Ada sebuah pertanyaan besar terkait dengan kesuksesan sebuah lembaga, mengapa bisa sukses dan tidak suskses?. Terlepas dari banyak hal yang menjadi ciri khas permasalahan setiap lembaga. Antara perusahaan dengan lembaga pendidikan formal atau lembaga sosial, dan lain sebagainya walaupun secara struktur dan roda organisasi sama, tapi untuk memajukannya, mempunyai permasahan yan berbeda-beda antara yang satu dengan lainnya.
Sukses kalau dipandang secara lebih luas, maka kesuksesan satu lembaga dapat diukur dengan prosentase pekerjaan yang dijalani. Kalau pekerjaan itu besar, maka kesuksesaannya sesuai dengan besarnya. Atau kalau pekerjaan itu kecil, maka juga kusesksesaannya sesuai dengan takaran pekerjaannya. Sukses memang banyak dinilai dari materi yang didapatkan, jarang sekali dilihat dari proses yang dijalani. Sebagai contoh kecil dalam diri individu, misalnya; ada dua orang, yang satu hanya sekolah sampai Sekolah menengah dan yang satunya sekolah sampai sarjana. Orang yang hanya lulusan sekolah menengah mempunyai penghasilan lebih besar dengan orang yang lulus sarjana yang mempunyai penghasilan lebih kecil. Maka orang-orang pasti akan mengatakan orang yang lulus sekolah menengah dengan penghasilan lebih besar yang lebih sukses.
Memang susah untuk bisa memisahkan antara kusesksesan dengan materi yang dicapai. Boleh saja seseorang sukses dalam pendidikan, jabatan, usaha, dan lain sebagainya, tapi secara riil kalau materi atau hartanya tidak banyak, maka ia belum termasuk orang sukses.
Di sini memang tidak membicarakan individu yang sukses dengan pekerjaan individunya, tapi yang dibahas adalah tentang kesuksesaan dalam sebuah organisasi, baik perusahaan maupun lembaga pendidikan. Tapi alangkah tepatnya, yang dibahas dalam tulisan ini adalah terkait dengan dunia pendidikan. Jadi, yang menjadi sebuah pertanyaan besar juga adalah kenapa lembaga pendidikan yang satu lebih sukses atau lebih baik dengan lembaga pendidikan lainnya?.
Kultur pendidikan kita memang sedikit agak berbeda dengan pendidikan yang ada di luar Indonesia. Kultur pendidikan Indonesia lebih banyak dipengaruhi oleh budaya, kesukuan, dan kelompok. Sehingga memang agak sulit untuk membedakan dan menilai, apakah pendidikan tersebut lebih baik atau tidak?. Taruh saja ormas besar yang ada di indonesia antara Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama’, secara tidak sadar juga telah mendoktrin pengikut-pengikutnya untuk masuk ke lembaga-lembaga pendidikan yang mereka punya. Walaupun secara kasat mata, hasil dan nilai pendidikannya tidak dapat dipertanggungjawabkan. Namun lebih karena ikatan doktrin keagaaam sehingga mereka terpaksa untuk masuk dalam dunia pendidikan mereka.
Lain lagi kalau kita membandingkannya dengan sekolah-sekolah yang dikelola oleh pemerintah, tanpa promosi dengan dengan biaya yang tinggi, masyarakat tetap menjadikannya sebagai pilihan. Memang, mindsettentang negeri dan swasta melekat dengan penafsiran bahwa negeri lebih baik , sedangkan swasta asal-asalan saja. Kalau dilihat dari itu, maka negeri lebih sukses daripada swasta.
Dalam dunia pendidikan saat ini, usaha-usaha untuk memajukan lembaga pendidikan dilakukan dengan berbagai macam cara. Mengadopsi segala bentuk pendekatan, bahkan kurikulum yang dianggap sebagai pusat permasalahan dalam dunia pendidikan tidak luput dari perubahan-perubahan. Bahkan pembaharuan terus dilakukan, baik di negeri maupun swasta. Tapi untuk memajukan lembaga pendidikan, yang paling menonjol saat ini adalah mengadopsi prinsip-prinsip manajemen dan ekonomi, dengan orientasi pada input dan output. Arahnya mengelola lembaga pendidikan tidak luput dari mencari keuntungan secara ekonomi. Untung rugi menjadi perhatian dalam proses pengelolaan. Tapi kemudian orang-orang menganggap bahwa mengkormesialkan lembaga pendidikan tidak baik untuk lembaga tersebut. Karena pada dasarnya lembaga pendidikan berbeda dengan lembaga bisnis seperti perusahaan.
Namun secara tidak sadar, pendidikan saat ini tidak dapat hanya bertahan dengan prinsip tanpa tanda jasa. Pendidikan tidak dapat berjalan dengan mengandalkan prinsip seperti air berjalan, tidak pernah ada perencanaan, mau dibawa kemana arah lembaga pendidikan yang dijalankan. Begitu juga dengan proses pembelajaran di dalam kelas yang hanya terfokus kepada guru atau biaya pendidikan yang hanya mengandalkan dana seadanya bagi swasta dan terlalu bergantung kepada negara bagi sekolah negeri.
Permasalahan-permasalahan tersebut menerpa dunia pendidikan dan lembaga pendidikan saat ini. Lembaga pendidikan yang dapat memanfaatkan situasi politik dalam negeri, akan diuntungkan. Sedangkan mereka yang hanya pasrah dengan keadaan hanya dapat bertahan apa adanya tanpa ada pemikiran untuk lebih maju.
Dari permasalahan tersebut, dalam hemat penulis, dari sekian cara sukses terutama dalam dunia pendidikan, maka kata kunci untuk dapat meyukseskan lembaga pendidikan adalah Mutu.
Kenapa mutu menjadi kata kunci untuk bisa sukses dalam mengelola pendidikan?. Kata kunci ini tidak terlepas dari hal-hal yang mengharuskan pendidikan mempunyai nilai tinggi di mata dunia. Sebenarnya kalau lembaga pendidikan dilihat dari kacamata manajemen, tidak jauh berbeda dengan perusahaan yang menjalankan bisnis. Artinya, yang menjadi fokus dalam mengelola pendidikan adalah bagaimana memuaskan konsumennya, yaitu siswa atau mahasiswa. Dan orang-orang yang mengelola pendiidkan diibarkan sebagai produsen yang menjalankan jasa pendidikan. Kalau jasa pendidkiannya memuaskan konseumen, maka orang akan banyak meliriknya. Tapi kalau jasa pendidikannya tidak memuaskan konsumen maka orang tidak akan tertarik dan tidak laku. Ketertariakan dan ketidaktarikan konsumen atau orang yang menikmati jasa pendidikan tidak lain dan tidak bukan karena berkaitan dengan mutu jasa pendidikan tersebut.
Kenapa mutu atau quality menjadi perhatian utama untuk dapat sukses dan tidak dalam mengelola jasa pendidikan. Perhatikan tabel berikut ini(Nasution, 2001;31)
Dalam gambar di atas, dapat terlihat jelas bahwa mutu atau quality adalah asas beberapa hal yang dapat menjadikan suatu lembaga untuk mencapai kesuksesan. Mulai dari Manajemen ilmiah, dinamika kelompok, pelatihan dan pengembangan karyawan, teori motivasi, keterlibatan karyawan, mata rantai hubungan organisasi, sistem sociotecnhical, pengembangan organisasi, budaya perusahaan, dan teori kepemimpinan baru yang digunakan untuk menyusun perencanaan stattegi lembaga.
Jadi menurut hemat penulis, mutu menjadi poros yang mau tidak mau harus dilakukan oleh lembaga pendidikan kita saat ini. Gambar di atas adalah mekanisme membangun untuk mencapai mutu lembaga pendidikan/perusahaan. Bagaimana mencapainya, tergantung usaha dari lembaga pendidikan tersebut.
Secara sederhana, kalau proses diatas sudah dilakukan, maka lembaga pendidikan yang bermutu akan banyak peminat, kalau sudah banyak peminat maka income secara finansial pun banyak, sehingga lembaga pendidikan dapat menjalankan fungsi pendidikan dengan lebih baik bagi masyarakat. mulai dari guru-guru yang berkualitas, fasilitas belajar yang baik, penunjang belajar yang tidak terbatas, dan bahkan iklim sekolah yang memungkinkan setiap individu dapat merasa aman dan nyaman di dalamnya.
Kalau sudah berjalan dengan menghasilkan output, maka secara tidak langsung lulusan menjadi bukti dan lahan promosi yang baik bagi lembaga pendidikan untuk berkembang lebih pesat. Karena pada dasarnya masyarakat awam membutuhkan bukti nyata, dan bukan hanya janji-janji palsu yang dapat menjadi ancaman besar bagi siswa/mahasiswa ke depan.
Posting Komentar