KENAPA ORANG MENYIMPANG DARI AQIDAH?

Permasalahan aqidah dalam islam adalah permasalahan yang sangat penting, karena ia adalah pondasi agama seseorang. Aqidah bahkan menjadi tema utama dari dakwah para rasul. Nabi sendiri menanamkan dan mengajarkan aqidah di Makkah hampir 10 tahun lamanya. Memang susah merubah kepercayaan orang, apalagi ia sangat menyakini dengan apa yang ia percayai.

oleh karena itu ada beberapa sebab orang menyimpang dari aqidah yang benar dari dahulu sampai sekarang, antara lain:

1.    Tidak tahu atau bodoh akan aqidah yang benar. Bodoh di sini, manusia tidak tahu akan aqidah.  Bisa jadi ia tidak pernah mempelajarinya atau orang-orang yang paham akan aqidah enggan mengajarkannya kepada masyarakat, sehingga masyarakat tidak tahu mana aqidah yang sesuai dengan ajaran islam dan yang bertentangan. Dengan ini maka masyarakat tidak bisa membedakan yang hak dan yang bathil. atau bisa jadi, sesuatu yang haq menjadi bathil menurut pandangannya dan sesuatu yang bathil menjadi haq.
sangat susah mengarahkan orang yang bodoh akan sesuatu, apalagi kebodohan tersebut sudah lama menuntunnya dan susah untuk merubahnya. Dalam hadis rasulullah disebutkan:
إنما تنقض عرى الإسلام عروة عروة إذا نشأ في الإسلام من لا يعرف الجاهلية “.

 “Sesungguhnya putusnya tali Islam itu sedikit demi sedikit apabila tumbuh dalam Islam orang yang tidak kenal jahiliyah.”
hadis ini menjelaskan bahwa ajaran-ajaran islam sedikit demi sedikit akan hilang dari muka bumi ini, apabila manusia (umat islam) tidak bisa membedakan antara yang hak dan bathil.

2.    Ta’assub atau fanatik terhadap praktik ajaran-ajaran dari nenek moyang. Sikap ini sering menjadikan orang tidak mau menerima ajaran yang benar, karena selalu berpegang pada alasan-alasan ajaran nenek moyang. Setiap kali ditanya tentang praktik ajaran yang dilakukan, sering memberikan jawaban bahwa itu adalah cara yang dilakukan oleh nenek moyang terdahulu. jarang sekali jawaban-jawabannya mengacu pada apa yang diajarkan oleh Rasulullah dan perintah Allah subhanau wata’ala. Sebagai contoh seperti saat anak kecil diaqiqah, harus menyediakan beras kuning, berbagai macam bunga harum, berbagai macam benang, dan lain sebagainya untuk disiram ke kepala anak yang diaqiqah kemudian digunting sebagian rambut kepalanya. Praktek tersebut setiap ditanyakan kepada mereka, kenapa harus ada benda-benda tersebut pada saat aqiqah?. Mereka pasti menjawab, “itulah yang dipraktekkan/tradisi nenek moyang”. Tidak ada jawaban lain dari sunnah maupun al-kitab. Benar sekali apa yang difirmankan oleh Allah subhanau wata’la dalam ayat al-qur’an surah al-baqarah ayat 170 yang berbunyi:

وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا ۗ أَوَلَوْ كَانَآبَاؤُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ شَيْئًا  ولايهتدون.

“Dan apabila dikatakan kepada mereka: ‘Ikutilah apa yang telab diturunkan Allah.’ Mereka menjawab: ‘(Tidak) tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami.’ ‘(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk.”

3.    Taklid buta. Taklid buta adalah mengikuti pendapat seseorang tanpa pertimbangan dalil yang benar dari al-qur’an dan sunnah, bahkan pertimbangan akal sehat. Ia mengikuti hanya dengan hawa nafsunya saja. Apa yang benar dan ia sukai maka ia kerjakan walaupun bertentangan dengan ajaran Islam. Atau yang tidak benar, ia tinggalkan padahal benar menurut ajaran Islam. Atau sama saja, pada saat ia diminta apa dalil perbuatan yang dilakukannya, ia hanya beralasan dengan dalil nenek moyang juga.

Takliq buta ini banyak sekali dipraktekkan oleh manusia, terutama mereka dalam kelompok kelompok tertentu. Di mana ajaran yang diamalkan berdasarkan pada kelompoknya sendiri, sehingga kelompok yang lain tidak benar dan bahkan mengkafirkannya.

Boleh saja orang berada pada kelompok tertentu, tapi pada saat mengamalkan ajaran harus tahu dalil tentang pelaksanaannya. Tidak hanya semata-mata ikut-ikutan saja, dan bahkan pada saat pemimpinnya sesat, ia ikut begitu saja.

Setiap orang tetap berdasarkan pada qaidah bahwa setiap praktek ajaran yang berbau ibadah, maka seseorang harus tahu ada dalil atau tidak. Tapi pada masalah yang bukan ibadah, maka semuanya mubah sampai ada dalil tentang keharamannya.

4.    Terlalu berlebihan kepada para kiyai/tuan guru/ustadz dan orang-orang shalih lainnya. Berlebihan di sini adalah menempatkan mereka di posisi yang terlalu tinggi di atas para Nabi bahkan mensejajarkannya dengan Allah, seperi orang –orang sholeh tersebut dapat mendatangkan manfaat atau membawa mudharat pada seseorang. Sehingga kesalahan fatal bagi kaum muslimin saat ini adalah menganggap bahwa orang yang mempunyai ilmu agama yang baik adalah bisa menghilang, terbang, kebal, atau sakti mandraguna. Ini adalah anggapan yang salah. Karena Nabi tidak pernah memperlihatkan semua itu, beliau adalah manusia biasa, tidak kebal, tidak bisa menghilang, kalaupun terjadi peristiwa isra’, tapi Allah yang menjalankannya ke sidratul muntaha.

Atau praktek-praktek keagamaan yang ditunjukkan oleh kaum muslimin dengan terlalu berlebihan dalam mengagunggkan kuburan-kuburan orang soleh. Mereka membuatkannya tempat khusus, tanah kuburannya dijadikan obat, berwudu’ di kuburannya supaya mendapatkan berkah dan lain sebagainya. Padahal orang yang sudah meninggal, siapapun orangnya, maka ia tidak akan pernah dapat mendengar, melihat, merasakan, dan bahkan bangkit kembali dalam wujud lain untuk memberikan manfaat atau mendatangkan mudarat kepada manusia yang masih hidup.

praktek-praktek seperti ini menjadikan orang menyandarkan diri pada orang –orang shalih yang sudah mati dalam segala urusannya. Boleh orang meminta do’a (tawassul), tapi kepada orang shalih yang masih hidup.
5.    Tidak mau mempelajari dan mentadabburi ayat-ayat kauniyah (alam) Allah yang ada dihadapannya. Padahal tauhid rububiyyah mengajarkan kepada seseorang untuk berpikir dan mentadabburi ayat-ayat Allah. Bisa dengan mempelajari ayat-ayat al-qur’an,kemudian mengkaitkannya dengan apa yang ada di alam raya ini.

Karena semua apa yang ada di alam raya ini adalah ciptaan Allah. Dengan ia memperhatikan, meresapi, memikirkannya, maka keimanannya akan bertambah kepada Allah.
6.    Penyimpangan yang dilakukan oleh orang tua. Mau tidak mau, atau suka atau tidak, orang tua memberikan peran yang sangat penting dalam mengarahkan anaknya menjadi seorang muslim atau tidak, baik atau buruk, menyimpang atau taat. Kita sebagai seorang muslim dari orang tua muslim adalah nikmat terbesar bagi kita, sedangkan mereka yang lahir dari orang tua kafir, itu adalah kerugian yang sangat besar.

Memang setiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah, baik ia lahir dari orang tua yang muslim maupun kafir, tapi selanjutnya orang tualah yang memainkan peran menjadikannya sebagai seorang muslim atau kafir.

Dalam hadis yang sangat masyhur disebutkan:

مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ وَيُمَجِّسَانِهِ

“…Seorang bayi tak dilahirkan (ke dunia ini) melainkan ia berada dalam kesucian (fitrah). Kemudian kedua orang tuanyalah yg akan membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi…”

Itulah beberapa hal yang menjadikan manusia menyimpang dari aqidah yang benar. Tentu masih banyak lagi, tapi mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua. Tulisan ini juga disarikan dari kitab tauhid li shaffil awwal al-a’ly.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama