SAAT HARUS DI JALAN DAKWAH (SUHARNI, SAUMIATI, ISTIQOMAH)

Kuliah kerja partisipatif kali ini bertepatan dengan tugas dakwah di daerah Bayan. Saya sendiri mendapatkan tugas di Dusun Munder Mumbul Sari. Dusun paling ujung dari Desa Mumbul Sari. Memang tidak jauh, jalannya juga bagus, dapat dicapai dengan mobil dan sepeda motor.
Dalam kegiatan KKP kali ini, nuansa dakwah akan lebih kental dari pada kegiatan-kegiatan sosial seperti KKN biasanya. Karena ini bertepan dengan Bulan Ramadhan, maka kegiatan lebih banyak seputar keagamaan, seperti mengajar ngaji anak-anak, ceramah, shalat berjama’ah dan lain sebagainya yang berkaitan dengan Ramadhan. Kegiatan pun untuk kami yang perempuan hanya seputar mengajarkan anak-anak Dusun Munder mengaji, agar dapat menjadi bekal mereka di masa yang akan datang.
 Di hari kedua saya di Dusun Munder, saya mengajarkan anak-anak dengan metode belajar sambil bermain atau main game di mana di dalam permainan game ini, kita menyelipkan beberapa bentuk kisah para nabi atau rasul, serta menjelaskan tentang Rukun Islam dalam bentuk nyanyian supaya mereka senang dan mudah dalam mengingat apa saja yang diterima atau didengar. Karena mereka tidak bisa diajak belajar terlalu serius oleh karenanya kami menggunakan metode sambil bermain dan kami sangat nyakin dengan kami mengubahnya dalam bentuk nyanyian mereka akan selalu mengulanginya di rumahnya sambil bermain.
Begitu juga tentang dua kalimat Syahadat, yang di dalamnya ada ajaran tauhid yang perlu di nyakini oleh setiap umat Islam yakni kenyakinan bahwa Allah itu ada dan yang menciptakan dunia ini dengan segala yang ada di dalamnya. Dalam setiap permainan juga kami menyelipkan beberapa bentuk penguatan tentang ketauhidan seperti Allah itu satu atau tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Dan pada sore harinya kami menyempatkan diri bersama adik-adik santri untuk menjenguk salah seorang anak yakni  “Rendi”  yang sedang sakit kurang lebih selama satu minggu, yang belum sembuh sampai hari itu. dengan kami mengajak  adik- adik menjenguk teman mereka yang sakit kami bisa memberikan contoh dan  mengajarkan kepada adik-adik santri untuk peduli kepada  antar sesama yang membutuhkan.
 Seperti biasa kami mulai mengajar tepat pukul 02:12, dan hari keempat Alhamdulillah banyak anak yang datang adalah 60 anak, Alhamdulillah setiap hari anak-anak yang datang semakin banyak. Hari keempat ini kami kembali menjelaskan tentang Rukun Islam dengan melanjutkannya ke rukun Islam yang kedua, tiga, empat, dan lima.dengan kami menjelaskan rukun islam secara bertahap-tahap kami bertujuan supaya adik-adik bisa memahaminya dengan baik dan mengamalkan apa yang terkandung didalam rukun islam tersebut, seperti kewajiban sholat lima waktu kepada setiap umat islam, setelah selesai saya menjelaskan makna dari rukun islam adik-adik mengulang-ulangi secara bersamaan rukun islam dengan cara bernyanyi sebagaimana yang telah kami ajarkan.
Di sela-sela kami mengajarkan anak-anak. Kami juga melakukan kunjungan ke masyarakat yang ada di perbatasan dusun dan beberapa RT sambil menanyakan perihal anak-anak mereka yang tidak mau turun ke masjid untuk mengaji. Ada yang mengatakan tidak mengantarkan anak mereka mengaji karena jarak tempuh yang jauh. Ada juga yang memang tidak mau mengaji dengan tidak ada alasan apapun.
            Dusun Munder sebenarnya tidak 100 % Islam. Di beberapa tempat seperti di RT 3 hampir semuanya beragama Hindu. Jadi, kami pun harus dapat menyesuaikan materi yang kami sampaikan agar tidak menyinggung mereka, seperti saat berkunjung. Kami hanya menanyakan keadaan saja, dan tidak menanyakan kenapa anak mereka tidak naik ke masjid.
Mungkin karena ini bukan yang pertama kami datang ke Dusun ini jadi kami tidak canggung-canggung untuk mengunjungi masayarakat-masyarat yang di sekitar di Dusun Munder ini termasuk yang non Islam ( Hindu). Mereka sangat menggormati keberadaan kami sekalipun berbeda agama, bahkan salah satu dari anak-anak mereka ada yang hanya sekedar duduk di luar untuk mendengarkan apa yang kami sampaikan dari luar masjid. Dan mereka juga sering kali mengajak kami untuk bermain dan menemani kami berjalan-jalan mengunjunggi rumah-rumah yang ada dipedalam yang biasa kami sebut tegah hutan  tempatnya di RT 4 ( Empat ).
            Dengan ibu-ibu pun kita sering kumpul di rumah pak kadus (  Pak Sirmanem ). Banyak hal yang diceritakan kepada kami  tentang masyarakat yang ada di RT 1 (satu) termasuk pekerjaan yang mereka lakoni. Salah satu dari ibu-ibu ini bertutur atau sebut saja namanya Bik Yah, “ orang sini kebanyakkan kerjaannya adalah pergi berdangang dan bercocok tanam, akan tetapi yang mereka tanam adalah hanya yang musiman saja seperti pohon kelapa, pisang dan lebui (kedelai hitam). Akan tetapi sekarang masyarakat ini  sudah mulai mencoba untuk menanam tembakau walaupun hujan jarang turun. Dan di sini itu tidak aliran husus untuk mengairi kebun-kebun mereka jadi mereka hanya menanam yang musim saja”, ujarnya.
Kami pun sebenarnya sangat betah berada di Dusun Munder. Apalagi yang bikin bangga dan  salut sama anak-anak di sini adalah semangat mereka yang begitu tinggi untuk belajar, dari sebulum Zuhur mereka sudah berkumpul menunggu kami di depan kamar. Semangat mereka inilah yang membuat kami ingin kembali ke Dusun Muder ini dari Bulan Ramdahan tahun lalu. Ini adalah Bulan Ramadhan kedua kami di sini, dan pada tahun ini banyak sekali yang berubah termasuk pada anak-anak di sini yang semakin banyak dan semangat mereka yang semakin tinggi pada Ilmu. 
Sempat terlontar pertanyaan kepada mereka, “Dek kalau tahun depan kakak-kakak baru yang datang kesini bagaimana ? Serempak mereka menjawab “ gak, kakak itu gak boleh digantikan oleh siapapun, kakak itu harus kembali kesini untuk negjar kami. Kami gak mau kalau kakak di gantikan sudah cukup dua orang yang digantikan kami tidak  mau kalau kakak diganti lagi. Kami gak mau”.
Semangat anak-anak itu menjadikan kami betah berada di Dusun Munder, dan Ramadhan ke Ramadhan selama saya berada di pondok insyallah akan ke Dusun Munder. Tekad tentunya untuk mencerdaskan mereka dan agar mereka paham tentang agama. Dan kalau pun dapat, tidak hanya sekedar harapan itu, mudah-mudahan kalau Allah memberikan saya jodoh dan tinggal di Dusun munder saya akan bersedia untuk diam dan mengabdikan diri.


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama