BELAJAR KEGIGIHAN DARI SEEKOR KUMBANG


“…dan sesungguhnya pada binatang ternak ada pelajaran bagi kamu sekalian….” (al-mu’minum 21 dan al-nahl66).


Banyak ayat-ayat yang menunjukkan kepada manusia untuk berpikir, merenung, mendalami, memikirkan dan lain sebagainya pada alam semesta, tumbuh-tumbuhan, binatang, dan bahkan serangga atau partikel paling kecil. Pada penciptaan alam, Allah bahkan memberikan tantangan kepada manusia untuk bisa menembus alam semesta ini, dan manusia tidak akan dapat menembusnya kecuali dengan ilmu pengetahuan. Begitu juga pada penciptaan tumbuh-tumbuhan, berulang kali Allah menyuruh manusia untuk berpikir agar dapat bertasbih membesarkan keagungan Allah subhanahu wata’ala.

Tidak hanya sekedar sebuah anjuran, terkadang apa yang tidak disebutkan sering menjadi sebuah pelajaran penting bagi manusia. Bagaimana cara ia menjalankan hidup dan tetap survive menjalaninya. Kita sering diberikan sebuah pelajaran dari seekor cicak yang ada di dinding. Di mana semua mahkluk Allak di muka bumi sudah diberikan rizkinya masing-masing sesuai dengan kebutuhan makhluk itu sendiri. Tidak ada satu pun mahkluk di dunia ini dari yang paling besar sampai yang paling kecil hidup sia-sia dan tidak mendapatkan rizkinya untuk bertahan hidup. Dapat dibayangkan bagaimana seekor cicak yang hanya menempel di dinding, sedangkan rizkinya tidak melekat di sekitarnya, tapi terbang. Akal sehat tentu akan mengambil kesimpulan, bagaimana mungkin mahluk hidup yang hanya menempel dan merayat, rizkinya terbang?. Artinya makanannya adalah makhluk hidup yang terbang. dan itu pun hanya mnegandalkan lidah, tidak menggunakan alat pembunuh datau canggih seperti manusia. lalu sangat tidak masuk akal manusia tidak mampu mencari rizkinya sendiri.

Begitu juga dengan makhluk yang satu ini, yaitu kumbang. Biasanya ia ada pada musim penghujan tiba. Apakah selain musim penghujan mahkluk ini ada?. Wallahu ‘A’alm bi al shawab, maha suci Allah dengan segala penciptaannya.

Yang menarik adalah bagaimana perjuangan dan kegigihan kumbang untuk survive dari satu tempat ke tempat lain. Ia hanya aktif pada malam hari, sedangkan pada siang hari ia betah berjam-jam tidak bergerak, diam di satu tempat dan tidak menghiraukan, apakah ia terinjak atau tidak oleh manusia atau mahkluk lainnya?.

Pada malam hari si kumbang akan terbang terus menerus menyusuri satu ruangan dengan keterbatasannya untuk terbang. Tidak seperti serangga lainnya, walaupun ia mempunyai sayap, tapi tidak ‘berfungsi” dengan baik. Ia bahkan terlihat seperti anak serangga yang baru belajar terbang, tidak tahu arah terbangnya, mendekati lampu yang menyala juga tidak, menempel di tembok untuk mencari makanan juga tidak. Saat akan terbang ia berusaha mengibas-ngibaskan sayapnya, saat mampu untuk terbang, tidak sampai beberapa detik ia jatuh dan  menabrak tembok atau tiang dalam ruangan. Jatuh di lantai pun sering tidak karuan, jika posisi kakinya di bawah, maka dia akan aman dan dapat terus melanjutkan pelajaran terbangnya. Tapi jika kaki berada di bawah, maka ia akan berusaha untuk membalikkan badangnya agar mampu kembali terbang, dan itu membutuhkan waktu bermenit-menit lamanya.

Ia melakukannya sepanjang malam tanpa hendti-hentinya. Terbang, jatuh, bangun dan terbang lagi ia lakukan terus menerus, tanpa mengenal lelah, sampai pagi menjelang. Sungguh luar biasa apa yang dilakukannya. 

Kalau kita piker dengan hemat, kenapa Allah menciptakan seekor kumbang yang keberadaannya “tidak jelas”?. Apakah mempunyai manfaat atau tidak bagi manusia?. Secara kasat mata dan logikanya mungkin kita akan bertanya seperti itu. Tapi ketahuilah bahwa seekor kumbang itu adalah makhluk dengan kegigihan yang sangat keras untuk melakukan sesuatu. Ia tanpa henti-hentinya terbang walaupun ia sebenarnya tidak bisa terbang lama dan mungkin juga tidak mempunyai keseimbangan. Namun ia tidak menyerah, dengan keterbatasan itu, ia berjuang semalaman untuk terbang dari satu tempat ke tempat lain dalam satu ruangan, jatuh bukan masalah, ia bangkit dan terbang lagi. Tidak ada kata menyerah, sampai secara alami ia harus tidak bergerak dan berdiam diri sepanjang siang harinya.

Sebuah pelajaran bermanfaat dari seekor kumbang. Hendaknya seseorang mempunyai semangat yang membara untuk meraih sesuatu. Tidak berputus asa, apalagi akan menyalahkan Tuhan tentang nasibnya yang tidak karuan. Allah telah memberikan karunia yang sama kepada manusia di dunia, tinggal manusia sendiri mencari dan mengeluarkan potensinya untuk dapat memberikan manfaat potensi yang ada. sama halnya dengan rizki yang diberikan Allah bagi hambanya. Kita sudah tahu betul bahwa rizki, jodoh, dan ajal sudah ditentukan Allah saat kita berada dalam kandungan. Tapi kemudian tinggal manusia sendiri yang berusaha untuk menjemput dan mengusahakan potensi yang telah diberikan.

Tidak ada manusia yang bodoh, kalau ia berusaha untuk belajar dan menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh. Mungkin ada yang diberikan karunia dengan mudah belajar apa saja, tapi ada juga yang harus mengeluarkan tenaga ektra untuk mengejar ketertinggalannya. dan kita tahu sendiri bahwa belajar itu dimulai sejak berada dalam kandungan sampai maut menjemput. Kita sering mendengar cerita tentang seorang ulama’ terkenal ibn Hajar al-‘Asqalani. Bertahun-tahun ia menuntut ilmu, tapi ia tidak bisa mempelajari apa yang diajarkan. Akhirnya ia memutuskan untuk berhenti menuntut ilmu. Dalam perjalanannya pulang, ia melihat sebuah batu yang ditetesi air dengan tetesan kecil dan lembut, tapi tampak pada batu tersebut berlubang karena tetesan tersebut. Ia pun berkata dalam hati, “batu sekeras ini saja bisa berlubang, Apakah otak yang selembut ini tidak bisa dimasuki ilmu”. Ia pun memutuskan kembali belajar dan akhirnya dapat menjadi ulama’ terkenal.

Lagi sekali, perilaku kumbang yang pantang menyerah mungkin dapat kita jadikan sebagai sebuah motivasi dalam menuntut ilmu atau mencari rizki dan lain sebagainya. Berusaha tanpa pernah putus asa adalah sebuah pisau tajam yang dapat mengiris apa saja. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia, selama manusia mau berusaha dan berjuang keras untuk meraihnya.

Bagi manusia yang mau merenung dengan apa yang diciptakan Allah, seperti contoh kumbang di atas, maka semakin bertambah keimanannya dan pengangunganya kepada Allah. Tapi bagi mereka yang tidak mampu memanfaatkan otak yang telah diberikan, maka ia menganggap bahwa apa yang ia makan dan bermanfaat baginya saja yang ia syukuri, sedangkan lainnya hanya parasit dan sia-sia saja. Wallahu ‘A’lam bi al shawab.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama