RAMADHAN, PINTU SYURGA DIBUKA DAN PINTU NERAKA DITUTUP


Siapa yang tidak senang dengan berita gembira, pasti semua orang akan besuka cita mendengarnya. Apalagi berita gembira tersebut berkaitan dengan dirinya. Begitulah yang dilakukan oleh Allah memalui perantara Rasulnya, memberikan berita gembira dengan datangnya Bulan Ramadhan, tidak hanya sekedar bulannya saja, tapi amaliyah-amaliyah dan janji-janji yang akan diberikan Allah kepada manusia yang menjalankan puasa pada Bulan Ramadhan. Berita gembira ini layaknya seorang presiden memberikan undangan langsung kepada rakyat jelata untuk datang ke istananya. Maka ia tidak akan berpikir panjang untuk mengatakan ‘ya’, walaupun selanjutnya ia harus bersusah payah untuk sampai ke istana tersebut.
Di antara sekian banyak berita gembira yang diberikan Allah kepada ummatnya adalah, Allah membuka pintu  syurga dan menutup pintu neraka pada Bulan Ramadhan. Pintu kehidupan yang diabadikan oleh Allah dan sumber segala kenikmatan  dibuka selama bulan suci Ramadhan. Dan pintu neraka yang sangat ditakuti manusia ditutup untuk sementara waktu, sebagai sebuah pemuliaan kepada hamba yang menjalankan ibadah puasa. hal ini dijelaskan dalam banyak hadis yang diriwayatkan oleh para imam, antara lain hadis yang diwayatkan oleh Imam Bukhari:

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ قَالَ حَدَّثَنِي عُقَيْلٌ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ قَالَ حَدَّثَنِي ابْنُ أَبِي أَنَسٍ مَوْلَى التَّيْمِيِّينَ أَنَّ أَبَاهُ حَدَّثَهُ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ وَسُلْسِلَتْ الشَّيَاطِينُ

Artinya: Diceritakan oleh Yahya ibn Bukair, diceritakan oleh laith, diceritakan oleh ‘Uqail dari ibnu shihab, diceritakan oleh ibnu abi Anas Maula al-Taimiyyin bahwasanya bapaknya menceritakan bahwa ia mendengar Abu Hurairah Radiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah sallalahu ‘alihi wa sallam bersabda, “ apabila Ramadhan datang dibuka pintu-pintu syurga dan ditutup pintu-pintu neraka dan syaitan-syaitan dibelenggu”.
Dibukanya pintu syurga itu berarti segala bentuk kenikmatan dan keberkahan akan tercurahkan ke alam dunia ini. Melalui pintu itu para malaikat  berbondong-bondong membawa kenikamatan bagi manusia atas perintah Allah. Sedangkan puasa yang dijalankan hamba langsung mendapatkan pengawasan dari Allah subhanu wata’ala. Karena seperti itulah janji Allah dalam hadis kudsi yang menyatakan bahwa puasa ini adalah miliknya dan Allah sendiri yang akan memberikan ganjaran bagi pelakunya. Walapun di luar puasa juga tidak ada pergerakan seorangpun yang luput dari pengawasan Allah subhnahu wata’ala.
Pintu syurga dibuka sebagai sebuah isyarat bahwa Allah memberikan dan membukakan bagi hamba-hambanya segala macam kebaikan dan ketaatan yang akan dilakukan oleh hambanya. Di mana kebaikan-kebaikan tersebut tidak ada pada bulan yang lainnya seperti puasa sebulan penuh, qiyam al-lail, I’tikaf, pelipatgandaan perbuatan baik seorang hamba, dan segala macam kegitan-kegiatan yang dianjurkan diperbanyak pada siang maupun malam harinya.
Syurga dan dan neraka adalah tempat yang Allah abadikan nanti sebagai tempat bagi orang-orang yang berbuat kebaikan dan bagi mereka yang bermaksiat kepada Allah. Syurga adalah gambaran bagi kebaikan dan mereka yang akan masuk ke dalamnya adalah orang-orang yang melakukan kebaikan. Dan neraka adalah gambaran keburukan dan penghuninya adalah orang-orang yang bermaksiat kepada Allah. Keduanya diciptakan oleh Allah dan berjalan atas kehendak Allah pada dirinya. Maka, dengan dibukanya pintu syurga dan ditutupnya pintu neraka pada Bulan Ramadhan adalah sebagai bentuk kasih sayang Allah kepada hambanya yang menjalankan puasa.
Memang menjalankan ibadah-ibadah secara rutin terasa berat bagi mereka yang beriman, tapi Allah tidak pernah memberikan beban kecuali sesuai dengan kemampuan hambanya untuk menanggungnya. Perbuatan baik dikerjakan sesuai dengan kemampuan setiap orang, jika mampu menghidupkan malam-malam Ramadhan dengan memaksimalkan qiyam al-lail, maka itu akan lebih baik. Tapi jika cukup hanya dengan shalat tarawih dan witir tiga raka’at, maka itu juga cukup bagi mereka. Tapi untuk kemaksiatan sendiri harus  ditinggalkan secara keseluruhan tanpa ada pengecualian, termasuk di Bulan Ramadhan. Apa-apa yang dilarang oleh Allah harus ditinggalkan dengan total, dari makan dan minum, berhubungan badan di siang hari dengan istri, dan perbautan-perbuatan maksiat lainnya seperti berbicara kotor, keji, mengadu domba dan lain sebagainya. Kalaupun ia melaksanakan puasa, tapi tidak meninggalkan perbuatan-perbuatan dosa, maka tidak ada yang didapatkannya selama puasa kecuali hanya lapar dan dahaga.
Memang membutuhkan waktu untuk bisa terbiasa melakukan perbuatan baik dan meninggalkan kemaksiatan. Pada Bulan Ramadhan inilah menjadi tempaan dan tempat latihan bagi seorang hamba, jika pada Bulan Ramadhan ini mampu dimaksimalkan untuk berbuat kebaikan dan meninggalkan larangan Allah, maka insyaallah di hari-hari lain di luar Ramadhan akan sangat mudah untuk dilakukan dan ditinggalkan. Bukankan sesuatu akan bisa dilakukan jika sudah menjadi kebiasaan. Lihatlah porsi ibadah seperti shalat lima waktu sangat sedikit sekali dibandingkan dengan waktu kosong yang disia-siakan. Dalam setiap shalatnya tidak lebih dari sepuluh menit untuk mengerjakannya, padahal kita untuk menonton TV atau bermain game saja membutuhkan waktu berjam-jam lamanya.
Syurga dan neraka adalah dua hal yang kontras dan tidak akan pernah bertemu dan melakukan kompromi bagi seorang hamba. Karena Islam sendiri adalah agama yang jelas dan bukan agama yang samar-samar. Baik dan buruk adalah hal yang kontras, tidak ada suatu perbuatan di dalamnya bernilai kebaikan dan di dalamnya bernialai keburukan. Kalaupun ada unsur keduanya, maka kecondongan kepada keburukan akan lebih. Kalau dalam fiqh disebut dengan perkara-perkara mustyabihat, sedangkan perkara mustasyabihat dianjurkan untuk ditinggalkan wa man waqa’a fi al-sybahat waqa’a fi al-haram (orang yang terjerumus dalam syubhat maka sama artinya terjerumus pada keharaman). Tidak ada manusia yang berada antara syurga dan neraka kelak di akhirat, seperti keyakinan kaum mu’tazilah (manzilah baina manzilatain) atau seperti sya’irnya Abu Nawas (Ilahi lastu li al-firdausi ahla, wala aqwa ‘ala al-naar al-jahim).
Memang untuk meraih syurga membutuhkan usaha maksimal, tapi ke neraka juga orang membutuhkan tenaga yang maksimal juga. Syurga dikelilingi oleh hal-hal yang sering menjadi kebencian bagi sebagian orang sedangkan neraka banyak diselimuti kesenangan-kesenangan dunia yang membawa pada kemaksitan. Dalam sebuah hadis disebutkan:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم "إن الجنة حفت بالمكاره وإن النار حفت بالشهوات
Artinya: Rasulullah Sallahu ‘alahi wasallam bersabda, “ sesungunya syurga dikeliling dengan hal-hal yang dibenci dan neraka dikeilingi oleh syahawat (hal-hal yang menyenangkan).
Seorang hamba yang telah terbiasa dengan kebaikan, maka rasa ketidaksenangan terhadap kebaikan akan hilang dengan sendirinya menjadi sebuah kenikmatan. Berpuasa dan tidak makan dari terbit fajar sampai tenggelam matahari adalah sesuatu yang menyenangkan dan meyehatkan bagi mereka yang berburu padahal di Bulan Ramadhan. Tapi bagi mereka yang keimanannya kurang, maka puasa menjadi sebuah beban berat dan menganggapnya sebagai syari’at yang terlalu memberatkan bagi dirinya, sehingga puasa menjadi susah dan bisa membahayakan diri dan kesehatannya.
Sedangkan pintu neraka ditutup selama Bulan Ramadhan memberikan isyarat bahwa Allah menutup pintu-pintu kemaksiatan dan segala arah yang menuju kemaksiatan. Segala bentuk keburukan tertutupi oleh kebaikan dan keberkahan yang dilimpahkan dalam Bulan Ramadhan. Oleh karena itu dalam beberapa hadis disebutkan bahwa jika seseorang berkelahi dengan orang lain, maka dianjurkan untuk mengatakan “inni shoim” saya berpuasa. Ini memberikan makna bahwa hal-hal yang menuju pada keburukan tertutupi oleh keadaan puasa yang dialakukan seseorang. Kalaupun ia terus didesak, maka ia cukup mengatakan “inni shoim”.
Tertutupnya segala kemaksiatan dan keburukan dalam Bulan Ramadhan ini jika dilihat dari segi kesehatan, maka telah banyak para pakar yang melakukan kajian tentang kelebihan dari puasa dan menjauhkan seseorang dari segala macam penyakit. Ini juga memberikan isyarat bahwa dengan puasa Allah menyuruh hamba untuk sehat dan terhindar dari penyakit. Atau bagi mereka yang dengan susah payah di luar Ramadhan untuk tidak makan sama sekali dengan alasan diet atau menghindari munculnya penyait tertentu, maka dengan puasa menjadi media yang sangat baik bagi seorang hamba dan Allah menjadikan puasa menghilangkan ketakutan dan memberikan kesehatan yang diinginkan oleh seseorang.
Namun yang terpenting adalah, dalam rangka ibadah kepada Allah, maka dengan ditutupnya pintu neraka, maka kesempatan seorang hamba untuk melakukan kebaikan menjadi terbuka lebar, baik kebaikah dalam kategori ibadah mahdah maupun ibadah ghairu mahdah. Jika mampu memanfaatkan puasa dengan baik, maka gelar taqwa adalah gelar prestisius bagi seorang hamba untuk selanjutnya di luar Ramadhan. Bahkan kemudian orang-orang yang merasakan manfaatnya Ramadhan menganggap Ramadhan terlalu singkat dan berharap semua bulan menjadi Ramadhan.
Oleh karena itu, begitu banyak kebaikan terhampar di Bulan Ramadhan ini, mari kita maksimalkan ibadah di dalamnya dan tertutupnya segala bentuk dan macam keburukan dan kemaksiatan menjadi berkah agar sisa-sisa dosa dalam diri dapat berganti menjadi pahala dan nur ilahi yang akan selalu terpancar dalam pribadi dan perilaku sehari-hari dan menjadikan manusia-manusia yang memberikan keberkahan bagi dunia dan alam sekitarnya. Wallahu ‘A’alam bi al-shawab.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama