Ketahuilah sesungguhnya setiap manusia itu tidak mengetahui seluruh kekuranga-kekurangan dirinya sendiri. Ketika dia telah melakukan mujahadah -memerangi hawa nafsu- sedikit saja hingga mampu meninggalkan maksiat-maksiat yang parah, maka terkadang dia menyangka bahwa dirinya sudah mampu membersihkan diri, memiliki akhlak yang baik, dan tidak perlu untuk melakukan mujahadah lagi. Sehingga harus ada penjelasan tentang tanda-tanda akhlak yang baik. karena sesungguhnya akhlak yang baik itu termasuk dari iman, sedangkan akhlak tercela termasuk dari sifat munafik.
Sesungguhnya Allah Swt telah menyebutkan sifat orang-orang mukmin dan orang-oranga munafik didalam kitab-Nya. Secara global, sifat-sifat itu adalah buah dari akhlak yang baik dan akhlak yang tercela. Maka layaklah bagi saya untuk menampilkan beberapa dari sifat-sifat tersebut, agar kita tahu tanda-tanda dari akhlak yang baik. Allah Swt berfirman dalam surat Al Mukminun ayat 1 - 11:
Artinya : “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, 1. (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya, 2. dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, 3. dan orang-orang yang menunaikan zakat, 4. dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, 5. kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki Maka Sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa. 6. Barangsiapa mencari yang di balik itu Maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui batas. 7. dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. 8. dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya. 9. mereka Itulah orang-orang yang akan mewarisi, 10. (yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. mereka kekal di dalamnya”.
Allah Swt berfirman dalam surat At Taubah ayat 112 :
Artinya : “mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji, yang melawat yang ruku', yang sujud, yang menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah berbuat Munkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu”.
Allah Swt berfirman dalam surat Al Anfal ayat 2 – 4:
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. 2. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. 3. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia”.
Allah Swt berfirman dalam surat Al Furqon ayat 63 :
Artinya : “dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan”.
Sampai akhir surat. Bagi orang yang masih ragu-ragu terhadap keadaan dirinya, maka hendaknya dia mencocokkan dirinya pada ayat-ayat ini. Wujudnya semua sifat diatas adalah tanda akhlak yang baik.
Sedangkan tidak adanya seluruh sifat diatas adalah tanda akhlak yang tidak baik. Jika yang ada hanya sebagian, maka itu juga menunjukkan sebagian akhlak saja, yang baik atau yang jelek. Maka hendaknya berusaha untuk mendapatkan apa yang tidak ada dan mempertahankan yang sudah ada.
Sesungguhnya baginda Nabi Muhammad Saw telah mensifati orang mukmin dengan sifat yang cukup banyak, dan semuanya di gunakan oleh beliau sebagai isyarah terhadap akhlak yang baik.
Baginda Nabi Muhammad Saw bersabda,
الْمُؤْمِنُ يُحِبُّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
“orang mukmin mencintai saudaranya seperti dia mencintai dirinya sendiri.”
Beliau bersabda,
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ
“barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya dia harus memuliakan tetangganya”
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ
“barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya dia harus memuliakan tetangganya.”
Beliau Nabi Saw bersabda,
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
“barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya dia berkata baik atau diam tidak berbicara.”
Beliau Nabi Saw menyebutkan bahwa sesungguhnya sifat-sifat orang mukmin adalah akhlak yang baik dengan sabdanya,
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ أَخْلَاقًا
“orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.”
Beliau bersabda,
لَا يَحِلُّ لِمُؤْمِنٍ أَنْ يُشِيْرَ إِلَى أَخِيْهِ بِنَظْرَةٍ تُؤْذِيْهِ
“bagi orang mukmin tidak halal memberi isyarah kepada saudaranya dengan pandangan yang menyakitkan.”
Beliau bersabda,
لَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يُرْوِعَ مُسْلِمًا
“bagi orang muslim tidak halal menakut-nakuti orang muslim yang lain.”
Beliau Nabi Saw juga bersabda,
إِنَّمَا يَتَجَالَسُ الْمُتَجَالِسَانِ بِأَمَانَهِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ فَلَا يَحِلُّ لِأَحَدِهِمَا أَنْ يُفْشِيَ عَلَى أَخِيْهِ مَا يَكْرَهُهُ
“dua orang yang duduk bersama itu tidak lain adalah duduk dengan membawa amanat Allah Azza wa Jalla. Maka tidak halal bagi salah satu diantara keduanya menyebar luaskan sesuatu dari temannya yang tidak di sukai oleh temannya tersebut.”
Sesuatu yang paling baik untuk menguji akhlak yang baik adalah sabar terhadap perbuatan jelek yang di lakukan oleh orang lain dan menanggung keangkuhan orang lain. Telah diriwayatkan bahwa sesungguhnya suatu hari baginda Rosulullah Saw pernah jalan-jalan bersama sahabat Anas. Kemudian ada orang a’raby yang bertemu dengan beliau nabi, lalu dengan keras menarik beliau, dan saat itu beliau mengenakan selendang Najran yang kasar tepinya.
Sahabat Anas Ra berkata, “sehingga aku melihat leher Rosulullah Saw, tepi selendang itu membekas di leher beliau karena terlalu kerasnya tarikan yang di lakukan oleh orang a’roby tersebut.” Tanpa merasa bersalah, orang a’roby itu berkata pada Nabi Saw “wahai Muhammad, berikanlah padaku harta Allah yang berada padamu!”. Kemudian Rosulullah Saw menoleh padanya seraya terseyum lalu memerintahkan untuk memberikan permintaannya.
Ketika perilaku orang-orang Quraisy sudah sangat terlalu parah menyakiti baginda Nabi Saw dan orang-orang mukmin, maka beliau berdoa :
" اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِقَوْمِيْ فَإِنَّهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ "
“Ya Allah, ampunilah kaumku sesungguhnya mereka tidak mengetahui”
Di kisahkan bahwa ada yang bertanya kepada Al Ahnaf bin Qois, “dari siapakah anda belajar bijaksana?.” “dari Qois bin ‘Ashim!”, jawab beliau. “hingga seperti apakah sikap bijaknya Qois bin ‘Ashim?”, lanjut pertanyaan. “suatu saat beliau duduk-duduk di rumahnya, tiba-tiba budak wanita beliau datang dengan membawa ikan bakar di dalam sebuah wadah, tanpa sengaja wadah tersebut jatuh dari tangannya menimpa anak beliau yang masih kecil hingga meninggal dunia, budak wanita itupun sangat takut dan kebingungan. Namun beliau langsung berkata, ‘kamu tidak perlu takut, kamu sekarang merdeka karena Allah Swt.”
Di riwayatkan sesungguhnya sahabat ‘Ali karramallahu wajhah semoga Allah memuliakan wajah beliau pernah memanggil budaknya, namun si budak tidak menjawab. Kemudian beliau mengulangi panggilan hingga tiga kali akan tetapi si budak juga tidak menjawab. Akhirnya beliau mendatanginya dan ternyata si budak santai tidur-tiduran. Sahabat Ali bertanya padanya, “apakah engkau tidak mendengar panggilanku?.” Dengan santai dia menjawab, “aku mendengar!.” “terus apa yang membuatmu tidak menjawab panggilanku?”, beliau keheranan. “aku merasa aman dari hukuman anda, sehingga aku merasa malas untuk menjawab!”, jawab si budak. “pergilah, karena sekarang engkau telah merdeka karena Allah Swt”, lanjut beliau.
Seorang wanita berkata kepada imam Malik bin Dinar rohimahullah, “hai orang yang riya’ (pamer)!.” Beliau menjawab, “wahai wanita, engkau telah menemukan namaku yang sebenarnya yang tidak di ketahui oleh seluruh penduduk Basroh”.
Maka inilah pribadi-pribadi yang telah di lulutkan dengan riyadloh sehingga akhlaknya menjadi sempurna, hatinya bersih dari penipuan, bujukan dan rasa dengki, sehingga membuahkan rasa ridlo dan menerima terhadap setiap yang sudah di takdirkan oleh Allah Swt, dan ridlo inilah yang menjadi puncak dari akhlak yang mulia.
Barang siapa yang belum menemukan tanda-tanda seperti ini di dalam dirinya, maka hendaknya dia tidak tertipu oleh dirinya sendiri, hingga menyangka bahwa dirinya telah memiliki akhlak yang baik. Akan tetapi hendaknya dia sibuk melakukan riyadloh dan mujahadah hingga mencapai derajat akhlak mulia. Karena sesungguhnya akhlak yang baik adalah derajat tinggi yang tidak bisa di capai kecuali oleh orang-orang yang di dekatkan kepada Allah Swt, dan para shiddiqun (orang-orang yang sangat jujur).
(Sumber : BEKAL DAKWAH AL-GHOZALI jilid 2)
Baca juga artikel kami lainnya : Tugas Nabi Muhammad
Sesungguhnya Allah Swt telah menyebutkan sifat orang-orang mukmin dan orang-oranga munafik didalam kitab-Nya. Secara global, sifat-sifat itu adalah buah dari akhlak yang baik dan akhlak yang tercela. Maka layaklah bagi saya untuk menampilkan beberapa dari sifat-sifat tersebut, agar kita tahu tanda-tanda dari akhlak yang baik. Allah Swt berfirman dalam surat Al Mukminun ayat 1 - 11:
Artinya : “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, 1. (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya, 2. dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, 3. dan orang-orang yang menunaikan zakat, 4. dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, 5. kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki Maka Sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa. 6. Barangsiapa mencari yang di balik itu Maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui batas. 7. dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. 8. dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya. 9. mereka Itulah orang-orang yang akan mewarisi, 10. (yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. mereka kekal di dalamnya”.
Allah Swt berfirman dalam surat At Taubah ayat 112 :
Artinya : “mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji, yang melawat yang ruku', yang sujud, yang menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah berbuat Munkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu”.
Allah Swt berfirman dalam surat Al Anfal ayat 2 – 4:
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. 2. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. 3. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia”.
Allah Swt berfirman dalam surat Al Furqon ayat 63 :
Artinya : “dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan”.
Sampai akhir surat. Bagi orang yang masih ragu-ragu terhadap keadaan dirinya, maka hendaknya dia mencocokkan dirinya pada ayat-ayat ini. Wujudnya semua sifat diatas adalah tanda akhlak yang baik.
Sedangkan tidak adanya seluruh sifat diatas adalah tanda akhlak yang tidak baik. Jika yang ada hanya sebagian, maka itu juga menunjukkan sebagian akhlak saja, yang baik atau yang jelek. Maka hendaknya berusaha untuk mendapatkan apa yang tidak ada dan mempertahankan yang sudah ada.
Sesungguhnya baginda Nabi Muhammad Saw telah mensifati orang mukmin dengan sifat yang cukup banyak, dan semuanya di gunakan oleh beliau sebagai isyarah terhadap akhlak yang baik.
Baginda Nabi Muhammad Saw bersabda,
الْمُؤْمِنُ يُحِبُّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
“orang mukmin mencintai saudaranya seperti dia mencintai dirinya sendiri.”
Beliau bersabda,
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ
“barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya dia harus memuliakan tetangganya”
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ
“barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya dia harus memuliakan tetangganya.”
Beliau Nabi Saw bersabda,
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
“barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya dia berkata baik atau diam tidak berbicara.”
Beliau Nabi Saw menyebutkan bahwa sesungguhnya sifat-sifat orang mukmin adalah akhlak yang baik dengan sabdanya,
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ أَخْلَاقًا
“orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.”
Beliau bersabda,
لَا يَحِلُّ لِمُؤْمِنٍ أَنْ يُشِيْرَ إِلَى أَخِيْهِ بِنَظْرَةٍ تُؤْذِيْهِ
“bagi orang mukmin tidak halal memberi isyarah kepada saudaranya dengan pandangan yang menyakitkan.”
Beliau bersabda,
لَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يُرْوِعَ مُسْلِمًا
“bagi orang muslim tidak halal menakut-nakuti orang muslim yang lain.”
Beliau Nabi Saw juga bersabda,
إِنَّمَا يَتَجَالَسُ الْمُتَجَالِسَانِ بِأَمَانَهِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ فَلَا يَحِلُّ لِأَحَدِهِمَا أَنْ يُفْشِيَ عَلَى أَخِيْهِ مَا يَكْرَهُهُ
“dua orang yang duduk bersama itu tidak lain adalah duduk dengan membawa amanat Allah Azza wa Jalla. Maka tidak halal bagi salah satu diantara keduanya menyebar luaskan sesuatu dari temannya yang tidak di sukai oleh temannya tersebut.”
Sesuatu yang paling baik untuk menguji akhlak yang baik adalah sabar terhadap perbuatan jelek yang di lakukan oleh orang lain dan menanggung keangkuhan orang lain. Telah diriwayatkan bahwa sesungguhnya suatu hari baginda Rosulullah Saw pernah jalan-jalan bersama sahabat Anas. Kemudian ada orang a’raby yang bertemu dengan beliau nabi, lalu dengan keras menarik beliau, dan saat itu beliau mengenakan selendang Najran yang kasar tepinya.
Sahabat Anas Ra berkata, “sehingga aku melihat leher Rosulullah Saw, tepi selendang itu membekas di leher beliau karena terlalu kerasnya tarikan yang di lakukan oleh orang a’roby tersebut.” Tanpa merasa bersalah, orang a’roby itu berkata pada Nabi Saw “wahai Muhammad, berikanlah padaku harta Allah yang berada padamu!”. Kemudian Rosulullah Saw menoleh padanya seraya terseyum lalu memerintahkan untuk memberikan permintaannya.
Ketika perilaku orang-orang Quraisy sudah sangat terlalu parah menyakiti baginda Nabi Saw dan orang-orang mukmin, maka beliau berdoa :
" اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِقَوْمِيْ فَإِنَّهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ "
“Ya Allah, ampunilah kaumku sesungguhnya mereka tidak mengetahui”
Di kisahkan bahwa ada yang bertanya kepada Al Ahnaf bin Qois, “dari siapakah anda belajar bijaksana?.” “dari Qois bin ‘Ashim!”, jawab beliau. “hingga seperti apakah sikap bijaknya Qois bin ‘Ashim?”, lanjut pertanyaan. “suatu saat beliau duduk-duduk di rumahnya, tiba-tiba budak wanita beliau datang dengan membawa ikan bakar di dalam sebuah wadah, tanpa sengaja wadah tersebut jatuh dari tangannya menimpa anak beliau yang masih kecil hingga meninggal dunia, budak wanita itupun sangat takut dan kebingungan. Namun beliau langsung berkata, ‘kamu tidak perlu takut, kamu sekarang merdeka karena Allah Swt.”
Di riwayatkan sesungguhnya sahabat ‘Ali karramallahu wajhah semoga Allah memuliakan wajah beliau pernah memanggil budaknya, namun si budak tidak menjawab. Kemudian beliau mengulangi panggilan hingga tiga kali akan tetapi si budak juga tidak menjawab. Akhirnya beliau mendatanginya dan ternyata si budak santai tidur-tiduran. Sahabat Ali bertanya padanya, “apakah engkau tidak mendengar panggilanku?.” Dengan santai dia menjawab, “aku mendengar!.” “terus apa yang membuatmu tidak menjawab panggilanku?”, beliau keheranan. “aku merasa aman dari hukuman anda, sehingga aku merasa malas untuk menjawab!”, jawab si budak. “pergilah, karena sekarang engkau telah merdeka karena Allah Swt”, lanjut beliau.
Seorang wanita berkata kepada imam Malik bin Dinar rohimahullah, “hai orang yang riya’ (pamer)!.” Beliau menjawab, “wahai wanita, engkau telah menemukan namaku yang sebenarnya yang tidak di ketahui oleh seluruh penduduk Basroh”.
Maka inilah pribadi-pribadi yang telah di lulutkan dengan riyadloh sehingga akhlaknya menjadi sempurna, hatinya bersih dari penipuan, bujukan dan rasa dengki, sehingga membuahkan rasa ridlo dan menerima terhadap setiap yang sudah di takdirkan oleh Allah Swt, dan ridlo inilah yang menjadi puncak dari akhlak yang mulia.
Barang siapa yang belum menemukan tanda-tanda seperti ini di dalam dirinya, maka hendaknya dia tidak tertipu oleh dirinya sendiri, hingga menyangka bahwa dirinya telah memiliki akhlak yang baik. Akan tetapi hendaknya dia sibuk melakukan riyadloh dan mujahadah hingga mencapai derajat akhlak mulia. Karena sesungguhnya akhlak yang baik adalah derajat tinggi yang tidak bisa di capai kecuali oleh orang-orang yang di dekatkan kepada Allah Swt, dan para shiddiqun (orang-orang yang sangat jujur).
(Sumber : BEKAL DAKWAH AL-GHOZALI jilid 2)
Baca juga artikel kami lainnya : Tugas Nabi Muhammad
Posting Komentar