Kemuliaan dan keistimewaan Bulan Ramadhan menjadi daya tarik dan semangat kaum muslimin dalam melakukan berbagai macam ibadah dan kebaikan-kebaikan agar mendapat derajat orang yan bertaqwa. Seperti seorang anak kecil yang dijanjikan hadiah oleh orang tua, begitulah kaum muslimin menyambut dengan suka cita setiap datangnya Bulan Ramadhan. Ini adalah bulan yang agung, tidak sedikitpun terlewatkan dengan ibadah-ibadah mahdahmaupun ghariu mahdah.
Ramadhan memancarkan keberkahan bagi semua ummat manusia dan makhluk-makluk yang ada di dunia ini. Keberkahan yang menjadikan dunia dalam keadaan tenang dan damai, diisi oleh mereka yang menjalankan ibadah puasa dan perbuatan baik lainnya. Tidak boleh mengumpat, tidak boleh mencaci maki, tidak boleh berkelahi dan lain sebagainya. Karena kalau mereka tidak bisa meninggalkan hal-hal yang fawahis, maka tidaklah puasanya hanya sekedar menahan lapar dan haus saja, tidak mendapatkan berkah sama sekali. Jika semua kaum muslimin dapat menyadarinya dan meresapinya dengan baik arti puasa, maka begitu damai dunia dengan keberkahan puasa.
Bulan puasa di dalam Bulan Ramadhan ini sendiri Allah telah memberikan spesifikasi derajat, dalam hari-hari tertentu Allah memberikan keistimewaan bagi mereka yang semakin meningkat amal ibadahnya di bulan suci Ramadhan. Awal Ramadhan dan akhir dari hari-hari Ramadhan tentu berbeda penilaiannya di sisi Allah. Kaum muslimin diuji dari hari ke hari dalam setiap hari Ramadhan, karena kebiasan kaum muslimin pada awal Ramadhan begitu semangat untuk menjalankan ibadah dan kebaikan. Tapi semakin hari menjelang usai Ramadhan, kaum muslimin banyak yang lalai dan kembali ke bulan-bulan sebelumnya. Porsi ibadah dan kebaikan yang dilakukan semakin menurun, kualitas maupun kuantitasnya. Padahal semakin akan berakhir hari-hari Ramadhan, Allah memberikan keistimewaan yang berbeda bagi orang yang berpuasa. Paling tinggi keistimewan yang diberikan Allah adalah bertemu dengan malam lailatul qadr yang lebih baik dari seribu bulan.
Allah sendiri melalui Rasulnya memberikan klasifikasi bulan puasa Ramadhan dalam tiga bagian. Sebagaimana dalam sebuah riway`t yang sangat panjang
أول شهر رمضان رحمة ووسطه مغفرة وآخره عتق من النار
Artinya: Awal Bulan Ramadhan adalah Rahman, pertengahannya adalah Magfirah dan Akhir (Ramadhan) adalah terbebas dari api neraka.
Hadis ini sebagian ada yang mensahihkannya dan ada yang menda’ifkannya yaitu pada seseorang yang bernama ‘Ali ibn Zaid ibn Jad’an. Hadis ini sendiri banyak yang meriwayatkan dari Abi Hurairah, seperti al-Dailami, al-khatib, dan Ibnu ‘Asakir.
Terlepas dari ada yang menda’ifkannya, Bulan Ramadhan adalah bulan yang terkandung di dalammnya seperti dalam hadis, di mana 10 hari awal Ramadhan adalah rahmat, 10 hari pertengahan adalah magfirah(ampunan), dan 10 terakhir dari bulan ramadahan adalah bebas dari api neraka.
Sepuluh pertama Ramadhan Allah memberikan rahmat kepada semua hambanya yang berpuasa, baik rahmat yang ia rasakan langsung maupun tidak langsung, atau rahmat yang ia dapatkan di dunia dan rahmat di akhirat kelak nanti. Rahmat secara langsung diterima bagi mereka yang berpuasa adalah rahmat pada saat ia dapat menikmati berbuka puasa. Sebagaimana dalam beberapa hadis dijelaskan bahwa dua kebahagiaan yang didapatkan oleh orang yang berpuasa adalah kebahagian saat ia bertemu dengan Allah nanti di akhirat dan kebahagian saat menyantap hidangan berpuasa. Sebagaimana yang telah lalu, dengan menahan lapar dan haus sepanjang siang hari, tapi dengan seteguk air dan beberapa makanan sudah cukup memberikan kepuasan bagi orang yang bepuasa. Walapun sebelum berbuka puasa, ia berangan-angan untuk menyantap segala makanan. ini adalah bentuk rahmat Allah bagi mereka yang berpuasa karena Allah.
Rahmat secara tidak langsung juga ia dapatkan seperti diberikannya pahala yang berlimpah oleh Allah bagi mereka yang berpuasa semata-mata mengharapkan ridha Allah Subhanahu wata’ala. Semua perbuatan baik akan akan dilipatkgandakan dan begitu juga sebaliknya, bagi mereka yang berbuat kemaksiatan akan dilipatgandakan juga. Sehingga dengan adanya Ramadhan, seorang hamba dapat mendulang pahala sebanyak-banyaknya dan mengikis segala dosa yang pernah dilakukan sebelum Ramadhan atau pada saat Ramadhan.
Tidak hanya itu saja, rahmat di dunia dan akhirat juga ia akan dapatkan. Di dunia sendiri adalah kenikmatan-kenikamatan yang diberikan Allah setelah Ramadhan, dengan bertambahnya rezeki atau dengan bertambahnya ketaatan kepada Allah. Sedangkan di Akhirat nanti adalah kenikmatan paling besar bagi seorang muslim adalah melihat Allah dengan matanya sendiri:
وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَّاضِرَةٌ إِلَىٰ رَبِّهَا نَاظِرَةٌ
Artinya: Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah mereka melihat.(al-Qiyamah, 22-23)
Melihat Allah bagi seorang mukmin yang bertaqwa adalah kenikmatan terbesar sebagai sebuah hasil dari ketaatan kepada Allah. Dan tentu akan melihatnya di syurga kelak dengan sengala kenikmatan yang telah Allah janjikan bagi hambanya. Di mana kenikmatan tersebut tidak pernah akan temukan selama hidup di dunia.
Sedangkan pada sepuluh pertengahan dari Ramadhan Allah menjanjikan ampunan (magfirah) kepada hamba-hambanya yang konsisten dan istiqomah dengan amal ibadah yang telah dilakukan pada sepuluh awal dari Ramadhan. Karena biasanya ummat manusia kebanyakan tidak lebih dari “tahi ayam” yang hangatnya sebentar saja. Ketaatan yang dilakukan pada sepuluh awal Ramadhan hanya sebatas di awal saja, tidak dilanjutkan dan ditingkatkan pada hari-hari berikutnya. Taruh saja dengan semangat melaksanakan tarawih yang sudah mulai berkurang di masjid-masjid yang ada. Jika berkurangnya jama’ah masjid yang melaksanakan tarawih karena mereka menghidupkan malam di rumah masing-masing akan sangat baik, tapi ini diisi dengan hal-hal yang melalaikan seperti menonton TV, ngerumpi tanpa batas, atau kegaitan-kegaitan lain yang tidak bernuansa ibadah kepada Allah.
Semestinya pada pertengahan sepeluh Ramadhan, tingkat aktivitas ibadah seperti shalat berjama’ah dan shalat tarawih akan semakin meningkat. Akan sangat baik bila masjid-masjid penuh dengan jama’ah yang beribadah dan bukan ditinggal untuk beraktivitas lain. Bagaimana akan mendapatkan magfirah dari Allah, jika amalan-amalan dalam Bulan Ramadhan semakin hari semakin kendor dan bahkan tidak melakukan ibadah sama sekali dan menganggap hari selanjutnya seperti hari-hari biasa.
Sepeluh pertama dari Ramadhan, Allah telah memberikan ramhatnya bagi hambanya. kaum muslimin berlomba-lomba untuk mendapatkan ramhatnya dengan banyak melakukan ibadah. Sepuluh pertama diibaratkan sebagai permulaan startuntuk menguji hamba, apakah mereka akan konsisten untuk sepeluh selanjutnya?. Mereka yang tidak tahan dengan cobaan-cobaan di Bulan Ramadhan sepeluh pertama, maka hanya mendapatkan ramhat saja, kalaupun mereka berpuasa maka hanya lapar dan haus saja. Tapi mereka yang bertahan dan konsisten, tidak akan ragu untuk memberikan ampunan segala dosanya. Akan sangat percuma jika kita hanya mendulang pahala tapi berbanding lurus atau lebih berat dosa yang kita punya. Oleh karena itu, di samping mencari pahala pada awal sepuluh Ramadhan, maka seseorang butuh pengampunan segala dosa yang telah lalu maupun yang akan datang.
Allah akan memberikan ampunan yang besar kepada hambanya, selama hambanya dapat menghindarkan diri dari dosa-dosa, baik besar dan kecil di Bulan Ramadhan ini. Tidak ada namanya dosa kecil kalau terus menerus dikerjakan, maka lama-lama akan menjadi dosa besar. Dan tidak ada namanya dosa besar kalau seseorang selalu meminta ampun kepada Allah. Seberapa pun besar dosa yang dipunyai dan dipikul oleh seseorang, jika meminta ampun, maka Allah pasti akan mengampunkannya. Seandainya seorang hamba membawa dosa sebesar gunung atau seluas bumi dan langit seklipun, jika meminta ampun dan melaksanakan segala perintah-perintahnya pasti akan diampuni oleh Allah subhanahu wata’ala. Oleh karena itu, hari-hari pengampunan pada sepuluh pertengahan Ramadhan harus dapat dimanfaatkan dan dimaksimalkan agar dosa-dosa yang pernah diperbuat diampuni Allah dan menjadi hamba yang bersih dan siap untuk mendapatkan kenikmatan selanjutnya dari Alllah.
Sedangkan sepuluh hari terakhir Allah memberikan janji kepada hamabanya adalah dijauhkan dari api neraka (‘itqu min al-naar). Terjauhkan dari api neraka berarti orang akan pasti langsung masuk syurga, tapi untuk bisa terbebas dari api neraka seseorang harus dapat menjadikan sepeluh terakhir Ramadhan lebih baik lagi dari sepuluh pertama dan pertengahan Ramadhan. Karena orang yang bisa terbebas dari neraka adalah mereka yang sudah bersih dari dosa, dan itu dilakukan pada sepuluh pertengan dari Ramadhan. Dan tidaklah mereka masuk syurga kecuali dengan hati dan jiwa yang bersih dari segala macam dosa, baik besar maupun kecil.
Ini adalah kenikmatan tiada tara bagi seorang hamba, di mana orang lain berusaha untuk tidak masuk neraka, tapi dengan ibadah-ibadah yang dilakukan dalam Bulan Ramadhan seorang hamba akan dijanjikan oleh Allah terbebas dari api neraka dan masuk ke neraka. Sejelek-jelek tempat setelah hidup nanti adalah neraka, serendah-rendah neraka yang Allah sediakan bagi hambanya yang berlumur dosa, tidak akan pernah sanggup ditahan oleh tubuh seseorang. Segala sesuatunya akan diberikan siksa, dari baik menjadi tidak baik artinya setiap ia mendapat siksa dan melepuh segala anggota badan, maka Allah barukan lagi untuk mendapatkan siksa lagi, dan begitulah terus menerus sampai waktu yang tidak diketahui kecuali Allah subhanahu wata’ala. Na’uzubillah!
Hari-hari sepuluh terakhir merupakan hari-hari terberat bagi kaum muslimin yang menjalankan ibadah puasa. semuanya disibukkan oleh segala persiapan menjelang idul fitri dan melalaikan segala bentuk ibadah di dalamnya. Bahkan masjid-masjid semakin berkurang jama’ah, tidak lebih dari dua atau tiga shaf saja. Belum lagi mereka yang disibukkan dengan urusan mudik ke kampung halaman, banyak ibadah yang dilalaikan dan terbuang begitu saja di jalanan, bahkan tidak berpuasa.
Padahal pada sepuluh terakhir ini Allah telah menyediakan bagi hambanya satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Dapat dibanyangkan jika orang mendapatkan lailatul qadr pada saat-saat ia menghidupkan malam dengan beribadah kepada Allah, maka nilainya satu malam tersebut sebanyak seribu bulan. Nilai ibadah bertemu lailatul qadrsama dengan bertahun-tahun lamanya, yang tidak mungkin orang bisa mencapainya. Oleh karena itu, alangkah baiknya sepuluh terakhir dari Ramadhan dapat dimanfaatkan untuk beribadah dan di sini juga dianjurkan untuk beriktikaf di masjid, jika memungkinkan bisa melakuknnya selama sepuluh terakhir tanpa putus berada di masjid. Sangat memungkinkan untuk kita lakukan, karena ini hanya satu kali dalam satu tahun saja. Kalau kita bisa cuti bekerja untuk berlibur selama berminggu-minggu, kenapa kita tidak manfaatkan akhir dari Bulan Ramadhan untuk menghabiskan waktu. Ini juga anjuran Nabi, bahkan nabi pada sepuluh terakhir Ramadhan membangunkan semua keluarga untuk beribadah dan mengencangkan ikatan pinggangnya untuk menghidupkan malam-malam terakhir Ramadhan untuk beribadah, dari setelah isya’ sampai menjelang fajar.
Kalaupun kita tidak bisa melakukan apa yang dicontohkan Nabi, paling tidak pada malam-malam terakhir Ramadhan kita berada pada posisi dalam keadaan beribadah dan bermunajat kepada Allah dan tidak dalam keadaan tidur atau bergadang tanpa ada arti.
Semoga kita dapat memanfaatkan Ramadhan ini dengan lebih baik, agar tahapan demi tahapan bisa dilalui, karena kita tidak tahu, dapat bertemu atau tidak dengan Ramadhan selanjutnya. Karena ajal tidak ada yang tahu kecuali Allah subahanahu wata’ala. Wallahu ‘A’lam bi al-sawab!
Posting Komentar