MOTIVASI


PENGERTIAN MOTIVASI
Motivasi jika dilihat dari segi kebahasaan berasal dari bahasa inggris ‘motivation’ dari akar kata kerja‘ motivate’ dengan makna mendorong, menyebabkan dalam kata benda motivation bermakna alasan, daya batin, dorongan, dan motivasi.[1]Dalam Bahasa Indonesia sendiri jika dimaknakan dengan ‘motif’ maka bermakna alasan seseorang untuk melakukan sesuatu.[2]ada juga yang mengatakan bahwa motivasi (motivation) berasal dari bahasa latin, yakni movere yang berari ‘menggerakkan’ (to move)[3], pindah.[4]
Sedangkan secara istilah motivasi banyak sekali definisi yang dikemukan oleh para tokoh, terutama tokoh manajemen dan psikologi. Istilah ini sulit didefinisikan karena ia menjadi nama bagi suatu proses pengganggu atau suatu kondisi internal sebuah organisme yang mendororng atau memaksakannya menuju suatu aksi.[5]Namun secara umum dengan asal kata latin movere yang berarti pindah adalah proses-proses psikologis meminta mengarahkan, arahan, dan menetapkan tindakan sukarela yang mengarah pada tujuan.[6]Namun jika berpegang dari kata Motivation sendiri maka motivasi merupakan sebuah pemberi energi perilaku.[7]
Menurut Hoyt dan Miskel dalam Shaleh motivasi adalah kekuatan-kekuatan yang kompleks, dorongan-dorongan, kebutuhan-kebutuhan, pernyataan-pernyataan ketegangan (tension states), atau mekanisme-mekanisme lainnya yang memulai dan menjaga kegiatan-kegiatan yan diinginkan ke arah pencapaian tujuan-tujuan personal.[8]
Motivasi juga dapat diartikan sebagai mengusahakan supaya seseorang dapat menyelesaikan pekerjaan dengan semangat karena ia ingin melaksanakannya.[9]Lebih detail lagi dikemukan oleh Jerry L. Gray dan Frederick A Starke dalam Winardi bahwa motivasi adalah hasil proses-proses yang bersifat internal atau eksternal bagi seorang individu, yang menimbulkan sikap antusias dan persistensi  untuk mengikuti arah  tindakan-tindakan tertentu.[10]
Jadi pada dasarnya motivasi adalah sebuah proses bangkitnya seseorang baik dari dalam dirinya (internal) atau dari luar dirinya (eksternal) untuk mencapai tujuan yang telah tetapkan.
Makna sebuah dorongan dalam motivasi juga semakna dengan motiv yang ada dalam dunia psikologi yang bermakna sebuah kondisi pembangkit yang mendesak organisme bertindak. Sebuah rasionalisasi, justifikasi, atau dalih bahwa seseorang memberikan sejumlah dalih bagi perilakunya.[11]
 Motive dan motivasi mempunyai makna yang berbeda, oleh beberapa pakar sendiri diartikan sebagai; “ motive is need, aspiration, ambision, or purpose. Motive initiate behavior. Motivation is a term which refered “set” or drive whitin the orgaism wich impel to action”.[12]Dalam pengertian lain, “ motive is drive of force whitin the organism that activates behavior or direct it toward a goal. To be more specific. Motivation refers to the dynamics or behavior, the process of initiating, sustaining and directing activities of the organism”.[13]Begitu juga Silverstone dalam saleh memberikan definisi motive dan motivation sebagai, “ motive see drive, drive is stimuli that arise form a need and direct the organism toward a goal, the first state of the motivation process, also called motive. Motivation is general term that refere to driven behavior that seek to fulfil a need”.
Dari definisi di atas motif dan motivasi adalah sama-sama sebuah dorongan kepada seseorang, tapi motif lebih kepada sebuah langkah awal ke motivasi. Motif berkaitan dengan hal-hal yang muncul dari dalam diri seseorang secara pribadi dengan kesadaraan dari dirinya. Sedangkan motivasi juga berasal dari dalam diri seseorang tapi melalui stimulus, terutama dari luar dirinya sendiri sehingga apa yang adalam dirinya tersadarkan.
Untuk lebih jelasnya, dalam tabel berikut perbedaan antara motif dan motivasi;[14]
MOTIF
MOTIVASI
1.      Dorongan
2.      Daya Gerak
3.      Rangsangan
4.      Insting
A set predisposes the individual of certain activities and for seeking certain goals (kecendrungan)
1.      Pendorong tingkah laku
2.      Pemberi rangsang
3.      Penggerak tingkah laku
4.      Pemberian atau pemunculan motif mengacu pada upaya untuk menggerakkan dan memunculkan tingkah laku.

BENTUK-BENTUK MOTIVASI
Pada dasarnya melihat dari pengertian-pengertian motivasi yang dikembangkan oleh para pakar. Manusia dalam dirinya tidak dapat berdiri sendiri, walaupun pribadinya sendiri yang menentukan sebuah perbuatan yang akan ia lakukan. Memang ini berpusant pada human beingnya sendiri dan bagaimana pribadi itu mereaksi terhadap segala bentuk rangsangan yang tertuju kepadanya.
Macam-macam motivasi pada dasarnya beberapa tokoh berbeda pendapat, seperti menurut Caplin, motivasi dibagi menjadi dua yaitu physiological drivedan social drive.[15]Sedangkan woodworth dan Marquis menggolongkan motivasi menjadi tiga macam, yaitu; kebutuhan-kebutuhan organis, motivasi darurat, dan motivasi objektif. Di lain tempat Wood Worth juga mengklasifikasikan motivasi menjadi dua yaitu; Unlearned motives dan Learned Motives.[16]
Namun dari sekian pembagian motivasi, karena motivasi berbicara masalah keadaan pribadi seseorang yang muncul dari dirinya sendiri melalui intuisi dan sesuatu yang muncul dari luar dirinya yang dapat ditangkap oleh pancaindera dan memperlihatkan reaksi setelah ada respon dari dalam dirinya. Dilihat dari hal tersebut, pada dasarnya menurut banyak tokoh motivsi ada dua yaitu:
Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang bersasal dari diri sesorang itu sendiri tanpa dirangsang dari luar.[17]Menurut Campbell dalam Ghufran motivasi instrinsik adalah penghargaan internal yang dirasakan seseorang jika mengerjakan tugas.[18]Sedangkan Elliot dkk. mendifinisikan motivas instrinsik sebagai sesuatu dorongan yang ada di dalam diri individu yang mana individu tersebut merasa senang dan gembira setelah melakukan serangkaian tugas.[19]
Motivasi instrinsik ini merupakan murni kesadaraan seseorang untuk melakukan sesuatu, atas kehendak dirinya sendiri, secara sukarela, dan tidak ada paksaan dari luar dirinya. Hal ini biasa berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan sehari-hari sesorang yang ia lakukan. Seperti; makan, minum, mandi, tidur, istirahat, oleharaga, membaca, menonton, dan lain sebagainya.
Motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang. Keperluan dan keinginan yang ada dalam diri seseorang akan menimbulkan motivasi internalnya. Kekuatan ini akan mempengaruhi pikirannya yang selanjutnya akan mengarahkan perilaku orang tersebut. Penggolongan motivasi internal memang belum disepakati bersama oleh para ahli tetapi lazimnya motivasi internal dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
1)      Fisiologis yang merupakan motivasi alamiah seperti rasa lapar, haus, dll
2)      Psikologis yang dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori dasar yaitu:
a)      Kasih sayang, motivasi untuk menciptakan kehangatan,keharmonisan,
b)      Kepuasan batin/emosi dalam berhubungan dengan orang lain.
c)      Mempertahankan diri, untuk melindungi kepribadian,menghindari luka fisik dan psikologis, menghindari dari rasa malu dan ditertawakan orang serta kehilangan muka, mempertahankan gengsi dan mendapatkan kebanggaan diri.
d)     Memperkuat diri, mengembangkan kepribadian, berprestasi, mendapatkan pengakuan dari orang lain, memuaskan diri dengan penguasaannya terhadap orang lain.
Enjoyment (kesenangan) dan interest (tertarik) terhadap aktivitas di dalam bekerja merupakan aspek-aspek yang penting yang ada dalam motivasi instrinsik itu sendiri. oleh karena itu aspek peraaaan pada determinasi individu yang di dalamnya termasuk perpsepsi kebebasan untuk memilih, memiliki pilihan untuk menentukan tugas, dan mampu mengontrol terhadap apa yang telah dikerjakan. Begitu juga dengan percaya pada diri sendiri dan orang lain atau paling tidak memiliki kemampuan untuk belajar sehingga tugas yang diterima oleh individu menjadi tugas yang menyenangkan.
Hasil penelitian Deci, Harter, dan White dalam Elliot menemukan dua aspek motivasi instrinsik. Kedua aspek tersebut adalah percieved competence (mengerti akan kemampuan) dan Competence Valuation (penilaian kemampuan).[20]Mengerti akan kemampuan dalah efek yang mengikuti umpan balik motivasi instrinsik,s ebelum atau pada saat hasil pekerjaan dari sebuah tugas, atau sebagai tingkat dari keyakinan seseorang untuk melakukan pekerjaan secara unik. Sementara penilaian kemampuan merupakan derajat tingkat aktivitas individu yang bekerja secara bagus.
Motivasi Ekstinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar diri seseorang, dan inilah yang biasanya menjadi landasan bagi para pakar dalam manajemen dalam memaknai motivasi. Karena motivasi itu lebih banyak berasal dari orang berada di atasnya, apalagi kaitannya dengan hubungan interaksi antara atasan dengan bawahan.
Karena motivasi adalah sebuah interaksi sosial walapaun dalam bentuk yang sangat sederhana, tapi ia juga sangat komplek, baik dalam diri seseorang maupun kaitannya dengan orang lain. Di sini motivasi ekstrinsik didasarkan pada beberapa faktor antara lain; faktor imitasi, faktor sugesti, faktor identifikasi, dan faktor simpati.[21]
Faktor imitasi sering menjadi faktor seseorang memotivasi dirinya untuk melakukan sesuatu. Bahkan seseorang dari sejak kecil sudah melakukan imatisi pada dirinya, seperti saat ia belajar untuk berbicara, maka secara perlahan dan kontiyu ia mencontohkan semua apa yang katakan oleh orang tuanya. Atau dalam masalah tingkah laku tertentu seperti memberi hormat, menyatakan terima kasih, atau menyatakan kegirangan untuk saat beretemu orang. Atau paling banyak pada saat seseorang mencari jati diri dari berpakaian, maka secara tidak sadar ia akan melakukan imitasi pada bentuk mode tertentu, samapai ia menemukan yang sesuai dengan keinginannya.
Tapi, tentu faktor imitasi bukan faktor penentu dalam perbuatan-perbuatan seseorang, ada faktor lain juga yang menunjang. Namun faktor imitasi ini dapat menjadikan seseorang tidak  mandiri dan membuat keputusan atau menjadikan orangnya malas untuk berpikir dan tidak terbiasa untuk berpiir kritis dalam kehidupannya.
Sehingga menurut Gabriel Tarde, sebelum orang mengimitasi suatu hal terlebih dahulu haruslah terpenihi beberapa syarat, yaitu; Minat-perhatian yang cukup besar akan hal tersebut, Sikap menjunjung tinggi atau mengagumi hal-hal yang diimitasi, dan berikutnya dapat pula suatu syarat lainnya. Yaitu bahwa dapat juga orang mengimitasi suatu pandangan atau tingkah laku, karena hal itu mempunyai penghargaan sosial yang tinggi. Jadi seseorang mungkin mengimitasi sesuatu karena ia ingin memperoleh penghargaan sosial di dalam lingkungannya.[22]
Selain faktor imitasi faktor yang hampir sedkit sama tapi berbeda yaitu faktor sugesti. Dalam hubungannya dengan interaksi sosial perbedaan imitasi dan sugesti adalah, kalau imitasi itu orang yang satu mengikuti sesuatu di luar dirinya. Sedangkan pada sugesti, seseorang memberikan pandangan atau sikap dari dirinya yang lalu diterima oleh orang lain di luar dirinya.[23]
Tapi dalam ilmu sosial sugesti dirumuskan sebagai suatu proses di mana seseorang individu menerima suatu cara penglihatan atau pedoman-pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu.
Sugesti memang sering dibutuhkan oleh seseorang dalam kehidupannya, saat ia tidak berdaya menghadapai kehidupannya, agar dapat melakukan sesuatu walapun bukan dari dorongan hatinya sendiri. Terdapat beberapa keadaan seseorang di mana seseorang akan mudah tersugesti pada dirinya, antara lain; 1). Sugesti karena hambatan berpikir, 2). Sugesti keadaan pikiran terpecah-pecah, 3). Sugesti karena otoritas, 4). Sugesti karena mayoritas, dan 5). Sugesti karena “will to belive”.[24]
Faktor lain yang memberikan pengaruh adalah Faktor Identifikasi yang mana ini lebih kepada pandangan Sigmund Freud tentang bagaiamana seorang anak belajar norma-norma sosial dari orang tuanya. Dalam proses perkembangannya seorang anak belajar menyadari bahwa dalam kehidupannya ada norma-norma dan aturan-aturan yang harus dijalankan dan ia harus pelajari.
Proses belajar anak bisa karena didikan orang tua, saat anak melakukan sesuatu yang terpuji, maka dihargai dengan sesuatu. Tapi pada saat anak melanggar norma tertentu diberikan hukuman tertentu juga. Secara tidak sadar anak tersebut akan mendapat pengetahuan pada dirinya tentang mana yang baik dan buruk dalam kehidupan sosialnya.
Atau proses identifikasi itu dapat juga secara identifikasi dengan orang tuanya, seperti seorang anak laki-laki dan perempuan yang berkeinginan seperti kedua orang tuanya. Identifikasi ini adalah kecendrungan atau keinginan dalam diri anak untuk menjadi sama seperti ayah atau ibunya. Dalam ilmu psikologi berarti dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain.
Faktor yang lainnya adalah faktor simpati, yaitu dapat dirumuskan sebagai perasaan tertarik orang yang satu terhadap orang lain.[25]Faktor simpati adalah sebuah faktor sadar dalam diri manusia itu sendiri terhadapa orang lain, berlainan dengan identifikasi yang didasarkan pada penialaian perasaan saja dan bukan atas rasional logis.
Simpati kebalikan dari antipati, di mana simpati menghubungkan anatara satu dengan lainnya, tapi antipati menghambat dan meniadakan hubungan tersebut. antara simpati dan identifikasi pada dasarnya hampir mirip, tapi pada simpati dorongan utama adalah ingin menegrti dan ingin kerja sama dengan orang lain. Sedangkan identifikasi dorongan utamanya adalah ingin mengikuti jejak, ingin mencontoh, ingin belajar dari orang lain yang dianggapnya lebih ideal.



[1][1]John M. echols dan hassan Shadily, Kamus inggris-Indonesia (Jakarta: PT. Gramedia, 2005), 386
[2]Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer(Jakarta: Modern English Press, 1991), 997
[3] J. Winardi, Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen ( Jakarta: Rajawali Press, 2004), 1
[4]Robert Kreitner dan Angelo Kinicki, Perilaku Organisasi, terj. (Jakarta: Salemba Empat, 2005), 248
[5]Arthur S. Reber dan Emily S. Reber, The Penguin Dictionary of Psychology, terj. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), 596
[6]Robert Kreitner dan Angelo Kinicki, Perilaku Organisasi,  248
[7]Arthur S. Reber dan Emily S. Reber, The Penguin Dictionary of Psychology, 596
[8]Abdul Rahman Saleh, Psikologi Suatu pengantar dalam perspektif Islam, 184
[9]George R. Terry, Prinsip-Pinsip Manajemen, terj. (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), 130
[10]J. Winardi, Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen, 27-28.
[11]Reber, The Penguin Dictionary of Psychology, 597
[12]Saleh, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, 180
[13]Ibid, 181
[14]Ibid, 183
[15]Saleh, Psikologi…., 192
[16]Ibid, 193-194
[17]Ibid, 194.
[18]M. Nur Ghufran dan Rini Risnawita S., Teori-teori Psikologi, (Jakarta: Ar-Ruzz Media Group, 2010), 84
[19]Ibid, 85
[20]Elliot, dkk. Competence Valuation as a Strategic Instrinsic Motivation Process, Journal of Personality and Social Psycology, vol 26:7, 2000, 780-794.
[21]Gerungan, W.A., Psikologi Sosial (Bandung: Eresco, 1988), 58
[22]Ibid, 60
[23]Ibid
[24]Ibid, 61
[25]Ibid, 69

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama