Kalau mendengar kata jama’ah tabligh, pasti yang terbayang adalah sekumpulan orang-orang dengan gamis atau jubah putih dan sorban pengikat kepala, sambil memikul barang bawaan yang banyak dan peralatan makan. Sehingga tidak heran kemudian, mereka yang tidak tahu nama organisasi mereka menjulikinya dengan jama’ah kompor. It’s ok, hanya sebuah penamaan saja, tidak menjadi penghalang untuk berbuat sesuatu yang lebih baik bagi masyarakat islam.
Pengalaman sendiri, kenangan lucu saat saya dan teman-teman diajak untuk ikut rombongan jama’ah tabligh ke daerah Sekotong Lombok Barat. Karena masih ada anggapan yang “tidak baik”, jadi kami tidak mau ikut, padahal mudir sudah menyetujui untuk semua mahasantri ikut dalam rombongan jama’ah tabligh untuk berdakwah. Tapi dasar sudah tidak suka, teman-teman pada hari itu kabur dari asrama. Yah, itu pengalaman masa lalu.
Memang banyak organisasi lain di luar jama’ah tabligh yang menyindir dan bahkan mencaci maki kelompok jama’ah tabligh, lebih parah lagi mereka meganggap bahwa jama’ah tab;igh tidak termasuk kelompok firqah al najiah (kelompok yang selamat), yang masuk dalam kategori ahlusunnah wa al jama’ah. Dengan berbagai alasan untuk menyudutkan dan menyalahkan jama’ah tabligh, dan bahkan mengkafirkan mereka, na’uzubillah.
Dalam aktivitasnya, jama’ah tabligh tidak mau bersentuhan dengan masalah perbedaan dan politik yang kerap melanda dan mendekati organisasi keagamaan di negeri ini. Taruh saja seperti kelompok ikhwanul muslimin, dengan tegas esensi perjuangan mereka tidak hanya sebagai organisasi dakwah, tapi juga sebagai organisasi politik, dengan nama yang berbeda-beda di setiap Negara. Jama’ah tab;igh sendiri murni sebagai organisasi dakwah, dan mereka tidak muluk-muluk dalam dakwah yang mereka lakukan, yaitu hanya mengajak orang lain untuk mendirikan shalat.
Jama’ah Tabligh secara organisasi, tidak ada struktur kepemimpinan, hanya ada amir (pemimpin) yang menjadi orang terdepan dalam melaksanakan aktivitas dakwah. Itu pun dari penunjukan mereka sendiri, dengan kreteria tertentu dan kesepakatan mereka.
Tapi yang menjadi kekaguman saya pada jama’ah tabligh adalah semangat mereka untuk berdakwah, walaupun hanya mengajak orang untuk mendirikan shalat 5 waktu. Karena bagi mereka, kalau orang sudah senang untuk shalat berjama’ah di masjid, maka kebaikan-kebaikan yang lain akan dapat ikut serta dengan sendirinya. shalat menjadi tiang kehidupan seorang hamba, kalau shalat sudah tidak dapat diperhatikan, maka kecil kemungkinan untuk bisa berbuat yang lebih besar.
Tidak heran kemudian, masjid-masjid yang disinggahi oleh jama’ah tabligh menjadi semakin ramai. Karena sepengetahuan saya, di setiap masjid yang disinggahi, mereka pasti melakukan zuur(kunjungan) ke rumah-rumah untuk mengajak orang shalat berjama’ah di masjid. Ini adalah pekerjaan hebat, tingkatan seorang ustadz, kyai, tuan guru, apalagi orang biasa tidak mudah untuk mengajak orang lain dengan berkunjung ke rumah mereka dan mengajak mereka untuk mendirikan shalat lima waktu di masjid. Apakah tuan guru kita pernah melakukannya?, tidak pernah. Paling hanya sebatas ceramah di masjid, dan dalam forum yang ramai, kemudian setelah itu terserah masing-masing mau mengamalkan atau tidak, itu urusan setiap pribadi masing-masing.
Semangat yang ditunjukkan oleh jama’ah tabligh sangat memberikan motivasi tinggi anggotanya untuk berbuat lebih banyak. Merekapun dapat merencanakan keluar untuk berdakwah sesuai dengan kemampuan dan kesanggupan mereka meninggalkan keluarga dan anak istri. Ada yang hanya satu hari, seminggu, empat puluh hari, dan seterusnya.
Beberapa hari lalu, sekelompok jama’ah tabligh dari luar Lombok, jumlahnya sekitar 15 orang. Memulai dakwah mereka dari kampung saya. Dan mereka rencananya, dari hari itu sampai waktu yang tidak ditentukan, akan melakukan kunjungan (zuur) ke semua masjid yang ada di Lombok utara. dari Masjid ke Masjid, mereka akan beraktivitas selama satu minggu, kemudian pindah ke masjid lainnya. dan Hebatnya lagi mereka melakukannya dengan berjalan kaki. Siapa yang sanggup seperti mereka?, susah mencari orang-orang seperti ini.
Di luar berbagai cemoohan orang dan berbagai kelompok dan organisasi keagamaan lainnya. Dengan modal sederhana, hanya mengajak orang untuk shalat. Semangat mereka begitu membara. Mereka tidak bermodalkan ilmu yang baik seperti para ustadz dan tuan guru yang ceramah. Mereka hanya menyampaikan, bagaimana keutamaan shalat, bahaya meninggalkan shalat dan lain sebagainya, hanya itu saja yang mereka sampaikan. Tapi dengan kepercayaan diri, bernai amar ma’ruf, menjadi sebuah nilai tersendiri yang patut untuk diancungkan jempol.
Jika kita bandingkan, berapa orang yang pernah kita ajak untuk shalat?. Berapa masjid yang pernah kita kunjungi?. Atau seberapa seringkah kita naik shalat berjama’ah di masjid?. Pertanyaan-pertanyaan dapat menjadi sebuah perbandingan, seberapa bernilai kita untuk masyarakat yang ada di sekeliling kita?.
Ada sebuah pepatah mengatakan bahwa untuk dapat melakukan hal yang besar, maka paling tidak seseorang harus melakukan tiga hal. Pertama, memulai dengan perkara yang mudah dan sedikit, tapi dilakukan secara kontinu. Kedua, memulai perbuatan tersebut dari sendiri, kemudian kerabat dan orang lain. Ketiga, mulailah melakukan kebaikan tersebut saat ini juga, jangan ditunda nanti atau besok.
Apa yang diperlihatkan oleh jama’ah tabligh adalah hal luar biasa, yang tidak mungkin semua orang melakukanya. Sederhana, tapi memberikan manfaat bagi banyak orang. Mendamaikan dan tidak memuat perselisihan, mengajak dan tidak menjauhkan, memberikan tauladan dan tidak hanya berkata-kata saja. Kita sering dengar hadis Nabi bahwa orang yang paling baik di muka bumi ini di hadapan Allah adalah mereka yang paling bermanfaat dan berguna bagi orang lain. Wallahu A’lam bi al shawab.
Posting Komentar