SAAT HARUS DI JALAN DAKWAH (IMADATUL HAQ)



Hari ini adalah hari pertama saya di tempat KKN, saya dapat jadwal KKN di Dusun Baban Kuta, Desa Sukadana, Kecamatan Bayan. Tepat pukul 16.20 saya sampai di lokasi, saya dan teman-teman langsung melaksanakan shalat ashar di masjid dekat tempat posko saya dan teman-teman. Setelah shalat Ashar saya dan teman-teman membersihkan kamar posko kami, setelah semuanya bersih saya dan teman-teman istirahat sebentar sambil menunggu waktu buka puasa sambil ngomong-ngomong sama Bapak Kadus di tempat.

Beberapa menit kemudian, akhirnya waktu buka puasa telah tiba. Saya dan teman-teman buka puasa bersama. Setelah shalat tarawih kami memperkenalkan diri satu persatu di depan para jama’ah yang hadir di masjid itu, dan menjelaskan kepada masyarakat apa tujuan kami datang ke masjid itu. Alhamdulillah kedatangan kami di sambut dengan senang hati oleh masyarakat di Baban Kuta.

Setelah acara perkenalan dengan masyarakat setempat dan memberi tahu tujuan kami datang  ke masjid tersebut, kami juga menyampaikan kepada masyarakat program – program yang akan kami jalankan untuk masyarakat dan anak – anak yang masih belum bisa baca Iqra’ dan Al – Qur’an. Diantaranya adalah belajar tata cara shalat, berwudu’ dan bacaan – bacaan shalat setiap pagi mulai dari jam 10.00 sampai jam 12.00, karena anak – anak sekolah semua masih libur itu sebabnya kami mengambil waktu pagi, siang jam 13.00 sampai jam 14.30 mengaji Iqra’ dan Al – Qur’an, setelah shalat asar belajar tata cara shalat, berwudu’ dan bacaan – bacaan shalat lagi sampai jam 17.30.

Itulah kegiatan atau program yang kami programkan untuk anak – anak santri masjid Baban Kuta. Banyak hal yang berbeda masyarakat di sini dan itu adalah hal yang sangat ingin kami mengetahuinya yaitu kegiatan masyarakatnya, kehidupan masyarakat yang kental akan budaya dan adat – istiadatnya. Kehidupan di masyarakat yang saling hormat – menghormati, ramah dan sejahtera walaupun masyarakat di sini kadang merasa malu dengan kami tapi itu menunjukkan rasa hormat mereka kepada kami karena takut jika ada salah cara untuk menyapa ataupun menyesuaikan diri dengan kami.

Kehidupan di sini memang sangat berbeda dengan wilayah atau kabupaten yang lain yang ada di pulau Lombok ini, itulah hal yang sangat menarik di sini. Walaupun kami tidak banyak tahu tentang masyarakat di sini tapi sedikit kami mengetahui tata cara kehidupan masyarakat di wilayah ini.

Hal yang sangat berkesan selama kami disini adalah di saat kami jalan – jalan pagi bersama bebrapa santri ke masjid kuno Semokan Desa Sukadana Kecamatan Bayan. Dari Baban Kuta kira – kira 4 km ke masjid kuno, kami mulai mengawali langkah kami dengan dari masjid baban kuta langkah demi langkah, 100 m dari tempat posko kami, kami memasuki hutan larangan ( Pawang Baban Kuta ), di hutan itu terasa sejuk sepi dan hijau, banyak pohon – pohon besar,dari kejauhan kami melihat monyet bergelantungan di atas kami, kami merasa takut dan hampir lari pulang ke posko tapi anak – anak santri yang menemani perjalanan kami bilang kalau monyet – monyet itu tidak akan mengganggu kita.
Akhirnya setelah beberapa menit di tengah hutan larangan kami menemukan banyak rumah – rumah penduduk, ternyata setelah Dusun Baban Kuta ada lagi Dusun Paok Sirem, masyarakatnya juga ramah dan menyapa kami dengan sopan, walaupun keliatannya dusun itu tidak ada masjid dan sedikit sekali masyarakatnya yang memahami Agama islam.

Setelah beberapa kilo perjalanan, akhirnya kami sampai di Sengger ( jalan masuk di hutan Adat Semokan yang mengelilingi Masjid Kuno), kami istirahat sebentar sambil memandangi keindahan hutan adat yang sangat banyak menyimpan teka-teki dan sejarah. Kami pun melanjutkan perjalanan kami dengan memasuki hutan adat yang sepi dan di penuhi dengan pepohonan besar, kami benar – benar hati – hati berjalan di hutan itu, jalannya begitu sempit dan bebatuan, dan akhirnya kami sampai di kali kecil yang airnya begitu jernih dan tetap mengalir. Sepanjang zaman kali ini tidak pernah kering, kami merasa kaget dan takjub melihat aliran air di kali itu. Di tengah – tengah kali itu terdapat satu sumur yang dalam tapi masih bias di jangkau menggunakan cebokan tradisional ( terbuat dari kelapa dan di kasi kayu yang panjang sebagai pegangan).

Di tengah hutan yang sangat luas ini, banyak yang ingin kami kunjungi tapi karena harus melalui tetuak lokak Adat yang menjaga tempat ini, akhirnya kami hanya mengunjungi satu saja yaitu mesigit kuno ( masjid kuno ).

Setelah beberapa menit di kali itu kami melanjutkan perjalanan kami ke masjid kuno, berlahan – lahan langkah kaki kami melewati satu demi satu pepohonan besar yang dingin dan sepi itu, akhirnya kami melihat dari kejauhan rumah Adat Bayan beratap daun lalang, pas tempatnya di tengah – tengah hutan Adat itu.

Alhamdulillah akhirnya kami sampai ke tempat tujuan kami, masjid kuno yang selama ini kami hanya mendengar cerita, kami memandangi rumah – rumah adat yang mengelilingi masjid kuno, kami merasa terheran – heran melihat bentuk rumah adat yang semuanya terbuat dari kayu dan atap lalang.

Setelah beberapa waktu kemudian, anak kecil yang mengantar kami ke sana tidak berani lagi mengantar kami sampai ke dalam atau halaman masjid kuno karena mereka bilang tidak boleh masuk kalau pakai celana, kami langsung terkejut dan takut mendengar ucapan anak itu. Tapi walaupun kami merasa takut kami masih menikmati suasana di sekitar masjid kuno walaupun tidak berhadapan langsung dengan masjid kuno. Kami ingin memaksa diri kami untuk masuk ke halaman masjid kuno tapi tanpa kami sadari tiba – tiba datang seekor anjing ingin mengigit kami.

Ternyata kami baru tahu kalau ternyata ke masjid kuno Semokan itu tidak sembarangan orang bisa memasukinya, harus melalui kepala adat di masjid tersebut. Pakaian yang kita gunakan juga harus menggunakan pakaian adat setempat kalau kita menggunakan pakaian biasa pakai celana misalnya untuk laki – laki dan pakai sandal masuk ke dalam kampu itu tidak boleh.

Itulah hal yang sangat menakjubkan dalam pengalaman kami jalan – jalan ke masjid kuno Semokan. Setelah melihat suasana di sekeliling masjid kuno, kami langsung pulang ke posko. Kami merasa puas dan bahagia karena rasa penasaran kami dengan masjid kuno Semokan Desa Sukadana sudah kami jelajahi dan sudah kami kunjungi walaupun tidak masuk ke tempat – tempat yang sangat ingin kami lihat.                                                                                           

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama