KEUTAMAAN RAMADHAN (1)


Ramadhan sebagai bulan puasa bagi ummat Islam adalah sebuah kenikmatan terbesar, karena di dalamnya terdapat berkah dan keutaman yang tidak didapatkan di bulan-bulan lainnya. Ramadhan telah dipilih oleh Allah sebagai bulan puasa di mana Allah sendiri yang langsung memberikan ganjaran bagi mereka yang berpuasa di Bulan Ramadhan. Apalagi dapat menghidupkan malam Bulan Ramadhan dengan ibadah sebagaimana yang dipraktekkan oleh Nabi, para sahabat, tabi’in, tabi’ tabi’in, dan para ulama’ terdahulu.
Dengan berbagai keutaman dan keberkahan yang ada di dalamnya, sangat disayangkan apabila seseorang tidak dapat memanfaatkan Bulan Ramadhan dengan sebaik mungkin. padahal mereka yang berpuasa di Bulan Ramadhan dengan mengharapkan ridha Allah dan betul-betul beribadah karena Allah bahkan mengharapkan semua bulan adalah ramadhan. Apalagi di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan yaitu lailatul qadar. Untuk lebih jelasnya berikut beberapa keutaman atau fadilah dari Bulan Ramadhan.

BULAN TURUNYA AL-QUR’AN
Setiap hari ke 27 dari ramadhan, kita sering merayakan nuzulul Qur’an (turunnya al-qur’an). berbagai macam kegiatan dalam bentuk taqarrubkepada Allah dilakukan umat Islam, ingin merasakan kebahagian dan keberkahan dari al-Qur’an sendiri. Dan ingin menginternalisasi bagaimana Rasulullah menerima al-Qur’an saat pertama kali. Dengan suka cita dan kebahagiaan, kaum muslimin mengagung-agungkan al-Qur’an pada bulan ini.
Bulan Ramadhan tidak hanya bulan diturunkannya al-Qur’an saja, tapi pada bulan ini juga diturnkan kitab-kitab samawi lainnya seperti Taurat, Zabur, dan Injil. Allah telah memilih Bulan Ramadhan ini sebagai bulan yang baik untuk menurunkan kitab suci. Sebagaimana dalam sebuah riwayat:
عن واثلة بن الأسقع عن رسول الله - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - : "أنزلت صحف إبراهيم أول ليلة من رمضان، وأنزلت التوراة لست مضت من رمضان، وأنزل الإنجيل لثلاث عشرة مضت من رمضان، وأنزل الزبور لثمان عشر خلت من رمضان، وأنزل القرآن لأربع وعشرين خلت من رمضان"
Artinya: Dari Wasilah ibn al-Asqa’ dari Rasulullah Sallahu ‘Alahi wa sallam, “ Suhuf Ibrahim diturunkan pada awal malan Bulan Ramadhan, taurat ditutunkan enam hari berlalu dari Ramadhan, diturunkan Injil setelah tiga belas hari berlalu dari Ramadhan, diturnkan Zabur delapan belas dari Ramadhan, dan ditunkan al-Qur’an pada dua puluh dari Bulan Ramadhan.
Hadis di atas diriwayatkan oleh at-Tabrani dalam kitab al-kabirdari Wasilah, begitu juga dengan Imam Ahmad dalam Musnadnya, Ibnu ‘Asakir, dan Al-bani sendiri mensahihkannya pada kitab shahih al-jami’. Hadis tersebut menerangkan bahwa semua kitab Allah yang telah diturunkan ke muka bumi diturunkan pada bulan suci ramadhan. Ini karena kemuliaan yang telah Allah berikan pada Bulan Ramadhan. Sehingga sangat merugi bagi orang yang tidak bisa memanfaatkan Bulan Ramadhan dengan sebaik mungkin, terutama untuk berpuasa dan melakukan ibadah-ibadah lainnya.
Tidak hanya riwayat dari Nabi sendiri yang menerangkan diturunkannya al-Qur’an pada bulan suci Ramadhan. Di dalam al-Qur’an sendiri Allah memberikan penegasan tentang turunnya al-Qur’an pada Bulan Ramadhan dalam Surah al-Baqarah ayat 185
شهر رمضان الذي أنزل فيه القرآن هدى للناس وبينات من الهدى والفرقان
Artinya: Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).
إنا أنزلناه في ليلة القدر
Artinya: Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan.
إنا أنزلناه في ليلة مباركة
Artinya: Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi.
Ibnu Jarir berkata, “ al-Qur’an diturunkan dari Lauhil Mahfuz ke langit dunia pada malam lailatul qadr di bulan suci Ramadhan, kemudian diturunkan kepada Nabi Muhammad Sallalhu ‘alahi wasallamsesuai keinginan dan cara Allah menurunkannya kepada Nabi Muhammad”. Dari Ibnu Abbas juga dikatakan bahwa al-Qur’an diturunkan sekaligus pada malam ke dua puluh empat dari bulan suci Ramadhan, kemudian menjadikannya di bait al-Izzah. Begitu juga dari Sa’id ibn Jubair bahwa al-Qur’an diturunkan sekaligus (jumlah al-wahidah) pada malam lailatul qadr di bulan suci Ramadhan dan menjadikannya di langit dunia. Dari ibnu ‘Abbas sendiri dikatakan bahwa al-Qur’an diturunkan pada malam lailatul qadr dari langit atas, turun sekaligus, kemudian dipisah-pisahkan dalam beberapa tahun.
al-Qur’an diturunkan bersamaan dengan difardukannya puasa Bulan Ramadhan, dua hal besar dan sangat agung. Di satu sisi al-Qur’an sebagai petunjuk hidup manusia dan kalam Allah yang ditujukan kepada manusia agar mereka menjadikannya sebagai aturan dalam hidup. Dan Allah mewajibkan puasa pada bulan ini, dan telah memilihnya sebagai bulannya dan Allah sendiri yang emebrikan ganjaran kepada hambanya.
al-Qur’an diturunkan sebagaimana penjelasan dalam ayat untuk memberikan petunjuk bagi manusia, tidak hanya manusia yang hidup pada masa Nabi masa lalu, tapi bagi seluruh manusia hingga akhir zaman. Tapi berkenaan dengan beberapa perilaku yang ditunjukkan oleh orang-orang Arab, di mana mereka mempunyai peradaban yang tinggi tapi masih berada pada kejahiliyahan, tidak menerima kebenaran dari Allah subahnahu wata’la melalui Nabi Sallahu ‘alahi wasallam. Turunnya al-Qur’an pada dasarnya sebagai hujjahdan sebagai lawan dari apa yang dibanggakan oleh orang Arab terdahulu akan sastra, maka dengan turunnya al-Qur’an mengalahkan sastra-sastra yang mereka buat, karena bahasa al-Qur’an melebihi dari bahasa yang mereka buat dan bangga-banggakan.
Benar apa yang diberitakan dalam al-Qur’an bahwa dengan diturunkannya al-Qur’an pada Bulan Ramadhan sebagai petunjuk bagi semua ummat manusia. Mereka yang mendapatkan petunjuk adalah mereka yang menjalankan puasa dengan semata-mata karena Allah dan mengharapkan pahala/ganjaran. Sedangkan mereka yang tidak mendapatkan petunjuk adalah mereka yang menganggap Bulan Ramadhan sebagai bulan biasa-biasa saja seperti bulan lainnya dan tidak mempunyai keistimewaan. Sehingga menganggap puasa yang disyari’atkan sangat memberatkan mereka dan tidak mau berpuasa. Atau kalaupun mereka berpuasa, tapi tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali lapar dan haus. Inilah kemudian yang membedakan mereka yang betul-betul beriman dengan orang yang tidak mengimani sepenuhnya, yaitu munafik. Bulan Ramadhan akan memebrikan perbedaan besar antara orang-orang beriman dengan derajat taqwa dan orang-orang munafik yang mendapat laknat dari Allah.
Bersambung….!

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama