DENGAN APA KITA ‘IDUL ADHA!



Perbedaan pelaksanaan hari raya masih menjadi problem umat Islam di Indonesia. Dua kelompok besar masih berbeda satu dengan lainnya. Pemerintah selama ini diwakili oleh ulama’-ulama’ Nahdatul Ulama. sedangkan Muhammadiyah memposisikan diri sebagai oposisi yang netral dari pemerintah, tapi sering juga terlihat sebagai musush dan penentang pemerintah.
Jika untuk melaksanakan Shalat Idul Fitri panduan sudah sangat jelas, yaitu dengan Rukyatul Hilal dan ikmal(menyempurnakan) jumlah bulan ramadhan. Bila Hilal terlihat pada hari ke 29 Ramadhan, maka jumlah Ramadhan menjadi 29 hari, tapi kalau tidak terlihat, maka tinggal menggenapkan jumlah Ramadhan menjadi 30 hari. Menentukan hari raya sebenarnya sangat simple, sebagaimana perintah dari Nabi Shallahu ‘alaihi wa sallam. Tidak perlu susah-susah dengan peralatan modern yang banyak menghabiskan biaya negara
.
Kalau penentuan Hari Raya Idul Fitri dengan cara ru’ayatul hilal dan menyempurnakan jumlah bilangan hari Ramadhan, maka dengan apa kita menentukan Hari Raya Idul Adha.

Memang tidak ada perintah untuk melaksanakan Hari Raya Idul Adha dengan rukyatul hilal dan meyempurnakan jumlah bilangan. Karena Hari Raya Idul Adha dilaksanakan pada tanggal 10 Dzulhijjah. Tapi para ulama’ melakukan rukyat dan ikmal untuk menentukan tangga;l 1 Dzulhijjah itu kapan waktunya. hanya saja pelaksanaan Hari Raya Idul Adha bukan dengan rukyatul Hilal dan menyempurnakan bilangan Bulan Dzulqo’adah.

Lalu dengan apa menentukan dan memastikan pelaksanaan Hari Raya Idul Adha?. Pelaksanaan Hari Raya Idul Adha dilaksanakan dengan sudah selesainya ummat Islam di makkah wuquf di ‘Arofah. Artinya, seseorang melaksanakan Puasa Arofah karena umat Islam yang berhaji sedang wuquf di ‘arofah dan setelah arofah, barulah keesokan harinya dilaksanakan Hari Raya Idul Adha.

Pada masalah ini ada dua hukum. pertama tentang puasa dan tentang pelaksanaan Hari Raya Idul Adha. Jika seorang salah dalam menentukan puasa arofahnya, maka ia salah dalam mennetukan hari raya idul fitrinya. sekarang yang perlu dilihat adalah kapan dilaksanakan puasa arofah?.

Kita yang berada di Indonesia, memang berbeda dengan di Arab Saudi. Perbedaan waktu antara Indoensia dan Arab Saudi sekitar 5 (lima) jam. dengan perbedaan ini, maka seseorang harus cermat dalam menentukan waktu puasa arofah. untuk diketahui bahwa arofah mulai dilakukan pada fajar 9 dzulhijjah saat matahari terbit hingga terbenam matahari. Jika wuquf di arofah dimulai pada pukul 7 pagi sampai 6 petang misalnya. Karena perbedaan waktu 5 jam antara Indoensia dan Arab Saudi, maka pada saat orang Indonesia memulai puasa pada pagi hari sekitar pukul 5.30 di Saudi masih pukul 12.30 (kira-kira seperti itu). Orang yang melaksanakan haji akan menuju perjalanan ke arofah, belum di mulai wuquf di arofah. Pada saat arofah dimulai di Saudi setelah terbit matahari sekitar pukul 07.00, maka di Indonesia pukul  12.00 siang. Saat orang Indoensia berbuka dan mengumandangkan takbir Hari Raya Idul Adha pada pukul 06.00, maka di Saudi pukul 13.00 siang. Artinya mendapatkan puasa dengan wuquf di arofah sekitar 7 Jam.

Sedangkan untuk mereka yang puasa pada esok harinya, orang masih dapat melakukan wuquf di arofah sampai dengan sebelum menjelang subuh. Artinya mereka yang berpuasa dengan habis masa wuquf di arofah rentang waktunya sekitar 6 Jam. Tidak jauh berbeda antara mereka yang mendahulukan puasa dan mereka yang mengakhirkan puasa.

Namun jika dilihat dari apa yang dilakukan oleh jama’ah haji dengan wuquf yang mereka lakukan, pada dasarnya dapat dilakukan dua-duanya. Karena mereka yang puasa lebih dahulu mendapatkan mereka wuquf pada pagi sampai siang hari, sedangkan di sore hari jama’ah haji masih wuquf, mereka sudah berbuka puasa dan mengumandangkan takbir Hari Raya Idul Adha. Sedangkan bagi mereka yang mengakhirkan puasa, mereka berpuasa saat jama’ah haji yang tidak dapat wuquf di arafah pada siang hari, tapi pada malam hari. Tapi masa tunggu mereka  untuk mereka yang wuquf di arafah hanya 6 jam saja kemudian masuk Shalat Idul Adha, dan mereka yang berpuasa masih melaksanakannya sampai rentang waktu hampir 13 jam.

Dengan perhitungan di atas kita dapat menyimpulkan, ingin berpuasa mendahului orang yang wuquf di arofah kemudian melaksanakan Idul Adha, sedangkan sebagian jama’ah haji masih wuquf. Atau kita melaksanakan puasa saat mereka yang masih wuquf di arofah malam hari, dan masih berpuasa saat di Makkah sudah melaksanakan Hari Raya Idul Adha.
Dengan pertimbangan seperti di atas anda dapat menentukan sendiri kapan anda harus melaksanakan puasa dan Hari Raya Idul Adha. Karena ini masalah iktilaf dan perbedaan, maka kebenarannya tergantung dari dalil mana yang ada pegang menjadi sebuah pelaksanaan ajaran. Tapi kalau ulil amri/pemerintah sudah mennetukan waktunya, maka lebih baik kita mengikuti pemerintah, bukan hanya sekedar fanatic kelompok. Allahu ‘A’lam bi al-Shawab.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama