MEMPERTANYAKKAN MATAHARI


Allah subhananahu wata’ala telah menciptakan segala apa yang ada di jagad alam raya ini untuk dapat dijadikan sebagai ibrah, pelajaran, pengetahuan, perumpamaan, dan lain sebagainya. Bahkan untuk menambah keyakinan seorang hamba, kadang-kadang kemunculan sesuatu di alam raya ini dapat memperkokoh keyakinannya kepada Allah subhanahu wata’ala. Lihatlah bagaimana Nabi Ibrahim dalam al-qur’an diceritakan tentang perjalanannya mencari hakikat tuhan. Pada mulanya ia melihat matahari dan menganggapnya sebagai tuhan, tapi pada saat menjelang petang, matahari tenggelam. Nabi Ibrahim pun mempertanyakan hakikatnya, tidak mungkin tuhan tenggelam begitu saja. Saat melihat bintang ia juga menganggapnya Tuhan, dan hal yang sama terjadi. Tak terkecuali pada malam hari ia melihat sinar yang lebih terang dari bintang, yaitu bulan dan menganggapnya sebagai tuhan. Keadaannya pun sama dengan yang lain. Tidak mungkin tuhan tenggelam begitu saja. Akhirnya beliau meyakini ada kekuatan lebih besar yang mengatur apa yang ia prasangka sebagai Tuhan.

Dalam banyak hadis Nabi dijelaskan akan anjuran untuk melihat dan memperhatikan ciptaan Allah subahanu wata’la untuk memberikan keyakinan lebih besar akan keesaan Allah. “ pikirkanlah pada penciptaan Allah dan jangan berpikir pada dzat Allah”, dalam sebuah hadis disebutkan dan beberapa dengan teks yang senada. Manusia diperintahkan untuk melihat apa yang ada di muka bumi dan jagad alam raya ini sebagai bagian dari pengetahuan dan tidak memikirkan akan dzat Allah, karena mereka tidak akan mampu untuk memikirkannya. Cukuplah dengan melihat ciptaan Allah, memberikan keyakinan kuat akan keberadaan Allah sebagai rabb pencipta dan pengatur segala apa yang ada di alam raya.

Begitu juga dengan apa yang ada di dalam benak saya akan keberadaan matahari sebagai salah satu sumber penghidupan kita di muka bumi. Kalau kemarin saya mempertanyakan hakikat bulan dan matahari, posisinya pada bumi. Tapi sekarang saya ingin mempertanyakan dan mengajak anda semua untuk berpikir ulang akan keberadaan matahari. Bukan pada hakikat matahari, cahanya, besarnya, jaraknya, dan lain sebagainya. Tapi yang menjadi pertanyaan adalah posisi matahari terhadap bumi.

Kita meyakini dari dahulu bahwa matahari terbit dari timur dan tenggelam di barat. Pengetahuan dasar akan matahari memang benar ia terbit di timur dan tenggelam di barat (sunrise dan sunset). Dalam teks al-Qur’an dan al-Hadis juga disebutkan senada dengan pengetahuan dasar tersebut. Dengan perkembangan zaman dan tanda-tanda dari kiamat. Sekarang, benarkah matahari terbit dari timur dan tenggelam di barat?. Pertanyaan tersebut tentu pasti kita pertanyakkan. Ya, karena memang kita belum terbiasa untuk menjawab apa yang sudah menjadi kebiasaan diketahui.

Atau pertanyaan selanjutnya yang lebih ekstrim adalah, benarkah suatu saat matahari akan terbit dan tenggelam di barat?. Kalau tenggelam di barat, pasti itu tanda kiamat akan terjadi. Dan itu adalah pengetahuan dasar yang telah kita pahami.

Pertanyaan pertama yang saya ajukan, mungkin anda tidak akan percaya dan akan melakukan kroscek terlebih dahulu, mulai dari terbit fajar hingga malam menjelang. Dan mungkin saja, dengan penglihatan sebentar tentap meyakini bahwa matahari terbit di timur dan tenggelam di barat.

Baiklah, agar tidak semakin membingungkan. Untuk sementara, dari hasil pengamatan saya selama beberapa bulan dan tahun lalu. Melihat bayangan matahari setiap akan masuk waktu shalat, sering berpikir, pada saat pagi bayangan mengarah ke barat selatan, sedangkan saat sore hari bayangan mengarah ke timur selatan. Artinya Matahari muncul dari timur daya dan tenggelam di barat daya. Atau mungkin saja, muncul dari timur daya dan tenggelam di barat dan bisa juga sebaliknya, matahari muncul di timur dan tenggelam di barat daya.

Pernyataan ini terlihat nyeleneh dan terlalu mengada-ada. Tapi saya mengajak anda semua untuk memperhatikan, mulai sekarang. Sebenarnya posisi matahari saat muncul dan tenggelam di mana?. Lihatlah kea rah timur saat matahari terbit!, dan lihatlah saat ia tenggelam!. Tidak perlu melihat mataharinya secara langsung, tapi cukup melihat posisi bayangan matahari saat terbit dan tenggelam. Coba anda menaruh satu benda yang dapat memberikan gambaran bayangan pada pagi hari dan sore hari. Ukur posisi bayangan matahari saat terbit dan tenggelam.

Kalau dapat digambarkan, berikut proposisi atau asumsi sementara saya dari pengamatan yang dilakukan dari bayangan matahari, dari beberapa kecendrungan matahari terbit dan tenggelam.


Pada gambar yang pertama, posisi terbit dan matahari tenggelam dalam posisi sempurna, timur dan barat. Gamabar kedua posisinya timur daya dan barat daya. Gambar ketiga posisinya timur dan barat daya. Dan gambar keempat timur daya dan barat daya. Empat kemungkinan tersebut dapat terjadi pada posisi matahari saat ini.

Dalam keyakinan saya untuk sementara, dari hasil pengamatan dan dari bayangan matahari, bahwa matahari terbit dari timur daya dan tenggelam di barat daya. Karena bayangan yang saya dapatkan bertolak belakang pada saat terbit dan pada saat tenggelam. Tapi bisa jadi juga matahari berada pada posisi gambar ketiga dan keempat. Sedangkan posisi sempurna pada gambar pertama tidak mungkin terjadi, karena bayangan terbit dan tenggelam berseberangan. Kecuali didapatkan bayangan yang lurus bertemu saat terbit dan tenggelam.

Ini hanya sebuah pengamatan kecil untuk menggugah kita berpikir akan apa yang ada di sekeliling kita selama ini. Bukan untuk apa-apa, tapi untuk menguatkan keyakinan kita dan kewaspadaan kita. Mungkin saja kiamat sudah dekat dan menghantui kita, dan segera bertobat, menjalankan amal sholeh sebayak-banyaknya. Wallahu a’alam bi al shawab

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama