsung menunjuk satu orang yang dianggap memahami permasalahn, tetapi mata dan telinga harus dibuka lebar – lebar , sehingga menemukan subyek yang memang paling tahu variable yang diteliti.
Oleh karena itu seorang peneliti membutuhkan studi kasus untuk suatu metode penelitian untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
II. RUMUSAN MASALAH
A. Apa Pengertian Studi Kasus?
B. Apa Saja Jenis-Jenis Studi Kasus?
C. Bagaimana Langkah-Langkah Dalam Studi Kasus?
D. Bagaimana Kelemahan Serta Kelebihan Studi Kasus?
III. PEMBAHASAN
A. Pengertian Studi Kasus
Ada beberapa deskripsi menegenai makna dari pengertian studi kasus, Bila kita melakukan penelitian yang terinci tentang seseorang (individu) atau sesuatu unit sosial selama kurun waktu tertentu, kita melakukan apa yang disebut studi kasus. Metode ini akan melibatkan kita dalam penyelidikan yang lebih mendalam dan pemeriksaan yang menyeluruh terhadap perilaku seorang individu.[1] Di samping itu, studi kasus juga dapat mengantarkan peneliti memasuki unit-unit sosial terkecil seperti perhimpunan, kelompok, keluarga, dan berbagai bentuk unit sosial lainnya. Jadi, studi kasus, dalam khazanah metodologi, dikenal sebagai suatu studi yang bersifat komprehensif, intens, rinci dan mendalam serta lebih diarahkan sebagai upaya menelaah masalah-masalah atau fenomena yang bersifat kontemporer, kekinian.
Menurut Bogdan dan Bikien (1982) studi kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar atau satu orang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu . Surachrnad (1982) membatasi pendekatan studi kasus sebagai suatu pendekatan dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci. SementaraYin (1987) memberikan batasan yang lebih bersifat teknis dengan penekanan pada ciri-cirinya. Ary, Jacobs, dan Razavieh (1985) menjelasan bahwa dalam studi kasus hendaknya peneliti berusaha menguji unit atau individu secara mendalarn.
Sebuah definisi dengan bersifat teknis sehingga sangat membantu tentang studi kasus diberikan oleh Robert Yin (1996), yang menyebutkan bahwa studi kasus adalah suatu inkuiri empiris yang: menyelidiki fenomena dalam konteks kehidupan nyata, bilamana; batas-batas antara fenomena dan konteks tak tampak dengan tegas; dan di mana: multi sumber bukti dimanfaatkan.[2]
Jadi secara garis besar pengertian dari Studi Kasus merupakan strategi penelitian dimana didalamnya peneliti menyeliki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu. Kasus-kasus dibatasioleh waktu dan aktivitas, dan peneliti mengumpulkan informasisecara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan (Stake, 1995).[3]
B. Jenis – Jenis Studi Kasus
1. Studi kasus kesejarahan mengenai organisasi, dipusatkan pada perhatian organisasi tertentu dan dalam kurun waktu tertentu, dengan rnenelusuni perkembangan organisasinya. Studi mi sening kunang memungkinkan untuk diselenggarakan, karena sumbernya kunang mencukupi untuk dikerjakan secara minimal.
2. Studi kasus observasi, mengutamakan teknik pengumpulan datanya melalul observasi peran-senta atau pelibatan (participant observation), sedangkan fokus studinya pada suatu organisasi tertentu.. Bagian-bagian organisasi yang menjadi fokus studinya antara lain: (a) suatu tempat tertentu di dalam sekolah; (b) satu kelompok siswa; (c) kegiatan sekolah.
3. Studi kasus sejarah hidup, yang mencoba mewawancarai satu onang dengan maksud mengumpulkan narasi orang pertama dengan kepemilikan sejarah yang khas. Wawancara sejarah hiclup biasanya mengungkap konsep karier, pengabdian hidup seseorang, dan lahir hingga sekarang. masa remaja, sekolah. topik persahabatan dan topik tertentu lainnya.
4. Studi kasus kemasyarakatan, merupakan studi tentang kasus kemasyarakatan (community study) yang dipusatkan pada suatu lingkungan tetangga atau masyarakat sekitar (kornunitas), bukannya pada satu organisasi tertentu bagaimana studi kasus organisasi dan studi kasus observasi.
Studi kasus analisis situasi, jenis studi kasus ini mencoba menganalisis situasi terhadap peristiwa atau kejadian tertentu. Misalnya terjadinya pengeluaran siswa pada sekolah tertentu, maka haruslah dipelajari dari sudut pandang semua pihak yang terkait, mulai dari siswa itu sendiri, teman-temannya, orang tuanya, kepala sekolah, guru dan mungkin tokoh kunci lainnya.
f. Mikroethnografi, merupakan jenis studi kasus yang dilakukan pada unit organisasi yang sangat kecil, seperti suatu bagian sebuah ruang kelas atau suatu kegiatan organisasi yang sangat spesifik pada anak-anak yang sedang belajar menggambar. [4]
C. Langkah – Langkah Studi Kasus
1. Mengenali Gejala
Pertama-tama yang harus kita lakukan adalah mengamati adanya suatu gejala, gejala itu mungkin ditemukan atau diperoleh dengan beberapa cara yaitu :
a. Konselor sekolah menemukan sendiri gejala itu pada siswa yang mempunyai masalah.
b. Guru mata pelajaran memberikan informasi adanya siswa yang bermasalah kepada Konselor sekolah.
c. Wali kelas meminta bantuan Konselor sekolah untuk menangani seseorang siswa yang bermasalah berdasarkan informasi yang diterimanya dari pihak lain, seperti siswa, para guru ataupun pihak tata usaha.
2. Mendiskripsikan Kasus
Setelah gejala itu dipahami oleh Konselor sekolah, kemudian dibuatkan deskripsi kasusnya secara objektif, sederhana, tetapi cukup jelas.
3. Menentukan Bidang-Bidang Bimbingan
Setelah deskripsinya dibuat, yang dipelajari lebih lanjut adalah aspek ataupun bidang-bidang masalah yang mungkin dapat ditemukan dalam deskripsi itu. Kemudian ditentukan jenis masalahnya, apakah menyangkut masalah pribadi, sosial, belajar, karier, kehidupan berkarya atau kehidupan beragama.
4. Membuat Perincian Kasus
Jenis masalah yang sudah dikelompokkkan itu dijabarkan dengan cara mengembangkan ide-ide atau konsep-konsep menjadi lebih rinci, agar lebih mudah memahami permasalahannya secara cermat. Adanya jabaran masalah yang lebih terrinci itu dapat membantu Konselor sekolah untuk membuat perkiraan kemungkinan sumber penyebab masalah itu muncul.
5. Memperkirakan sebab
Perkiraan kemungkinan sumber penyebab, akan membantu kita menjelajahi jenis informasi yang dikumpulkan, sumber informasi yang perlu dikumpulkan, dan teknik atau alat yang digunakan dalam pengumpulan informasi atau data. Langkah pengumpulan data itu terutama melihat jenis informasi atau data yang diperlukan seperti kemampuan akademik, sikap atau kepribadian, bakat, minat. Data ini bisa didapat melalui teknik tes maupun nontes,
Selanjutnya dibuat perkiraan kemungkinan akibat yang timbul apabila kasus itu tidak ditangani dan jenis bantuan yang dapat diberikan merupakan langkah penting, agar kita dapat menjajaki kemungkinan memberikan bantuan. Apakah bantuan langsung ditangani oleh Konselor sekolah atau perlu konferensi kasus ataupun alih tangan kasus.
6. Memberikan Bantuan
Dengan berakhirnya pengumpulan data maka langkah yang selanjutnya akan diambil oleh peneliti adalah melakukan kegiatan konseling atau pemberian bantuan (terapi). Dengan menggunakan pendekatan-pendekatan yang sesuai dengan jenis masalah.
7. Kegiatan Evaluasi
Kegiatan evaluasi adalah merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk menilai seberapa jauh keefektifan penerapan teori konseling dalam mengatasi kasus yang dialami oleh siswa atau konseli.
8. Tindak Lanjut/ Follow Up
Langkah follow-up atau tindak lanjut adalah langkah yang akan diambil, apabila dalam penanganan kasus masih belum tercapai hasil yang maksimal dan belum mengalami perubahan yang berarti. Langkah ini dilakukan apabila peneliti dan konselor tidak mampu menangani masalahnya atau permasalahan siswa memiliki rentetan dan komplikasi dengan masalah yang lainnya.
Terhadap kasus yang telah dicapai adanya perubahan yang signifikan, maka ada upaya untuk terus mempoertahankan hasil tersebut, yang selanjutnya perlu untuk ditingkatkan pencapaian hasilnya yang lebih baik. Pada kasus yang tidak mampu atau diluar kewenangan Konselor sekolah, maka diadakan konferensi kasus atau alih tangan kasus kepada tenaga- tenaga ahli yang kompeten terhadap kasus siswa atau konseling.[5]
D. Kelebihan dan Kelemahan Studi kasus
Adapun kelebihan dari Studi kasus yaitu:
1. Analisis intensif yang dilewatkan tidak dlakukan oleh metode lain.
2. Dapat menghasilkan ilmu pengetahuan pada kasus khusus
3. Cara yang tepat untuk mengeksplorasi fenomena yang belu secara detail diteliti
4. Informasi yang dihasilkan dalam studi kasus dapat sangat bermanfaat dalam menghasilkan hipotesis yang diuji lebih ketat, rinci, dan seteliti mungkin pada penelitian berikutnya
5. Studi kasus yang bagus (well designed) merupakan sumber informasi deskriotif yang baik dan dapat digunakan sebagai bukti untuk suatu pengembangan teori atau menyanggah teori.[6]
Adapun kelemahan dari studi kasus yaitu:
1. Studi kasus seringkali dipandang kurang ilmiah atau pseudo-scientific karena pengukurannya bersifat subjectif atau tidak bisa dikuantifisir. Dalam hal ini, kritik ini juga mempertanyakan validitas dari hasil penelitian studi kasus.
2. Karena masalah interpretasi subjektif pada pengumpulan dan analisa data studi kasus, maka mengerjakan pekerjaan ini relative lebih sulit dari penelitian kuantitatif.
3. Masalah generalisasi. Karena skupa penelitian baik issu maupun jumlah orang yang menjadi target kajian studi kasus sangat kecil, kemampuan generalisasi dari temuan pada studi kasus adalah rendah.
4. Karena lebih bersifat deskriftif, studi kasus juga dianggap kurang memberi sumbangan pada persoalan-persoalan praktis mengatasi suatu masalah.
5. Biaya penyelenggaraan yang relative mahal. Karena kedalaman ibformasi yang digali pada studi kasus, maka luangan waktu dan fikiran untuk mengerjakan studi kasus jauh lebih banyak daripada studi dengan skala yang besar, tetapi hanya melingkupi data yang terbatas. Untuk hal ini, sebagian orang menganggap bahwa studi kasus lebih mahal dari pada penelitian-penelitian kuantitatif.
6. Karena fleksibilitas disain studi kasus, ini memungkinkan peneliti untuk beralih focus studi ke rah yang tidak seharusnya.[7]
Secara garis besar penelitian dapat dilakukan dari hal yang sifatnya ‘pasif’ hanya meneliti suatu obyek yang ada di suatu kancah sampai dengan jenis penelitian yang menuntut peneliti untuk melakukan sesuatu. Dalam suatu penelitian, utamanya pada saat memperoleh informan, peneliti harus hati-hati, secara tidak langsung menunjuk satu orang yang dianggap memahami permasalahn, tetapi mata dan telinga harus dibuka lebar – lebar , sehingga menemukan subyek yang memang paling tahu variable yang diteliti.
Oleh karena itu seorang peneliti membutuhkan studi kasus untuk suatu metode penelitian untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
II. RUMUSAN MASALAH
A. Apa Pengertian Studi Kasus?
B. Apa Saja Jenis-Jenis Studi Kasus?
C. Bagaimana Langkah-Langkah Dalam Studi Kasus?
D. Bagaimana Kelemahan Serta Kelebihan Studi Kasus?
III. PEMBAHASAN
A. Pengertian Studi Kasus
Ada beberapa deskripsi menegenai makna dari pengertian studi kasus, Bila kita melakukan penelitian yang terinci tentang seseorang (individu) atau sesuatu unit sosial selama kurun waktu tertentu, kita melakukan apa yang disebut studi kasus. Metode ini akan melibatkan kita dalam penyelidikan yang lebih mendalam dan pemeriksaan yang menyeluruh terhadap perilaku seorang individu.[1] Di samping itu, studi kasus juga dapat mengantarkan peneliti memasuki unit-unit sosial terkecil seperti perhimpunan, kelompok, keluarga, dan berbagai bentuk unit sosial lainnya. Jadi, studi kasus, dalam khazanah metodologi, dikenal sebagai suatu studi yang bersifat komprehensif, intens, rinci dan mendalam serta lebih diarahkan sebagai upaya menelaah masalah-masalah atau fenomena yang bersifat kontemporer, kekinian.
Menurut Bogdan dan Bikien (1982) studi kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar atau satu orang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu . Surachrnad (1982) membatasi pendekatan studi kasus sebagai suatu pendekatan dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci. SementaraYin (1987) memberikan batasan yang lebih bersifat teknis dengan penekanan pada ciri-cirinya. Ary, Jacobs, dan Razavieh (1985) menjelasan bahwa dalam studi kasus hendaknya peneliti berusaha menguji unit atau individu secara mendalarn.
Sebuah definisi dengan bersifat teknis sehingga sangat membantu tentang studi kasus diberikan oleh Robert Yin (1996), yang menyebutkan bahwa studi kasus adalah suatu inkuiri empiris yang: menyelidiki fenomena dalam konteks kehidupan nyata, bilamana; batas-batas antara fenomena dan konteks tak tampak dengan tegas; dan di mana: multi sumber bukti dimanfaatkan.[2]
Jadi secara garis besar pengertian dari Studi Kasus merupakan strategi penelitian dimana didalamnya peneliti menyeliki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu. Kasus-kasus dibatasioleh waktu dan aktivitas, dan peneliti mengumpulkan informasisecara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan (Stake, 1995).[3]
B. Jenis – Jenis Studi Kasus
1. Studi kasus kesejarahan mengenai organisasi, dipusatkan pada perhatian organisasi tertentu dan dalam kurun waktu tertentu, dengan rnenelusuni perkembangan organisasinya. Studi mi sening kunang memungkinkan untuk diselenggarakan, karena sumbernya kunang mencukupi untuk dikerjakan secara minimal.
2. Studi kasus observasi, mengutamakan teknik pengumpulan datanya melalul observasi peran-senta atau pelibatan (participant observation), sedangkan fokus studinya pada suatu organisasi tertentu.. Bagian-bagian organisasi yang menjadi fokus studinya antara lain: (a) suatu tempat tertentu di dalam sekolah; (b) satu kelompok siswa; (c) kegiatan sekolah.
3. Studi kasus sejarah hidup, yang mencoba mewawancarai satu onang dengan maksud mengumpulkan narasi orang pertama dengan kepemilikan sejarah yang khas. Wawancara sejarah hiclup biasanya mengungkap konsep karier, pengabdian hidup seseorang, dan lahir hingga sekarang. masa remaja, sekolah. topik persahabatan dan topik tertentu lainnya.
4. Studi kasus kemasyarakatan, merupakan studi tentang kasus kemasyarakatan (community study) yang dipusatkan pada suatu lingkungan tetangga atau masyarakat sekitar (kornunitas), bukannya pada satu organisasi tertentu bagaimana studi kasus organisasi dan studi kasus observasi.
Studi kasus analisis situasi, jenis studi kasus ini mencoba menganalisis situasi terhadap peristiwa atau kejadian tertentu. Misalnya terjadinya pengeluaran siswa pada sekolah tertentu, maka haruslah dipelajari dari sudut pandang semua pihak yang terkait, mulai dari siswa itu sendiri, teman-temannya, orang tuanya, kepala sekolah, guru dan mungkin tokoh kunci lainnya.
f. Mikroethnografi, merupakan jenis studi kasus yang dilakukan pada unit organisasi yang sangat kecil, seperti suatu bagian sebuah ruang kelas atau suatu kegiatan organisasi yang sangat spesifik pada anak-anak yang sedang belajar menggambar. [4]
C. Langkah – Langkah Studi Kasus
1. Mengenali Gejala
Pertama-tama yang harus kita lakukan adalah mengamati adanya suatu gejala, gejala itu mungkin ditemukan atau diperoleh dengan beberapa cara yaitu :
a. Konselor sekolah menemukan sendiri gejala itu pada siswa yang mempunyai masalah.
b. Guru mata pelajaran memberikan informasi adanya siswa yang bermasalah kepada Konselor sekolah.
c. Wali kelas meminta bantuan Konselor sekolah untuk menangani seseorang siswa yang bermasalah berdasarkan informasi yang diterimanya dari pihak lain, seperti siswa, para guru ataupun pihak tata usaha.
2. Mendiskripsikan Kasus
Setelah gejala itu dipahami oleh Konselor sekolah, kemudian dibuatkan deskripsi kasusnya secara objektif, sederhana, tetapi cukup jelas.
3. Menentukan Bidang-Bidang Bimbingan
Setelah deskripsinya dibuat, yang dipelajari lebih lanjut adalah aspek ataupun bidang-bidang masalah yang mungkin dapat ditemukan dalam deskripsi itu. Kemudian ditentukan jenis masalahnya, apakah menyangkut masalah pribadi, sosial, belajar, karier, kehidupan berkarya atau kehidupan beragama.
4. Membuat Perincian Kasus
Jenis masalah yang sudah dikelompokkkan itu dijabarkan dengan cara mengembangkan ide-ide atau konsep-konsep menjadi lebih rinci, agar lebih mudah memahami permasalahannya secara cermat. Adanya jabaran masalah yang lebih terrinci itu dapat membantu Konselor sekolah untuk membuat perkiraan kemungkinan sumber penyebab masalah itu muncul.
5. Memperkirakan sebab
Perkiraan kemungkinan sumber penyebab, akan membantu kita menjelajahi jenis informasi yang dikumpulkan, sumber informasi yang perlu dikumpulkan, dan teknik atau alat yang digunakan dalam pengumpulan informasi atau data. Langkah pengumpulan data itu terutama melihat jenis informasi atau data yang diperlukan seperti kemampuan akademik, sikap atau kepribadian, bakat, minat. Data ini bisa didapat melalui teknik tes maupun nontes,
Selanjutnya dibuat perkiraan kemungkinan akibat yang timbul apabila kasus itu tidak ditangani dan jenis bantuan yang dapat diberikan merupakan langkah penting, agar kita dapat menjajaki kemungkinan memberikan bantuan. Apakah bantuan langsung ditangani oleh Konselor sekolah atau perlu konferensi kasus ataupun alih tangan kasus.
6. Memberikan Bantuan
Dengan berakhirnya pengumpulan data maka langkah yang selanjutnya akan diambil oleh peneliti adalah melakukan kegiatan konseling atau pemberian bantuan (terapi). Dengan menggunakan pendekatan-pendekatan yang sesuai dengan jenis masalah.
7. Kegiatan Evaluasi
Kegiatan evaluasi adalah merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk menilai seberapa jauh keefektifan penerapan teori konseling dalam mengatasi kasus yang dialami oleh siswa atau konseli.
8. Tindak Lanjut/ Follow Up
Langkah follow-up atau tindak lanjut adalah langkah yang akan diambil, apabila dalam penanganan kasus masih belum tercapai hasil yang maksimal dan belum mengalami perubahan yang berarti. Langkah ini dilakukan apabila peneliti dan konselor tidak mampu menangani masalahnya atau permasalahan siswa memiliki rentetan dan komplikasi dengan masalah yang lainnya.
Terhadap kasus yang telah dicapai adanya perubahan yang signifikan, maka ada upaya untuk terus mempoertahankan hasil tersebut, yang selanjutnya perlu untuk ditingkatkan pencapaian hasilnya yang lebih baik. Pada kasus yang tidak mampu atau diluar kewenangan Konselor sekolah, maka diadakan konferensi kasus atau alih tangan kasus kepada tenaga- tenaga ahli yang kompeten terhadap kasus siswa atau konseling.[5]
D. Kelebihan dan Kelemahan Studi kasus
Adapun kelebihan dari Studi kasus yaitu:
1. Analisis intensif yang dilewatkan tidak dlakukan oleh metode lain.
2. Dapat menghasilkan ilmu pengetahuan pada kasus khusus
3. Cara yang tepat untuk mengeksplorasi fenomena yang belu secara detail diteliti
4. Informasi yang dihasilkan dalam studi kasus dapat sangat bermanfaat dalam menghasilkan hipotesis yang diuji lebih ketat, rinci, dan seteliti mungkin pada penelitian berikutnya
5. Studi kasus yang bagus (well designed) merupakan sumber informasi deskriotif yang baik dan dapat digunakan sebagai bukti untuk suatu pengembangan teori atau menyanggah teori.[6]
Adapun kelemahan dari studi kasus yaitu:
1. Studi kasus seringkali dipandang kurang ilmiah atau pseudo-scientific karena pengukurannya bersifat subjectif atau tidak bisa dikuantifisir. Dalam hal ini, kritik ini juga mempertanyakan validitas dari hasil penelitian studi kasus.
2. Karena masalah interpretasi subjektif pada pengumpulan dan analisa data studi kasus, maka mengerjakan pekerjaan ini relative lebih sulit dari penelitian kuantitatif.
3. Masalah generalisasi. Karena skupa penelitian baik issu maupun jumlah orang yang menjadi target kajian studi kasus sangat kecil, kemampuan generalisasi dari temuan pada studi kasus adalah rendah.
4. Karena lebih bersifat deskriftif, studi kasus juga dianggap kurang memberi sumbangan pada persoalan-persoalan praktis mengatasi suatu masalah.
5. Biaya penyelenggaraan yang relative mahal. Karena kedalaman ibformasi yang digali pada studi kasus, maka luangan waktu dan fikiran untuk mengerjakan studi kasus jauh lebih banyak daripada studi dengan skala yang besar, tetapi hanya melingkupi data yang terbatas. Untuk hal ini, sebagian orang menganggap bahwa studi kasus lebih mahal dari pada penelitian-penelitian kuantitatif.
6. Karena fleksibilitas disain studi kasus, ini memungkinkan peneliti untuk beralih focus studi ke rah yang tidak seharusnya.[7]
[1] Abdul Aziz.SR. Memahami Fenomena Sosial Melalui Studi Kasus. (Jakarta ; PT RajaGrafindo Persada, 2003) , hal.18
[2] Abdul Aziz.SR. Memahami Fenomena Sosial Melalui Studi Kasus. (Jakarta ; PT RajaGrafindo Persada, 2003) , hal.18
[3] Suwahono, paper Metodologi Penelitian
[4]http://makalah-arsipku.blogspot.com/2010/12/metode-penelitian-studi-kasus.html, diakses 6 november 2012
[5] Sedarmayanti dan Hidayat, Syarifudin.Metodologi Penelitian. (Bandung : Mandar Maju,2011) hal 47
[6] Sedarmayanti dan Hidayat, Syarifudin.Metodologi Penelitian. (Bandung : Mandar Maju,2011) hal 112
[7] Sedarmayanti dan Hidayat, Syarifudin.Metodologi Penelitian. (Bandung : Mandar Maju,2011) hal 116
Posting Komentar