SAAT HARUS DI JALAN DAKWAH (MARTINI)



Perjalanan dakwah kali ini dibarengi dengan kegiatan KKP STAI Nurul Hakim. Tidak seperti tahun lalu yang murni kegiatan dakwah dari Ma’had Aly. Kami berangkat ke lokasi dakwah pada Hari Kamis dari kampus ma’had aly menggunakan mobil carteran yang kelihatannya sudah usang di makan usia. Saya sendiri akan menuju ke daerah Telaga Segoar bersama tiga orang teman lainnya, 3 orang cewek dan 1 orang cowok.
Kami berangkat sekitar jam 11.00 dan sampai di lokasi dakwah sekitar pukul 15.00 lebih, hampir menjelang ashar. Perjalanannya cukup jauh, apalagi saat mencapai lokasi, kami harus berjalan beberapa meter dengan tanjakan yang cukup menguras tenaga. Rasa lelah dan letih tidak dapat kami hindari.


Di malam hari sebelum shalat isya’ dan tarawih kami berbincang-bindang dengan kepala Dusun Telaga Segoar yang rumahnya tidak jauh dari tempat tinggal kami. Pembicaraan seputar keadaan masyarakat Dusun Telaga Segoar, mulai anak-anak, remaja sampai orang tua. Hitung-hitung untuk basa basi sambil memperkenalkan diri. 

Masyarakat Di Telaga Segoar keadaannya sangat memprihatinkan dan sangat awam akan agama. Mereka lebih mementingkan pekerjaan pribadi mereka di sawah dari pagi sampai sore daripada mendekatkan diri kepada Allah (beribadah). Masyarakat di sana jarang dan sedikit yang mengerjakan shalat apalagi berpuasa. Tarawih pun hanya anak-anak saja yang meramaikan masjid. Itupun hanya main-main saja. Termasuk remaja di sana tidak ada yang bertartipasi  dalam beribadah mereka sibuk dengan urusan mereka sendiri, tidak ada yang tarawih dan tadarusan mereka sibuk dengan main-main HP dan nonton TV. Masyarakat sendiri yang mengutarakan kalau remaja di telaga segoar tidak ada yang aktif dikarekan HP dan nonton TV.
Terlebih lagi yang tua-tua sangat memprihatinkan. Saya pernah bertanya pada seorang nenek. “nek pernah shalat?”. “ dua kali ini saya mengerjakan shalat”, jawabnya. “sebelum ada masjid ini saya tidak pernah melaksanakan shalat. Saya sudah berjanji pada diri saya sendiri kalau masjid ini belum jadi saya tidak mau mengerjakan shalat. Saya menyesal sekali tidak melaksanakan ibadah dari dulu. Setelah masjid jadi alhamdulilah saya tetap melaksanakan shalat. Ternyata dengan kita beribadah hati kita menjadi tenang dan tentram”, lanjut si nenek. 

Yang mengherankan dari masyarakat ini adalah mereka Islam tapi tidak bisa membaca dua klimat syahadat. Di sana saya mulai menuntunnya mengajarkan bacaan shalat, seperti al-fatihah masih tidak ada yang sempurna. Subhannallah masih benar-benar awwam. 

Masyaratkat Telaga segoar sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Jarang ada yang mau menyuruh anak-anak mereka untuk mengaji. Mereka bilang biar pun mereka bisa mengajai tapi ujung-ujungnya mereka akan tetap bekerja di sawah, tidak ada yang memotivasi mereka. 

Setelah kedatangan kita di Dusun Telaga Segoar di sana kita berperan sebagai orang tua dari adik-adik di sana. Kita mengajak mereka mengaji, memotivasi mereka dan alhamdulillah mereka bersemangat meskipun hanya sedikit, tapi lama kelamaan adik-adik yang lain banyak yang ikut mengaji. Lucunya mereka kalau tidak dikasi bingkisan seperti jajan atau kue, mereka tidak mau mengaji tapi biarlah yang terpenting mereka mau mengaji. 

Saya perihatin sekali dengan keadaan adik-adik di sana. Bagaimana mau menjadi generasi penerus di desa mereka sedangkan mereka tidak mau belajar ilmu agama, apalagi mengaji al-Qur’an. Kecil-kecil sudah ke sawah hanya pekerjaan sawah dan di sawah yang mereka bisa. 

Kami di sana mendidik, mengajarkan mereka membaca al-Qur’an walau hanya membaca iqro’ dan mengajarkan mereka dasar-dasar agama islam. Alhamdulillah sekarang mereka bersemangat mengaji meskipun sebagian ada yang nakal dan tidak bisa diatur. 

Sebagai orang tua dari adik-adik di Telaga Segoar, jarang ada yang memperhatikan keadaan anan-anak mereka. Sebagaian anak-anak masuk masjid asal naik saja, tidak ada yang cuci kaki, apalagi mandi.

Yang memperihatinkan kami adalah masalah shalat jama’ah dan puasa. Shalat jama’ah tidak ada yang mendirikan kecuali shalat isya’ dan Tarawih. Sedangkan subuh, zuhur, ashar begitu pun magrib tidak ada yang mendirikan shalat jama’ah. Jangankan sahalat jama’ah adzan pun tidak ada dikumandangkan. Yang menjadi perhatian  di waktu shalat berjama’ah subuh berapa jam kami menunggu jama’ah shalat sambil kita shalawatan tapi tidak ada jama’ah yang naik sholat. Hanya pak kadus dan anak-anaknya yang kecil saja yang menjadi makmum.

Di sana kita merencanakan  untuk membuat TPQ, karena kita prihatin sama adik-adik di sana siapa yang akan jadi penerus di desa mereka kalau bukan mereka. Setelah kita berpikir panjang, yang menjadi kendalanya adalah siapa yang akan menjadi ketua pengurus dan penanggungjawab di TPQ itu sendiri. Remaja-remaja di sana tidak ada yang aktif sebagian remaja-remaja di Dusun Telaga Segoar pergi merantau. Kalaupun ada TPQ nya, tapi tidak berlangsung sampai seterusnya. Mungkin hanya di saat kita di sini saja dan setelah kita pulang dari Dusun Telaga Segoar tidak tahu akan berjalan seterusnya atau tidak.

Kegiatan mengajarkan  adik-adik mengaji awalnya dilaksanakan setelah ashar saja. Setelah  kita mengetahui masih minim sekali yang bisa mengaji, kita tambah jadwal menjadi setelah zuhur dan ashar. Niat kami mengajar setelah zuhur dan ashar agar terlaksananya shalat berjama’ah, tapi masih biasa saja. Masyarakat di sana sudah dibutakan dengan pekerjaan pribadi mereka.

Kegiatan kita di sana  juga memberikan motivasi, siraman rohani, tausiah di masyarakat Dusun Telaga Segoar setelah selesai shalat tarawih dan shalat subuh dan itu berlangsung. Di sana juga kita memberikan program pada adik-adik agar lebih bersemangat untuk belajar. Kita membikin lomba membaca iqro’ dan menghafal dasar-dasar agama Islam seperti rukun wudhu’, islam, iman dan do’a-do’a keseharian seperti makan , tidur dan lain sebagainya.

Pada malam terakhir kita di sana alhamdulilah lomba berjalan dengan lancar. Kita juga membagikan kurma di masayrakat di sana. Ba’da subuh kita membagikan hadiah pada adik-adik sekaligus perpisahan di Dusun Telaga Segoar dengan bersalam-salaman. Sebelum kita berangkat pulang kita silaturrahim ke rumah pak kadus sekaligus perpisahan dan minta maaf atas tingkah dan kelakuan  kita di sana kalau ada yang tidak sesuai. Tidak lupa lagi kita  memberikan hadiah cendera mata untuk masjid berupa jam dan buku iqro’.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama