KHUTBAH JUM'AT: IKHLAS KARENA ALLAH


Cuaca jum’at kali ini begitu sangat panas, sudah tiga hari hujan tidak turun lagi atau hanya sekedar mendung untuk sedikit mendinginkan cuaca dan terik matahari yang bersinar. Tapi semuanya ada hikmahnya, tidaklah Allah memberikan sesuatu dengan sia-sia, walaupun di mata manusia dianggap sebagai cobaan dan penderitaan. Kadang-kadang cobaan bisa menjadi sebuah nikmat yang tidak ternilai dan kadang-kadang juga kenikmatan bisa menjadi sebuah cobaan bagi seseorang.

Shalat jum’at kali ini di Masjid Jabal Rahmah Perumahan Dinoyo Lokokwaru Malang. Tema yang diangkat adalah masalah keikhlasan dalam beribadah. Khatib memandang bahwa cobaan-cobaan yang diberikan Allah kepada umat manusia tidak lain kecuali karena perbuatan menyimpang yang dilakukan oleh manusia sendiri. Dengan itu, Allah memberikan teguran dengan beberapa cobaan. Tidak hanya musibah berupa bencana di bumi, tapi juga perselisihan yang terjadi antara manusia sendiri dan menyebabkan saling menumpahkan darah. Atau kalaupun umat manusia telah banyak melakukan kebaikan di muka bumi dengan rajin beribadah dan berdo’a, tapi ibadah dan do’a yang mereka lakukan hanya semata-mata untuk melepaskan kewajiban saja, bukan semata-mata karena Allah.
Ibadah bukanlah sebuah gerakan-gerakan tertentu saja, ia adalah penyatuan gerakan dengan hati yang tertuju pada Allah subhanahu wata’la. Ibadah dituntut fokus dan hanya disandarkan kepada Allah gerakan-gerakan yang dilakukan, bukan karena suruhan orang, atau karena ingin dilihat oleh orang lain. Karena jika hanya gerakan-gerakan saja tanpa dibarengi dengan keikhlasan dalam menjalankannya, maka tidak akan memberikan efek sedikitpun. Taruh saja seperti ibadah shalat, ia bukan hanya sebuah gerakan dari takbiratul ihram sampai sujud saja, tapi dari awal pergerakan sampai akhir harus tetap fokus karena menjalankan perintah Allah. Begitu juga setelah menyelesaikan gerakan-gerakannya, harus dapat menggambarkan wujud nyata dari efek shalat yang dilakukan. Orang yang tidak bisa melakukannya dengan baik dan sesuai dengan yang diinginkan Allah, maka gerakan-gerakan itu hanya sebuah gerakan semata dan tidak bernilai ibadah. Allah menjelaskan dalam al-Qur’an:

وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ. الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ . الَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ . فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّينَ
Artinya: Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shala. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya. Orang-orang yang berbuat riya. Dan enggan (menolong dengan) barang berguna.
Jika dalam shalatnya orang sudah lalai dan riya’ maka tidaklah gerakan shalat yang ia lakukan hanya semata-mata gerakan tubuh saja, tidak bernialai ibada di hadapan Allah subhanahu wata’la. Maka kebalikan dari itu, pada saat shalat orang harus khusyu’ untuk melakukannya. Yaitu dengan menfokuskan semua gerakan, pikiran, dan hati semata-mata karena Allah. Karena biasanya syaitan akan melakukan gangguan kepada seseorang saat dalam posisi shalat. Memikirkan sesuatu yang sebelumnya tidak terpikirkan, atau mendapatkan ide-ide cemerlang saat shalat, atau memikirkan sesuatu yang bukan termasuk bagian dari shalat itu sendiri. Bahkan pada posisi melakukan gerakan terlalu banyak yang bukan bagian dari gerakan shalat dapat membatalkan shalat itu sendiri. Khusyu’ bukanlah gerakan badan atau hati di luar tuntunan Allah dan rasulnya, tapi adanya kesesuaian antara keduanya dengan perintah. Allah memberikan kemenangan bagi seorang muslim yang dapat menerapkan khusyu’ pada setiap ibadah yang dialkukan. Dalam Surah al-Mukminum ayat 1-2 dijelaskan:

الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ . قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ
Artinya: Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. (yaitu) Orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya.
Oleh karena itu, sebenarnya ibadah yang diinginkan oleh Allah dan rasulnya adalah sesuainya antara gerakan badan dan niat di dalam hati. Begitu juga kesesuaian tuntunan gerakan yang dilakukan seperti tuntunan rasul dan para sahabatnya dibarengi tuntunan hati. Karena tidak akan berguna juga, orang sudah memasang niat karena Allah kemudian gerakan-gerakannya tidak sesuai dengan tuntunan yang dianjurkan oleh Allah dan Rasulnya. Karena itu sama saja dengan membiarkan syaitan menggoda manusia untuk melakukan penyimpangan dalam ibadah. Rasulullah menjelaskan dalam sebuah hadisnya:

مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
Artinya: Barang siapa yang melakukan suatu amal yang bukan dari perintah kami, maka amalannya tertolak.
Maka untuk dapat menyesuaikan semua gerakan atau amalan dengan perintah Allah dan Rasulnya, tidak cukup hanya dengan mengetahui saja, tapi ia harus dipelajari, dicari, dan ditntut ilmunya. Dengan ilmu saja orang bisa mengetahu bahwa itu adalah perintah atau larangan, halal atau haram, anjuran atau pantangan, dan lain sebagainya. Jika sudah mempunyai kemampuan untuk menuntut ilmunya, maka seseorang harus beramal dengan ilmu dan bukan hanya sekedar ikut-ikutan saja. Tapi bagi mereka yang belum mampu untuk menuntutnya, maka cukuplah dengan mengikuti orang yang berilmu menuntunya untuk melakukan ibadah. Tapi akan lebih baik jika ia mampun untuk mempelajari ilmunya agar tidak tersesat atau terjebak pada perkara-perkara yang dilarang. Karena dengan tuntunan ilmu orang dapat membedakan mana yang baik dan buruk, perintah dan anjuran.
Semoga tentunya kita bisa beramal dengan amalan yang sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasulnya, menjalankannya semata-mata karena Allah, dan melakukannya atas dasar ilmu dan bukan prasangka baik saja. Dengan itu kita termasuk orang-orang yang beruntung dan ditempatkan di dalam syurga yang telah Allah janjikan. Amin ya Rabbal ‘Alamin.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama