SAAT HARUS DI JALAN DAKWAH (MUNAWARAH)



Siang yang menyenangkan sekaligus menyedihkan. Siang itu saya dan teman serta salah seorang ustazah pembina pondok pesantren Babul Mujahidin pergi membeli sayuran buat menu berbuka.

Saat kami melewati rumah-rumah warga, mereka senyum dan ramah kepada kami. Kami merasa dihormati sekali, apalagi oleh ibu-ibu. Ini adalah hal paling berkesan sekali bagi saya, karma baru hari ini sava merasa seperti orang yang sangat penting. Setelah kita sampai di tempat kita membeli sayuran, subhannalah sambutannya ramah sekali.


Tapi pada saat pulang balik ke posko, ada hal yang sangat menyedihkan saya yaitu saat kami mampir ke rumah pak kadus, kami mulai merasa tidak enak, rasanya kami tidak mau masuk tapi sudah terlanjur di rumahnya. Kami lihat pak kadus lagi makan siang, kami merasa tidak enak dan canggung. Pak kadus juga merasa malu, saat melihat kami datang dia langsung menyembunyikan makanannya. Itu berarti sebenarnya pak kadus tahu kalo puasa ramdhan tidak boleh makan di siang hari. Dia seorang pemimpin seharusnya bisa memberikan contoh yang baik kepada warganya tapi ini yang teraji malah sebaliknya.

Saya merasa sedih sekali melihatnya. Saya juga bingung bagaimana cara menasehatinya, padahal teman saya (Zainudin dan teman lainnya) yang berperan langsung ceramah kayaknya tidak ada yang mendengarkannya, berbeda dengan anak-anak masih bisa mendengarkan nasihat kami.

Selama berada di Bayan Beleq, saya mengalami kesulitan untuk membina TPQ. Untuk membina anak-anak di sana sulit sekali kalo tidak ada hadiah seperti kurma. Kalau tidak ada kurma mereka tidak ada yang mau datang mengaji. Saya bingung bagaimana caranya menarik perhatian mereka. Saya sudah mencoba dengan mau menggatikan kurma jajan tapi mereka gak ada yang mau saya mulai bingung harus menggunakan cara apalagi untuk menarik perhatian mereka. Padahal kalau saya lihat  saat taraweh anak-anaknya banyak sekali, tapi diajak untuk mengajai, jawaban mereka “tidak mau”.
Pagi senin tanggal 14 Juli 2014 saya bersama dengan teman-teman mengadakan pembersihan di sekolah. Setelah pembersihan kami masuk kelas untuk perkenalan dengan santri yang ada, dan bahkan kami langsung dipercayakan untuk mengajar dan mengatur semua kegiatan santri dari belajar sekolah sampai kegiatan di pondok. Santri ponpes Babul Mujahidin tidak banyak, hanya beberapa puluh orang saja. Sehingga untuk kegiatan pondok mereka digabung menjadi satu, baik kelas 1 sampai kelas 3, cewek maupun cowok.

Agar semua kegitan terisi di sekolah, kami membagi tugas mulai dari dengan cara rolling mengajar dua orang, agar satu kelas tidak hanya diajar oleh satu atau dua orang saja. Antara jam pertama dan kedua, kami bergantian masuk, mulai hari Sabtu sampai Hari Kamis.

Di pondok kami mencoba membuat program seperti pada siang hari kami mengajar santri membaca al-Quran yang baik dan benar sesuai dengan tajwid. Kami merasa banyak anak-anak santri yang belum bisa membaca al-Quran. Dan alhamdulilah semua berjalan lancar , mereka juga mengikuti semua peraturan yang kita buat.
Sebenarnya mereka ingin sekali seperti santri yang lain dengan kegiatan pengajian kitab yang banyak. Memang selama ini belum ada ustadz dan ustadzah yang mengurus mereka setiap hari dan full dari pagi hingga pagi lagi. Dan saya senang sekali dapat dipercaya untuk mengurus, mendidik dan membina akhlak mereka dengan harapan semoga setelah kami pulang nanti semuanya tidak berubah sama sekali. Tapi kami tetap berharap dan memberikan saran kepada pengurus yayasan untuk mendatangkan ustadz atau ustadzah yang akan mengurus mereka setiap hari.

Sabtu pagi ini, tidak tahu datang dari mana, tiba-tiba datang rasa kesal.Tapi sava bersyukur sekali kesedihan saya terobati setelah anak-anak pondok pesantren Babul Mujahidin mengajak saya keluar untuk jalan-jalan keliling Desa Bayan Beleq, karena saya bosan sekali di posko.

Kami diajak jalan-jalan ke sebuah pemandian di sungai, tapi kami harus melewati rumah-rumah penduduk, kebun, sawah, sungai untuk sampai ke tujuan. Dan ternyata kami menemukan air terjun yang sangat indah sekali. Tidak mau menyia-nyiakan kesempatan, kami pun berfoto ria dengan berbagai gaya dan view pemandangan. Saking asyiknya berfoto ria di atas bebatuan, saya terpeleset sampai sandal saya putus. Saya malu sekali, adek-adek mentertawakan saya, tapi cuek bebek saja yang penting puas dan lega.

Setelah merasa bosan, kami pun memutuskan untuk kembali pulang melewati jalan yang kami lewati tadi. Sepanjang perjalanan pulang, banyak sekali pakis yang tumbuh liar, dari pada hanya jalan dan begong saja, lebih baik sambil jalan petik pakis, hitung-hitung dapat dijadikan sayur untuk menu berbuka puasa nanti.

Setelah berada di posko, eh...ternyata salah seorang ustad datang mengunjungi kami sambil membawa buku untuk keperluan lomba yang akan kami adakan di akhir-akhir pengabdian kami di ponpes Babul Mujahidin. Tapi beliau tidak lama karena harus berkunjung ke posko lainnya.

Kami pun mulai merencanakan untuk mengadakan lomba untuk anak-anak pondok pesantren Babul Mujahidin. Mata lomba pun sederhana saja, yang penting mereka senang dan bahagia. Hadiah pun murah meriah, tapi insyallah bermanfaat bagi mereka.
Beberapa hari mengadakan lomba, pemenang sudah didapatkan, hadiah sudah dipersiapkan. Setelah shalat tarawih kami membagikan hadiah dan pada kesempatan itu juga sebagai malam terakhir kami di Ponpes Babul Mujahidin. Kami meminta maaf kalau ada khilat, tidak hanya kepada santri tapi juga masyarakat yang ada di sekitar pondok. Malam itu semakin panjang dengan kami taddarus al-Qur’an bersama. Sekian, sampai jumpa di kesempatan akan datang.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama